Pertemuan yang Terlambat

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


Tawaran pekerjaan sebagai penerjemah tetap di sebuah perusahaan yang cukup ternama. Gaji bulanan yang teratur dengan nominal yang cukup untuk mendapatkan apa yang dia inginkan dalam 3-4 bulan saja. Lebih cepat setengah tahun dari rencana.

Jujur saja, sempat terbersit dalam benaknya untuk menerima tawaran itu. Namun dia juga sadar bahwa di balik kemudahan yang akan dia terima, ada harga yang harus dia tebus. Kembali ke rumah itu, memasung diri dengan rantai yang ibunya. Mungkin kali ini dengan aturan yang lebih ketat.

"Maaf, Ibu ... Aku tidak bisa menerima tawaran itu," jawab lelaki itu pada akhirnya.

"Kau sudah kubiarkan bersekolah dan memilih jurusan sesukamu," keluh perempuan itu. "Omong-kosong apalagi yang kau inginkan?"

Nyaris saja lelaki itu naik pitam karena klaim ibunya. Satu tegukan kopi berhasil menenangkan kembali emosinya.

"Pertama-tama, Ibu...," dia memulai. "Yang mengizinkan aku untuk memilih sekolah adalah Ayah, Beliau yang menandatangani surat persetujuan wali yang tidak pernah mau Ibu baca. Kedua, apakah ada gunanya aku menyebutkan apa yang kuinginkan bila Ibu sama sekali tidak berkeinginan untuk mengabulkannya?"

Alex berhasil menumpahkan uneg-uneg tanpa menaikkan nada bicara, tanpa kehilangan keramahan pada ekspresi wajahnya. Hasil didikan keras dari perempuan itu. Walau terperangah karena kata-kata penolakan yang diucapkan oleh puteranya, tidak bisa tidak dia merasa sedikit bangga.

Namun kemudian lelaki itu bangkit dari kursi setelah menghabiskan isi cangkirnya.

"Sesuai janji, hanya satu cangkir saja. Bus yang akan Ibu naiki sebentar lagi tiba, sebaiknya Ibu juga bergegas," tambahnya seraya meraih nota di meja. "Biar aku yang membayar."

"Tunggu, Ludwig!" panggil ibunya sebelum lelaki itu melangkah lebih jauh. "Apa kau tidak ada sedikitpun keinginan untuk kembali ke rumah?"

"...Aku harus segera pergi untuk menemui seseorang."

"Ayahmu juga akan sangat senang.!"

"Ibu, kita sedang di tempat umum ... Apa Ibu tidak malu?"

Perempuan itu terdiam. Puteranya menggunakan kalimat yang sama persis dengan yang dia gunakan dulu.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro