Sepasang Kembar

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


Sore itu udara terasa dingin. Peluit kereta bertiup panjang dan nyaring. Rombongan penumpang yang masih di peron bergegas naik bersama barang bawaan masing-masing.

Alex berhasil naik ke gerbong sebelum kereta mulai bergerak. Mata cokelatnya berusaha mencari-cari tempat kosong yang tersisa. Walau akhir minggu masih baru akan dimulai besok, cukup banyak penumpang lain yang memadati gerbong kereta jurusan bandara udara.

"Kak, di sini kosong. Duduk saja!" tawar seseorang, menarik-narik lengan jaket tebalnya.

Ketika lelaki itu menoleh, dia perlu mengerjapkan mata beberapa kali. Di hadapan matanya ada dua orang anak perempuan, berwajah serupa. Mungkin usia mereka sekitar pertengahan belasan tahun.

Mereka tersenyum lalu menunjuk pada kursi kosong yang ada di hadapan mereka.

"Terimakasih banyak," gumam Alex seraya mengambil kesempatan itu.

"Turun di Bandara juga, Kak?" tanya salah satu dari mereka.

"Betul. Kalian juga?"

"Kami akan pergi ke tempat Nenek," jawab yang lain.

"Menyenangkan sekali," komentar lelaki jangkung itu. "Berlibur?"

Keduanya terdiam lalu saling berpandang-pandangan. Seperti memperdebatkan apakah perlu bercerita pada orang yang baru saja mereka temui.

"...Ibu sudah tidak ada. Ayah tidak mampu mengasuh kami berdua sekaligus," jawab yang terlihat lebih dewasa, pelan.

"Oh ... Maaf," gumam Alex, canggung.

"Tidak apa, Kak! Kami tidak sendirian, jadi kami pasti kuat."

"Betul, Kak. Berdua, kami pasti bisa!" timpal yang lain dengan nada lebih ceria.

Melihat keduanya tampak lebih bersemangat, ada perasaan hangat ikut tersiram dalam benak yang membuat Alex kembali tersenyum.Sebuah pertanyaan pun muncul, andaikan dia memiliki saudara, mungkinkah ibunya tidak akan terlalu terobsesi pada dirinya?

Kondektur berkeliling memeriksa karcis. Ketika Alex mengambil karcisnya dari saku dalam jaket, sebuah jam saku perak berukir, terjatuh di pangkuannya.

"Tadinya milik kakek buyutmu. Seharusnya hanya diberikan pada anak lelaki, tetapi karena adik nenekmu meninggal, langsung diserahkan kepadaku," jelas ayahnya saat memberikan jam saku itu. "Sekarang, jadi milikmu. Kuharap bisa sedikit menyemangatimu di sana."

Tersenyum, Alex menyimpannya kembali.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro