Di Hutan Kota

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


Perempuan itu menjatuhkan diri ke rerumputan.

"Hei, paling tidak ... tunggulah sampai alas duduk ini selesai kubentangkan!" tegur lelaki yang bersamanya. Dia tidak peduli. Hidungnya sedang menikmati aroma segar rumput yang baru dipangkas.

Mereka tidak sedang berkencan.

Mana sempat?

Dengan tumpukan tugas hapalan dan laporan yang harus dikerjakan, belum lagi tugas serabutan dari Kepala Panti yang kadang-kadang dia terima.

Setelah perdebatan singkat, akhirnya perempuan itu setuju untuk membantu membentangkan alas duduk yang dibawa oleh lelaki yang datang bersamanya.

Berbeda dengan dirinya, lelaki itu adalah penduduk setempat. Entah apa alasannya bersikap baik kepada imigran penerima beasiswa sepertinya. Tidak mungkin asmara, karena dia sudah pernah menanyakannya. Suatu saat nanti mungkin lelaki itu akan menagih pamrih, dia harus mempersiapkan diri sebelum itu terjadi.

"Makan siang di bawah pohon rindang begini, sekali-sekali boleh juga," komentar lelaki berambut pirangt itu seraya menyandarkan punggung pada batang pohon.

Perempuan berambut hitam itu tidak menjawab. Perutnya sudah lapar tetapi dia merasa matanya terlalu berat untuk diajak bekerjasama. Tidur empat jam sehari memang tidak sehat.

"Hei, kau yakin tidak mau makan bakmi gorengnya? Buatan toko itu enak sekali, lho... ."

Perempuan itu tahu. Dia pernah bekerja sambilan di toko yang sama atas perintah Kepala Panti. Bayarannya tidak banyak tetapi dia mendapat jatah makan malam gratis.

"Kalau kau memang sedang tidak nafsu makan, tidak mengapa ... Tapi kalau bisa makanlah sedikit, dua-tiga suap saja?" tawar lelaki itu lagi.

Lelaki itu sedang mengintip untuk memastikan lawan bicaranya tidak tertidur ketika mendadak perempuan yang bersamanya bangkit.

JDUKKK!

"Aduuuh!!!" seru keduanya nyaris bersamaan. Yang satu memegangi kepalanya, sementara yang lain mengusap-usap dagunya sendiri.

Mengabaikan protes lelaki yang masih sibuk mengusap dagunya, mata perempuan itu tertuju pada sosok seorang anak berambut cokelat halus yang sedang berjalan seorang diri melintasi pepohonan. Anak itu terlihat sedang menangis. Namun bukan suara tangisannya yang membuat perempuan itu bangun. 


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro