Perjalanan ke Kerajaan Timur

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Dayang Han meminta bantuan kepada para pelayan untuk mengangkat barang barang Putri Jang ke dalam kereta. Ia lantas mempersiapkan dirinya juga karena semalam ibu suri meminta ia ikut serta untuk menemani Putri Jang menuju ke kerajaan Timur bersama dua pelayan pilihan ibu suri yang lain.
Dayang Han menuju ruangan Putri Jang kemudian memberi tahu jika semuanya sudah siap.

"Putri, semua sudah siap putri harus segera berangkat."

"Baik bi, ayo kita berangkat."

"Baik putri."

Dayang Han berjalan mengekor dibelakang Putri Jang bersama dua pelayan pilihan Ibu suri. Dalam perjalanan Putri Jang bertemu dengan Perdana Menteri Hwang ia lantas meminta Dayang Han dan dua orang pelayan lainnya untuk pergi terlebih dahulu.

"Bi, ajaklah mereka pergi menuju kereta terlebih dahulu aku ingin berbicara sebentar dengan ayahku." Putri Jang meminta Dayang Han pergi lebih dulu.

"Baik putri," jawab Dayang Han sembari berjalan menuju kereta bersama dua pelayan lainnya.

Putri Jang menghampiri sang ayah yang sedang berbicara dengan salah seorang kasim. Putri Jang berpamitan kepada sang ayah Perdana Menteri Hwang sebelum ia berangkat menuju ke kerajaan Timur.

"Ayah, kau kah itu?" Putri Jang menghampiri sang ayah sembari berlari, ia memeluk erat perdana menteri Hwang.

"Sayang, putri ayah. Kau semakin hari semakin cantik dan anggun saja hemm, ayah merindukanmu nak begitu juga ibumu. Ia juga merindukanmu. Berkunjunglah ke sana jika kau ada waktu."

"Aku juga rindu sekali pada ayah dan ibu, terimakasih ayah telah mengirim bibi Han untukku aku senang sekali ayah. Aku akan berkunjung selepas perjalananku ke kerajaan Timur ayah."

"Baiklah ayah akan menunggumu. Jaga dirimu baik baik Jang." Perdana Menteri Hwang memeluk tubuh sang putri sekali lagi.

"Aku pamit dulu yah, Ibu suri dan Raja Won sudah menungguku."

"Semoga selamat sampai tujuan putriku."

Putri Jang tersenyum dan mengangguk pelan kepada sang ayah kemudian melanjutkan perjalannya menuju depan gerbang. Putri Jang menyapa Ibu suri dan Raja Won dengan ramah sembari memberi hormat kemudian berpamitan dan menuju kereta yang telah disiapkan untuknya.

"Hamba pamit undur diri Yang mulia."

"Semoga selamat sampai tujuan Jang," ucap ibu suri sembari memeluk Putri Jang singkat.

"Terimakasih yang mulia."

Putri Jang melangkah kan kaki ringan menuju ke kereta yang sudah ditunjukkan oleh seorang pengawal. Putri Jang langsung naik dan duduk diatas kereta. Matanya membelalak kala melihat sosok Raja Joon yang berada didalam kereta yang ia tumpangi. Ia berniat turun dan berpindah kerata karena ia berfikir salah masuk kereta.

"Ma-maaf yang mulia sepertinya hamba salah masuk kereta," ucap Putri Jang seraya berdiri dari bangku yang ia duduki.

Raja Joon menahan lengan Putri Jang membuat Putri Jang mengurungkan niatnya.

"Kau mau kemana hemm? ini memang benar kereta mu."

"Maaf yang mulia, hamba hanya mengira salah masuk kereta," ucap Putri Jang sembari menunduk.

Putri Jang duduk bersandar sembari melihat kearah luar jendela mengabaikan Raja Joon yang berada diseberangnya.

"Astaga... apa yang harus ku lakukan? ini sungguh menyiksaku."

"Berada dalam saru kereta dengan Pria dingin ini membuatku sangat muak."

"Ahh sebaiknya aku membaca buku saja," ucap Putri Jang dalam hati.

Putri Jang mengeluarkan sebuah buku dari kantung yang ia bawa kemudian membacanya hingga ia tak sadar tengah tertidur lelap karena lelah membaca. Sementara Raja Joon yang melihat posisi tidur Putri Jang yang bergoyang keaana kemari karena gerakan kereta merasa simpati. Ia duduk disamping Putri Jang meraih buku yang berada dipangkuan Putri Jang lalu menutupnya dan membenarkan posisi tidur Putri Jang dengan menyandarkan kepala Putri Jang pada bahunya.

Baru saja masuk ke perbatasan hujan turun begitu lebat disertai dengan badai yang membuat rombongan menghentikan perjalanannya dan memutuskan bermalam di rumah penduduk setempat.

Raja Joon membopong tubuh Putri Jang menuju sebuah kamar yang telah disediakan untuknya dan Putri Jang. Ia membaringkan Putri Jang diatas ranjang sederhana milik salah seorang warga. Ia meminta Dayang Han mengganti pakaian Putri Jang dengan pakaian yang hangat dan kering.

"Dayang Han, pakaian Putri Jang basah bisakah kau menggantikannya?"

"Baik yang mulia."

Setelah Dayang Han mengganti pakaian Putri Jang sang Raja kembali masuk kedalam kamar yang Putri Jang dan dirinya kemudian membaringkan diri disamping Putri Jang. Raja Joon terlelap begitu saja setelah hampir seharian terjaga dalam perjalanan.
Tengah malam tidur Raja Joon terusik karena igauan Putri Jang. Raja Joon memiringkan tubuhnya menghadap Putri Jang ia terkejut melihat wajah pucat Putri Jang yang menggigil kedinginan. Ia lantas bangun dan memeriksa tubuh Putri Jang yang ternyata demam. Ia meminta bantuan Dayang Han untuk merawat Putri Jang.

"Dayang Han, Putri Jang demam bisa kah kau membantuku merawatnya."

"Tentu yang mulia."

Dayang Han mengambil ramuan khusus yang selalu dibawa Putri Jang kemana mana ini merupakan ramuan herbal racikan Putri Jang sendiri. Ramuan ini berhasiat untuk menyembuhkan demam, flu dan juga batuk. Dengan telaten Dayang Han meminumkan ramuan tersebut kepada Putri Jang kemudian mengambilkan sebuah selimut tebal yang ia bawa dari istana lalu menyelimutkan pada Putri Jang.

"Silahkan beristirahat kembali yang mulia, Putri Jang akan kembali sehat besuk."

"Terimakasih bi."

Raja Joon kembali membaringkan tubuhnya diatas ranjang setelah kepergian Dayang Han. Kali ini ia tak hanya memiringkan tubuhnya menghadap Putri Jang akan tetapi juga mendekap tubuh Putri Jang.

"Cepat lah sembuh Jang," ucap Raja Joon lirih.

Keesokan harinya Putri Jang terbangun dengan posisi berada dalam dekapan Raja Joon. Putri Jang gelagapan dan segera melepaskan diri dari dekapan Raja Joon. Ia membuang jauh jauh harapannya meskipun saat ini ia memanglah sedang bahagia karena sebuah dekapan dari sang Raja. Tak mau besar kepala Putri Jang memilih mengabaikan harapannya karena tak ingin sakit hati yang keaekian kalinya karena ucapan sang suami.

Pagi ini Putri Jang membantu pemilik rumah dan para dayang yang sedang menyiapkan sarapan. Tangan Putri Jang begitu terampil memainkan berbagai alat dapur membuat siapa pun yang melihatnya berdecak kagum. Raja Joon teebangun dari tidurnya ia sudah tak menemukan Putri Jang disampingnya. Perasaan khawatir membuat Raja Joon bangun dan mencari keberadaan sang istri. Ia keluar kamar menyusuri setiap sudut ruangan untuk mencarinya, ia mendengar suara gaduh yang berasal dari ruangan besar yang terletak diujung belakang rumah yang tempati. Raja Joon memeriksa Putri Jang ditempat tersebut benar saja ia melihat punggung mungil yang sedang ia cari sedang membantu memasak. Raja Joon terkesiap melihat betapa lihainya Putri Jang didapur. Sesaat kemudian rasa hangat menjalar dihati Raja Joon melihat senyuman dan perkataan Putri Jang yang begitu ramah kepada pemilik rumah.
Dayang Han menyadari keberadaan Raja Joon yang sedari tadi memperhatikan Putri Jang Dayang Han lantas berbisik dan memberi kode Putri Jang.

"Putri, di belakang ada Raja Joon sedang memperhatikan Putri sebaiknya Putri menghampirinya."
"APA? benarkah? baiklah aku akan menghampirinya."
ucap Putri Jang, dengan sedikit gugup Putri Jang membalikkan badan menghampiri Raja Joon dengan secangkir teh hangat.

Raja Joon menghampiri Putri Jang yang juga sedang menghampirinya.

"Mengapa kau kemari? apakah kau sudah sembuh?"

"Maaf yang mulia, hamba hanya ingin membantu memasak saja dan hamba sudah sehat kembali terimakasih sudah merawat hamba tadi malam."

"Hemmm...."

"Ini hamba bawakan secangkir teh hangat untuk yang mulia."

"Terimakasih, lekas lah mandi dan bersiap kita akan segera melanjutkan perjalanan."

"Baik yang mulia."

Putri Jang bergegas masuk kedalam kamar dan mengambil perlengkapan dan juga baju ganti untuk segera membersihkan diri.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro