Episode 1

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Di sebuah taman, terlihat seorang pemuda duduk di tengah sebuah taman yang penuh akan aneka bunga yang menghiasi seluruh penjuru taman. Pemuda tersebut tampak sedang memandang sendu sebuah foto yang bergambar seorang gadis kecil yang sedang tersenyum sembari memegang segerombolan bunga di tangannya. Aroma harum semerbak dari putik bunga yang berada di taman itupun menyeruak menjadi satu yang seolah telah mengisahkan tentang seorang gadis kecil yang pernah singgah di taman itu.

Flashback on

"Dio, mana sih kok nggak datang-datang dari tadi, bosen tau!" monolog seorang gadis kecil berusia tujuh tahun yang sedang duduk di sebuah taman bunga yang terletak di tengah komplek perumahan.

"Kanaya," panggil seorang anak laki-laki yang berusia tujuh tahun. Gadis itu pun menengok ke belakang.

Terlihat seorang anak laki-laki sedang tersenyum dan melambaikan tangan padanya.

"Dio," Gadis kecil bernama Kanaya itu pun membalas lambaian tangan dari sahabatnya itu. Sedangkan bocah laki-laki itu pun berlari ke arah Kanaya dengan antusias.

"Gimana? Kamu udah di beliin alat lukis sama kayak aku belum?" Kanaya pun menunjukkan kanvas, kuas, serta peralatan lukis lainnya.

"Udah nih dibeliin sama Opa aku, ayo kita ngelukis bareng di sana," balas Dio antusias.

"Hm, eits tunggu dulu. Ayo kita lomba, siapa yang sampai duluan di sana dia yang menang, kalo kamu yang menang harus mentraktir eskrim aku. Tapi kalo kamu yang kalah, kamu harus beliin aku eskrim. Gimana?" tawar Kanaya.

"Set--- eh gak gak gak enak aja, kalo gitu enakan kamu dong! Dasar curang!" umpat Dio.

"Dengar ya Kim Ravedio Anggara Digjaya, wanita itu gak pernah curang dan gak pernah salah! Sekalipun menurut kaum lelaki, yang wanita lakukan itu sebuah kesalahan ataupun kecurangan." elak Kanaya tak mau kalah. Kanaya pun memalingkan wajah dan menyedekukan kedua tangannya.

"Curang! Aku gak mau temenan lagi sama kamu! " Dio memalingkan wajahnya dan melipat kedua tangannya di dada.

"Ya udah, siapa juga yang mau temenan sama kamu? Bocah tengil bau lagi."

"Dasar curang!"

Sedetik kemudian

Mengerti akan kemarahan sahabatnya, Kanaya pun mengacungkan jari kelingkingnya ke arah Dio. Dio pun menyambutnya.

"Dah lah, aku mau ngelukis dulu." sahut Kanaya.

"Ini yang marah siapa? Yang sewot siapa? Aneh!" gerutu Dio.

"Bodo amat! " Kanaya pun berlalu meninggalkan Dio yang masih saja mematung di tempatnya.

"Kok aku malah di tinggalin sih!" Dio mengernyitkan dahinya sembari menunjuk dirinya sendiri.

"Kanaya, tunggu!" Dio pun melangkahkan tungkainya cepat untuk mengejar Kanaya yang hampir sampai di tempatnya.

"Hosh... Hosh... Hosh..." suara deru nafas Dio yang telah sampai di sisi kiri Kanaya.

"Apa?" Tanya Kanaya.

"Kamu kok malah ninggalin aku sih? Harusnya kan yang ninggalin tuh aku bukan kamu," gerutu Dio.

"Makanya kalo jalan tuh jangan lelet," balas Kanaya yang sudah mulai menyiapkan alat lukisnya. Diikuti oleh Dio.

" Nay, gimana kalo kita lomba ngelukis? Siapa yang paling cepat ngelukis dia yang menang, dan yang kalah harus dicoret mukanya pake cat air. Gimana?" usul Dio.

"Boleh, siapa takut!? Aku yakin aku bakalan menang," ujar Kanaya percaya diri.

"Liat aja nanti!" sahut Dio.

"Ayo mulai... Satu... Dua... Tiga... " aba-aba Kanaya.

Hening pun mulai menyelimuti, hanya terpaan angin dan suara dedaunan jatuh yang dapat menyeruak masuk ke dalam rungu mereka.

Tak berapa lama, keheningan siang itupun pecah. "Yeay, aku selesai, aku menang! Dio kalah! Yeay, " ucap Kanaya girang.

Gadis kecil itu pun tanpa komando langsung saja mencoret wajah Dio dengan cat air. Tentu membuat sang empunya wajah terkejut dan marah. Akhirnya, Dio pun mencoret balik wajah cantik Kanaya, namun Kanaya menghindar dan berlari menjauhi Dio.

"Gak kena gak kena wleeekk," ucap Kanaya seraya menjulurkan lidahnya.

"Kanaya awas kamu ya!" tak mau menyerah Dio pun berlari mengejar Kanaya. Aksi kejar mengejar pun dimulai.

Setelah sampai di suatu tempat, lebih tepatnya berada di bawah pohon yang sangat besar dan rindang. Dio pun menghentikan langkahnya.

"Aduh capek! Kanaya larinya kok bisa cepat banget sih!" monolog Dio yang telah menyandarkan badannya di batang pohon itu.

Bruk

Suara benda yang jatuh.

"Eh, apaan tuh yang jatuh?" Mata Dio mengedar mencari asal suara tersebut. Retinanya menyipit kala sesuatu menyambangi netranya.

"Itu apaan ya?" Dio mulai bangkit lalu melangkahkan kakinya mendekati barang itu.

"Ini kanvas punya siapa ya?" batin Dio.

Netranya terus menerus mengedar mencari orang yang meninggalkan alat lukis tersebut. Namun, tiba-tiba seseorang datang dari belakang dan mencoba untuk mengagetkannya.

"Baaaa... "

"Aduh Pak, Bu, maaf saya tidak mencuri kanvas ini saya cuma nemu aja," latah Dio.

"Hahahahaha... Dio! Dio! Kamu tuh lucu banget sih, baru dikagetin dikit aja udah kayak gitu," ucap Kanaya seraya tertawa.

"Ish, kamu ini orang aku lagi serius juga!" gerutu Dio.

"Iya-iya maaf, eh itu kanvas siapa? Bagus banget, pasti cantik deh kalo buat lukis wajah aku." imbuh Kanaya.

"Hush, jangan sembarangan! aku ini juga nggak tahu ini punya siapa, daritadi aku liat sekitar sini juga gak ada orang selain kita," sanggah Dio.

"Ya udah kalo gitu kita ambil aja," tukas Kanaya.

"Jangan gitu, nanti kalo yang punya nyariin gimana? Nanti kita di marahin lagi," timpal Dio.

"Dio, udah deh gak usah bawel cepet lukis aku, nanti kalo orangnya datang biar aku yang urus," ucap Kanaya sedikit ngegas.

"Emang kamu berani kalo dimarahi orangnya?" tanya Dio.

"Beranilah!" jawab Kanaya yakin.

"Beneran ya?"

"iya, udah cepetan lukis wajahku yang cantik ini," sahut Kanaya.

"Iya bawel banget sih kamu!" timpal Dio.

"Berisik! Cepetan lukis!" sahut Kanaya.

Kanaya pun segera mendudukkan dirinya di tengah hamparan bunga warna-warni yang semakin membuat auranya tampak sangat cantik.

Setelah beberapa menit.

"Dio udah selesai belum?" tanya Kanaya.

"Udah nih," balas Dio.

Kanaya pun langsung bangkit dari duduknya dan segera menghampiri Dio.

"Wah bagus banget, makasih ya!"  ujar Kanaya setelah melihat hasil lukisan tersebut. Senyum manis pun terukir di wajahnya.

"Ya sama-sama, udah yuk aku anterin pulang udah sore nih, ntar kamu di cariin lagi," ajak Dio seraya membereskan barang mereka.

"Gak usah, aku bisa pulang sendiri," balas Kanaya.

"Yakin bisa pulang sendiri?"

"Iya, soalnya kata mamah aku, aku tuh udah gede jadi gak boleh manja!" jelas Kanaya.

"Ya udah kamu hati-hati ya nyeberangnya!" peringat Dio.

"Iya, oh ya nih kamu aja yang bawa," ujar kanaya sembari menyerahkan kanvas yang di temukan Dio tadi. Dio pun menerimanya.

"Oke," balas Dio.

"Udah aku pulang duluan ya!" pamit Kanaya. Kanaya pun melangkahkan kakinya meninggalkan Dio yang masih saja menatapnya. Namun sesampainya Kanaya di tengah jalan tiba-tiba...,

BRAKK..!!

Tubuh Kanaya terpental dan tewas seketika.

Flashback off

"KANAYAAA!!!" ucap seseorang yang baru saja tersadar dari lamunannya.

***

To be continue

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro

#nubargwp