Persimpangan Jalan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


Matahari mulai condong ke Barat ketika Alex berjalan meninggalkan restoran. Langkahnya ringan. Perutnya penuh, hatinya pun senang.

Dia sudah menerima pekerjaan yang ditawarkan. Besok dia akan datang ke kantor mereka untuk tanda tangan kontrak jangka pendek. Sembari bersenandung pelan langkah kaki jenjangnya membawa Alex menuju halte bus yang akan dia naiki untuk pulang.

Lampu pejalan kaki menyala merah di persimpangan jalan. Dia harus menunggu. Tidak masalah, masih banyak waktu.

Terdengar suara berdecit nyaring. Seperti suara karet ban beradu dengan aspal dalam kecepatan tinggi. Dari kejauhan, sisi jalan yang lebih tinggi, dia bisa melihat sebuah mobil terlihat meluncur kehilangan kendali. Kemudian seorang bocah menyeberang tanpa melihat.

Orang-orang di sekelilingnya berteriak dan berseru pada bocah itu. Menyuruhnya mundur atau bergegas menyeberang. Bocah itu terlihat tidak mendengar teriakan mereka. Dia sedang asyik dengan sesuatu yang dipegangnya.

Mobil yang kehilangan kendali itu berusaha membelokkan arah menjauh dari bocah itu tetapi malah membuat tubuh besinya berputar makin tak terkendali, menabrak pembatas jalan lalu memantul kembali ke arah zebra cross tempat bocah itu sedang menyeberang.

Dia sudah bukan lagi bocah bertubuh kecil yang lemah dan penyakitan. Dengan panjang lengan dan kakinya ditambah tenaga dari otot yang sudah berkembang dengan baik, lelaki itu bergerak dengan segenap kemampuan yang dia miliki. Waktunya tak banyak. Pilihannya, menerjang ke arah bocah itu datang atau menarik ke arah tempat dia berdiri menanti.

Bemper mobil nyaris mencium pinggangnya. Satu dorongan kuat pada tungkai-tungkainya membuat lelaki itu melompat ke tepi jalan, membawa serta bocah yang terdorong bersamanya.

Tempat mendaratnya berupa tanah berumput yang sudah kering. Khawatir bocah itu tidak akan mampu menahan hentakan yang akan mereka terima, tubuh jangkungnya diputar selagi melayang karena lompatan tadi. Ketika mereka mendarat, bocah itu terlindung dalam pelukannya sementara punggung Alex sendiri membentur tanah.

Kepala pening. Nyeri dan linu di berbagai tempat di tubuh. Tangis bocah di telinganya. 

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro