Merelakan✓

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Mohon dukungannya... :)

Putri Jang sedang berbincang dengan kakaknya di ruangan sang kakak sembari meminum teh hijau. Tiba tiba saja Putri Jang penasaran ingin bertanya tentang kekasih kepada kakaknya pasalnya ia kasihan kepada sang kakak yang selalu sendiri.

"Kakak, apa kakak tidak ingin punya kekasih?" tanya Putri Janb hati hati.

"Tugasku belum selesai Jang, untuk apa aku memiliki kekasih."

"Tugas?" tanya Putri Jang sembari mengernyitkan dahi.

"Heeem," ucapnya sambil mengangguk.

"Aku sudah berjanji kepada ibu untuk menjagamu sampai kau menemukan kebahagianmu baru aku akan mencari kebahagiaanku sendiri."

"Benarkah itu? oh ya ampun kakak manis sekali tapi kak, kakak juga harus memikirkan kebahagian kakak... mulailah mencari kekasih kak."

Usai berbincang Putri Jang berjalan disekitar taman yang tak jauh dari ruangannya ia menatap kerah langit nampak langit yang begitu cerah bertambur bintang ditambah sinar sang rembulan yang nampak begitu indah. Mata indah sang Putri menyusuri deretan rasi bintang yang berjajar dilangit ia sesekali tersenyum melihat kedipan indah bintang bintang.

"Indah sekali  malam ini," gumam Putri Jang sembari merentangkan tangan menikmati hembusan angin malam ini.
Tiba tiba pandangan mata Putri Jang memicing saat melihat bayangan hitam yang berlalu dihadapannya begitu cepat. Ia segera berlari menuju ruangannya karena tak ingin terjadi sesuatu hal buruk padanya.

"Apa itu tadi? Ahh sebaiknya aku segera masuk kedalam," ucapnya lirih sembari berjalan menuju kamarnya.

Putri Jang langsung masuk kedalam kamarnya menguncinya rapat rapat usai  ia melihat selulet hitam. Putri Jang bersandar di daun pintu memejamkan matanya sejenak sembari mengatur nafasnya yang memburu. Ia perlahan membuka mata kala ia merasakan sebuah hembusan nafas menerpa wajahnya. Putri Jang membelalakkan mata kala wajah Pangeran kedua tepat berada didepan wajahnya.

"Dong Hwa," sapa Putri Jang lembut.

"Jang aku merindukanmu." Pangeran Dong bergerak memeluk tubuh Putri Jang.

"Aku juga merindukanmu Dong. Apa kau akan menemaniku lagi malam ini?"

"Apapun untukmu Jang."

"sungguh?" Mata Putri Jang berbinar kala mendengar ucapan dari Pangeran Dong.

"Hemmm kemarilah." Pangeran Dong menarik Putri Jang duduk di tepian ranjang.

"Apa kau sudah benar benar sehat?" Tanya Pangeran Dong memastikan.

"Seperti yang kau lihat Dong," ucap Putri Jang sembari tersenyum.

"Kita punya waktu satu minggu sebelum kau menikah. Dan dalam satu minggu itu mari kita mengukir kenangan indah kita berdua."

"Hemm kau benar Dong, seminggu ini maukah kau menemaniku melaksanakan tugasku?"

"Tugas apa itu ? apa ayahku memberimu tugas?" tanya Pangeran  Dong penasaran.


"Bukan ayahmu tapi aku yang memberi tugas untuk diriku sendiri."

"Bolehkah aku tahu tugas apa itu?"

"Mengobati ibuku dan juga ibumu Dong agar kita bisa membebaskan mereka dari tempat pengasingan itu."

"Benarkah? kalau begitu akan ikut denganmu besok."

"Sungguh?"

"Hemm." Putri Jang mengangguk antusias.

"Jang aku minta maaf padamu jika aku tak bisa mempertahankan hubungan kita, kau tahu saat itu aku benar benar marah dan aku pun juga sama terlukanya sepertimu, kau tahu ini semua begitu sulit untuk ku terima aku terpaksa merelakanmu Jang. A-a aku..." Pangeran Dong menjeda ucapannya sejenak sebelum ia melanjutkan perkataannya selanjutnya.


"Ku harap kau bahagia nanti meski bukan aku alasan bahagia mu." Pangeran Dong mengusap lembut pipi Putri Jang.

"Bisakah kau berjanji untukku tidak akan melakukan hal bodoh seperti kemarin? aku akan sangat hancur jika mendengar itu terjadi lagi padamu Jang"

Putri Jang menatap Pangeran Dong dengan tatapan sendu, ia pernah membayangkan perpisahan seperti akan terjadi padanya.

"Ya aku berjanji Dong, apapun yang terjadi aku tak kan menyiksa diriku sendiri seperti kemarin dan berjanjilah kau slalu ada untukku meski hanya sebagai sahabat."

"Baiklah aku pegang janjimu Jang. Tentu. Ayo kita bersahabat, kau mau bersahabat denganku kan?"

"Hemm tentu saja Dong," ucap Putri Jang dengan mata berbinar.

"Ah ya aku ada sesuatu untukmu." Pangeran Dong mengeluarkan sesuatu dari balik jubahnya.

Sebuah kotak kecil berbentuk persegi panjang berbalut kain sutra merah, ia membuka kotak tersebut dan berdecak kagum melihat isinya.

"Apa ini?" Putri Jang membuka kotak kecil tersebut berisi sepasang tusuk konde dan hairpin yang berwarna emas bertahtakan tiara yang berkilauan yang sangat indah jika terkena sinar cahaya.

"Ini terlalu berlebihan Dong, aku tak bisa menerimanya." Putri Jang menyodorkan kembali tusuk konde emas tersebut kepada Pangeran Dong.

"Hei, apa yang kau katakan? kau menolak pemberian sahabatmu ini hemm?"
Pangeran Dong mengambil tusuk konde tersebut dan menyematkannya di rambut Putri Jang yang terlihat sangat cocok.

"Kau bahkan cocok sekali memakainya?"

"Benarkah itu? apa itu tidak terlalu mencolok?"

"Tidak itu sangat cocok untukmu Putri Jang kau kan sebentar lagi akan menikah dengan Raja," ucap Pangeran Dong sembari menyematkan tusuk konde tersebut ke rambut Putri Jang.

lama berbincang bincang Pangeran Dong akhirnya berpamitan untuk pulang ke istana.

"Sudah terlalu larut tidurlah Jang aku akan segera kembali ke istana."

"Tidak adakah acara menginap disini seperti dulu?" ucap Putri Jang lirih namun masih samar terdengar oleh Pangeran Dong.

"Apa? kau mengatakan apa tadi?"

"ti tidak, aku hanya bergumam saja Dong."
Aku pasti sudah gila berkata begitu, astaga tak tahu malu aku ini tapi aku memang ingin bersamanya malam ini begitu ucap Putri Jang didalam hati.

Diluar dugaan Pangera Dong melepas jubahnya menyisakan pakaian tipisnya saja lalu membaringkan tubuhnya diranjang Putri Jang.

"Kemarilah." ucap Pangeran Dong lirih yang membuat putri Jang tersipu.

Putri Jang membaringkan tubuhnya perlahan memiringkan tubuhnya menghadap Pangeran Dong. Begitu juga dengan Pangeran Dong mereka tidur berhadap hadapan dengan tangan yang saling bertautan. Mereka saling melempar senyum Putri Jang tertunduk malu dengan wajah merona.

"Jang apa rencanamu besok?"

"Mungkin kita bisa memulai dari memeriksa tubuh ibuku dan juga ibumu."


"Lalu?"

"Aku ingin sekali memandikan ibu dengan air hangat yang sudah aku campari dengan belerang."

"Belerang? apa kau yakin?"

"Hemmm kita coba saja, aku juga sudah menyiapkan beberapa ramuan."

"Baiklah besok aku akan membantumu."

"Hemmm kau hanya perlu percaya padaku Dong. Aku pastikan penyakut itu bukanlah penyakit yang berbahaya seperti yang dikatakan Raja."

"Aku padamu Jang kau pasti akan melakukan yang terbaik."

Putri Jang dan Pangeran Dong larut dengan obrolan mereka hingga rasa kantuk menyerang mereka. Mereka terpaksa menyudahi obrolannya dan mulai memejamkan mata.

"Tidurlah kau terlihat sudah mengantuk."

"Hemmm."

Pangeran Dong mengulurkan tangannya mengusap lembut pucuk kepala Putri Jang yang membuat Putri Jang semakin terlelap dalam tidur.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro