Peperangan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Panglima Hyun merasa tak enak hati kepada Raja Joon. Ia berencana untuk meminta maaf secara langsung ketika Raja Joon kembali tiba di wilayah timur.

"Dia benar benar marah sepertinya," gumam Panglima Hyun ketika melihat Raja Joon pergi begitu saja tanpa berpamitan dengannya.

"Sebaiknya aku minta maaf kepadanya saja lusa ketika dia berkunjung kemari. Karena bagaimana pun juga aku juga punya andil membuatnya marah," ucap Panglima Hyun dalam hati.

Panglima Hyun pagi ini sedang berkeliling wilayah pertambangan tanpa sengaja ia melihat seseorang yang mencurigakan yang sedang berdiri mengintip kegiatan pertambangan. Panglima Hyun langsung menangkap orang tersebut dan membawanya ketenda.

"Hei siapa kau jangan lari," ucap Panglima Hyun sembari berlari mengejar orang tersebut.

"Kena kau!" seru Panglima Hyun sembari menangkap tubuh mata mata tersebut.

"Siapa kau?"

"Sa-saya Shin Ming tuan," ucap mata-mata tersebut dengan tubuh gemetar.

"Mengapa kau kemari?"

"Saya hanya penasaran saja tuan," ucap Shin Ming berbohong.

"Begitukah? baiklah kau harus ikut aku dulu," ucap Panglima Hyun menarik tubuh Shin Ming.

"Benar yang mulia."

Panglima Hyun menggiring Shin Ming menuju tenda dengan tangan yang ia tali kebelakang.

****

Raja Joon sudah tak lagi marah dengan Ratu Jang, Ia bahkan sudah meminta maaf serta mengakui kesalahannya.

Pagi ini Raja Joon dan Ratu Jang berencana untuk berjalan jalan ke pasar yang tak jauh dari istana namun ia urungkan karena Pangeran Bin sedang demam.

"Joon kemarilah badan pangeran Bin panas," ucap Ratu Jang khawatir.

"Benarkah?"

Raja Joon menempelkan punggung tangannya kedahi sang putra lalu kemudian ia segera meminta seorang pelayan untuk memanggil tabib Bo.

"Pelayan!" seru Raja Joon.

"Hamba yang mulia."

"Panggil tabib Bo kemari!"

"Baik yang mulia."

Tak lama kemudian tabib Bo datang untuk memeriksa keadaan Pangeran Bin. Tabib Bo lantas tersenyum lalu mulai memberikan sebuah botol obat untuk Pangeran Bin kepada Ratu Jang.

"Bagaimana keadaan putraku Bo?"

"Tak apa yang mulia pangeren hanya demam biasa mungkin karena kelelahan."

"Syukurlah."

"Baiklah ini obat yang harus diberikan kepada Pangeran Bin yang mulia. Hamba mohon undur diri."

"Terima kasih Bo, kau boleh pergi."

Raja Joon mengusap lembut wajah putranya lantas mencium dahinya dengan sayang. Meski tak terlalu serius Raja Joon tetap aedih melihat putranya sakit seperti ini.

****
Dikerajaan timur Panglima Hyun menangkap seseorang yang saat itu tengah tertangkap basah sedang memata matai area pertambangan. Seseorang tersebut lalu diintrogasi oleh Panglima Hyun. Awalnya dia bungkam namun setelah mendapat ancaman dari Panglima Hyun akhirnya orang tersebut mau berbicara untuk siapa ia bekerja dan apa tujannya.

"Siapa yang menyuruhmu?"

"Katakan atau kepala anak dan istrimu serta seluruh keluargamu akan ku pegal di depanmu."

"Jangan lakukan itu tuan."

"Jika begitu cepat katakan siapa yang menyuruhmu."

"Ampuni saya tuan Raja Mong dari kerajaan Utara yang menyuruh hamba."

"Apa tujuannya?"

"Raja Mong ingin mengusai wilayah perbatasan timur,  beliau akan melakukan apa pun meskipun dengan peperangan."

"Itu saja?"

"Raja Mong sudah menyiapkan peralatan perang tuan."

"Hanya itu? kau benar benar tidak takut kepala seluruh keluargamu ku penggal hemmm?" ucap Panglima Hyun sembari mengayun ayunkan pedangnya.

"Tiga hari lagi serangan pertama akan dilakukan dan sepekan dari sekarang Raja Mong akan mingibarkan bendera perang."

"Kau benar benar sayang keluargamu ternyata, aku akan melepaskanmu setelah peperangan usai. Pertanggung jawabkan ucapanmu jika satu diantara perkataanmu ada yang meleset."

"Ba-baik yang mulia."

"Apa saja yang sudah disiapkan eh Raja Mong?"

"Benteng pertahanan dengan senjata yang lengkap serta tentara tentara pilihan yang sudah melakukan pelatihan khusus."

"Baiklah terima kasih atas informasimu, kau adalah tawananku selama perang belum usai."

"Apakah hamba boleh memohon sesuatu hal pada anda tuan?"

"Apa?"

"Tolong selamatkan putri hamba, dia sedang sakit parah dan hamba tak memiliki uang untuk membawanya ke tabib tolong bawa serta istri dan kedua anak hamba pergi dari rumah karena Raja Mong pasti akan menyakiti anak dan istri saya jika saya tidak menghadapnya hingga besok sebelum matahari tenggelam."

"Baik aku akan melakukan semua permintaanmu tapi apa balasan darimu yang akan aku dapatkan?"

"Apapun asal anak dan istri saya selamat bahkan saya siap menggantinya dengan nyawa saya."

"Baiklah... prajuritku akan membawa anak beserta istrimu kemari, katakan saja padanya dimana rumahmu."

"Tidak jauh dari sini terdapat perbukitan disana ditempati beberapa penduduk rumah hamba dipinggiran sungai. Ada empat rumah disana rumah saya yang paling atas dan kecil."

"Baiklah prajuritku akan menjemput anak dan istrimu sekarang."

"Terima kasih tuan."

Panglima Hyun menyuruh dua orang prajuritnya untuk menjemput anak dan istri Shin Ming seseorang yang ia jadikan tawanan sekarang. Ia percaya bahwa Shin Ming sebenarnya adalah orang yang baik hanya saja ia terpaksa melakukan perkerjaan ini karena sangat membutuhkan uang.

****
Seseorang utusan Panglima Hyun tiba diistana. Prajurit tersebut langsung menemui Raja Joon yang kebetulan sedang duduk ditaman bersama Ragu Jang dan kedua pangeran.

"Lapor yang mulia, hamba adalah prajurit utusan Panglima Hyun."

"Hemm baiklah katakan berita apa yang kau bawa."

"Seorang mata mata tertangkap dan menurut apa yang dikatakan mata mata tersebut Raja Mong akan menyerang wilayah timur yang mulia."

"APA? kurang ajar, aku akan buat perhitungan dengannya."

"Panglima Hyun meminta yang mulia Raja dan Pangeran Dong untuk segera menuju wilayah perbatasan timur karena dikhawatirkan akan ada serangan mendadak."

"Baik temui Pangeran Dong aku akan bersiap. Kita akan segera berangkat."

Raja Joon meminta ijin kepada Ratu Jang untuk pergi ke wilayah perbatasan timur.

"Sayang aku harus pergi kewilayah perbatasan timur sekarang, jaga dirimu baik baik di sini."

"Hemm berjanjilah padaku kau akan pulang dengan keadaan baik baik saja Joon."

"Hemm aku akan baik baik saja sayang percayalah."

Raja Joon pergi menuju ke depan istana menuju kereta yang sudah siap di depan istana. Tak lama kemudian Pangeran Dong tiba dan bergabung dalam kereta yang ia tumpangi.

"Kak... semua sudah siap sebaiknya kita segera berangkat sekarang juga."

"Baiklah, katakan berangkat pada mereka," ucap Raja Joon tegas.

"Prajurit ayo berangkat,"seru Pangeran Dong.

Kereta yang membawa mereka menuju wilayah perbatasan timur akan segera datang beberapa menit lagi. Raja Joon segera turun menemui Pangloma Hyun kemudian meminta Panglima Hyun untuk menceritakan apa yang terjadi.

"Kak Hyun... cepat ceritakan padaku."

"Tiga hari lagi serangan pertama akan dilakukan dan sepekan dari sekarang Raja Mong akan mingibarkan bendera perang denag kerajaan Moon kak."

"Lalu?"

"Mereka sudah meniapkan Benteng pertahanan dengan senjata yang lengkap serta tentara tentara pilihan yang sudah melakukan pelatihan khusus."

"Kurang ajar! perketat wilayah keperbatasan timur kak."

"Baiklah aku akan meminta prajurit untuk memperketat penjagaan wilayah perbatan timur yang mulia."

Raja Joon yang murka pun segera mengerahkan seluruh pasukan untuk berjaga jaga karena sepertinya akan ada sebuah serangan dadakan .

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro