Selir Raja Joon✓

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Siang itu, ketika Perdana Menteri Hwang hendak keluar istana seorang pengawal memanggilnya kemudian memberitahu jika Sang Mulia Raja memanggilnya.

"Hormat kami Perdana Menteri Hwang."

"Kami membawa pesan dari Raja untuk anda, beliau meminta anda menemui beliau diruang diskusi keluarga," ucap salah seorang pengawal.

"Terimakasih kau boleh pergi." Perdana menteri Hwang berbalik arah menuju kedalam istana kembali memenuhi permintaan sang Raja.

Perdana Menteri Hwang berjalan dengan tergesa menuju sebuah ruangan yang sudah diberitahukan oleh pengawal tadi.

"Perdana Menteri Hwang tiba," seru seorang penjaga.

Perdana Menteri Hwang melangkahkan kaki masuk kedalam ruangan dengan tenang nampak disana sudah ada Raja Joon, Ibu suri dan Raja Won yang sedang duduk bersitegang yang membuat Perdana Menteri Hwang bertanya tanya tentang apa yang terjadi.

"Hormat saya yang Mulia."

"Silahkan duduk Perdana Menteri Hwang," ucap Raja Won.

"Terimakasih yang mulia." Perdana Menteri Hwang pun duduk dikursi yang telah disediakan.

"Perdana Menteri Hwang apa kau sudah mendengar kabar jika Ratu Ran sedang sakit keras?" tanya Raja Won.

"Sudah yang mulia saya mendengarnya tadi pagi."

"Kerajaan butuh selir untuk menggantikan tugasnya mendampingi Raja karena sepertinya Ratu sudah tidak bisa melanjutkan tugasnya." Raja Wong menjeda ucapannya lalu kemudian menghela nafas dalam dalam sebelum ia melanjutkan kalimat yang selanjutnya.

"Kami memilih Putrimu, Putri Jang sebagai selir Raja Joon atas rekomendasi Ratu Ran sendiri sebelum ia tak sadarkan diri," ucap sang Raja yang membuat Perdana Menteri Hwang terkejut.

"Bagaimana menurutmu?" Raja Won menatap kearah Perdana Menteri Hwang.

"Sebelumnya ampuni hamba yang telah lancang yang mulia, lalu bagaimana dengan Pangeran kedua yang sudah menaruh hati kepada Putri Jang?" Perdana Menteri menunduk takut jika sang Raja akan marah padanya.

"Tenanglah Pangeran kedua akan kami beri tahu juga nanti."

"Jika begitu keinginan Raja hamba tak bisa menolaknya."

"Terimakasih Perdana Menteri Hwang pulanglah beritahu ini kepada Putrimu."

"Baik yang mulia hamba pamit undur diri dulu."

Perdana Menteri Hwang pergi meninggalkan Istana dengan perasaan yang campur aduk. Di satu sisi ia ingin Putrinya bahagia dan bangga jika Putrinya terpilih menjadi pengganti Ratu Ran disisi lain ia sedih karena ia tahu bahwa putrinya sudah mencintai pangeran kedua dan ia pun tahu jika Raja Joon sangat mencintai Ratu Ran lalu ia berfikir tentang bagaimana nasib sang putri jika harus menjadi pengganti Ratu Ran. Tapi ini semua demi kerajaan dan ini sudah diputuskan oleh Dewan kerajaan tidak mungkin ia bisa menolaknya karena keputusan Dewan adalah mutlak dan tak bisa diganggu gugat.

"Maafkan ayah Jang, bahkan ayah tak bisa melakukan apapun untuk menolak ini." Perdana Menteri Hwang turun dari kereta menuju kedalam rumahnya kakinya bergetar kala ia sudah berada di lorong menuju kamar sang putri, ia benar benar tidak sanggup untuk mengatakan ini kepada sang putri.

Perdana Menteri Hwang menghentikan langkah sejenak terpekur memandangi sebuah gazebo yang berada ditengah kolam ikan koi dengan jembatan kecil sebagai penghubungnya. Tempat itu, adalah tempat mereka berkumpul menikmati waktu santai disore hari. Dia, Istrinya dan kedua anaknya mereka sering duduk disana menghabiskan waktu sembari meminum teh dan bercengkrama.

Bayangannya menerawang memperlihatkan Jang kecil yang lucu dan menggemaskan, Jang adalah pembasuh lukanya setelah ia harus menerima kenyataan dengan keputusan istana yang mengasingkan istrinya Nyonya Jang karena sebuah penyakit kulit yang dianggapnya menular. Jang kecil selalu menghiburnya hingga ia sedikit demi sedikit bisa melupakan kesedihannya. Ia masih ingat betul jika Jang kecil selalu berkata "Ayah, ayah jangan bersedih lagi jika Jang besar nanti Jang akan menyembuhkan penyakit ibu dan Jang akan membawanya berkumpul dengan kita kembali. Jang akan belajar lebih giat ayah," ucap Jang sembari tersenyum manis yang membuat Perdana Menteri Hwang terkekeh dan terhibur.

Namun Kini ia harus merelakan Putrinya untuk menjadi selir dan pengganti Ratu, ia tak bisa membayangkan betapa tersiksanya Jang nanti hidup didalam tekanan kerajaan yang ia tahu pasti itu sangat menyedihkan ditambah lagi Raja Joon yang pernah berkata hanya mencintai Ratu dan tak menginginkan selir. Haruskah ia merelakan kebahagian anaknya demi kepentingan kerajaan. Tidak ia tidak mungkin sanggup melakukannya, namun ini adalah keputusan mutlak yang tak bisa diganggu gugat. Perdana Menteri Hwang kembali melanjutkan langkahnya menuju kamar sang putri.

"Perdana Menteri Hwang tiba" seru Kasim Bin, seorang kasim yang ia tugaskan menjaga sang putri semenjak sang putri masih kecil.

Daun pintu kamar sang putri terbuka menampilkan sang putri yang anggun dan menawan sedang berdiri menyambutnya dengan senyuman indah. Putri Jang tumbuh sangat anggun dan cantik meski ia dulu sedikit cerewet dan juga sangat aktif seperti layaknya anak lelaki.

"Jang," ucap sang Perdana Menteri sembari memeluk tubuh putrinya dengan sayang.

"Sayang, ayah sangat menyayangimu. Sangat. Kau tahu itu kan." Perdana Menteri Hwang mengusap lembut surai panjang Putri Jang.

"Tentu saja aku kan putri ayah," ucap Putri Jang sembari terkekeh.

Perdana Menteri Hwang mengendurkan pelukannya menuntun sang putri menuju gazebo sembari bergurau.

"Ayah, mengapa mengajakku kemari. Apa sedang rindu dengan ibu kah?" tanya Putri Jang hati hati.

"Bukan hanya rindu ibumu, ayah juga merindukanmu dan kakakmu rasanya waktu berlalu begitu cepat Jang. Hingga ayah harus merelakan melepasmumu bersama kehidupan barumu." Perdana Menteri Hwang menatap lembut wajah putrinya.

"Maksud ayah?"

"Jang.. jangan pernah membenci siapapun atas keputusan ini, karena ini keputusan mutlak Dewan kerajaan yang tak bisa diganggu gugat bahkan ayah pun tak bisa melakukan apapun untuk hal ini." Perdana menteri Hwang menjeda ucapannya sejenak mengambil tangan sang putri lalu menggenggamnya erat erat.

Sementara Jang terdiam memberikan waktu untuk sang ayah berbicara.

"Berdasarkan keputusan Dewan kerajaan Raja Won memintamu menggantikan tugas Ratu Ran dan menjadikanmu selir Raja Joon." Belum sempat sang ayah melanjutkan ucapannya Putri Jang sudah menitikan air mata.

"Jang dengarkan ayah. Keputusan ini diambil berdasar pertimbangan yang cukup matang demi menyelamatkan kerajaan. Ratu Ran sendiri yang merekomendasikanmu sebelum akhirnya Ratu tak sadarkan diri."

Bagai disambar petir di cuaca yang terik tubuh Jang melemah mendengar ucapan sang ayah pikirannya saat ini sedang tertuju pada pangeran kedua, bagaimana bisa ia meninggalkan pangeran kedua sedang hatinya sudah mulai mencintainya tapi ini adalah perintah yang ia tahu tidak mungkin bisa ia tolak. Putri Jang menatap wajah ayahnya yang tampak telah menitikan air mata ia tahu benar apa yang sedang ayahnya fikirkan. Ia mendekap erat tubuh sang ayah, sejenak ia menyandarkan tubuhnya yang lemah ke tubuh sang ayah kemudian berpamitan kepada sang ayah.

"Ayah aku akan berfikir terlebih dahulu untuk ini, aku butuh waktu untuk sendiri," ucap Putri Jang sembari melangkahkan kaki pergi.

"Ayah tidak perlu khawatir soal ini aku tetap menerima keputusan yang telah diberikan kerajaan." Putri Jang berhenti sejenak tanpa menoleh Putri Jang berucap untuk menenangkan hati sang ayah.

Putri Jang berlari memasuki kamarnya meminta kasim Bin untuk menjaga ketat ruangannya dan tidak memperbolehkan siapapun masuk kekamarnya karena ia sedang tidak ingin diganggu sang kasim pun hanya mengangguk mengiyakan permintaan sang putri.

Mohon dukungannya Readers... :)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro