19 : obrolan saat hujan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Buatlah tokoh cerita hari ke-3 kalian bertemu dengan tokoh cerita hari ke-15

[]

Selepas bel pulang berbunyi, aku tak langsung kembali ke rumah. Aku memilih untuk singgah sejenak di warung Bu Neneng untuk memesan secangkir kopi hitam panas. Karena asap dari secangkir kopi tersebut masih mengepul, aku membuka buku coret-coretku. Aku menggambar makhluk yang muncul di mimpiku tadi alias diriku versi alien.

"Ih, serem amat," komentar Sira yang duduk di depanku.

Aku menatapnya, lalu berkata, "Ini alien yang gue liat."

"Oh, jadi ini lu ... versi alien?"

Aku mengangguk.

Ia lantas melihat ke arah gambaranku, lalu ke wajahku, begitu hingga tiga kali bolak-balik. "Mirip sih."

Aku yang baru saja kembali mengambil pena langsung tersadar. "Maksud lo gue serem?"

Ia menyeringai tipis. "Agak."

Aku langsung bergerak cepat mencoret tangan kanannya yang tergeletak di atas meja. Ia reflek menarik tangannya, tapi terlambat, sudah kucoret. "Anjir!"

Ia berusaha merebut pulpen dari genggamanku, tetapi pulpen itu masih aman berada di cengkeramanku.

"Heh! Ngapain lo berdua berantem?" Suara lelaki itu datangnya dari belakang Sira. Mataku otomatis tertuju pada perawakan tinggi tersebut.

Cengkeramanku yang melemah mempermudah Sira untuk merenggut pulpen itu dariku. Langsung saja ia mencoret tanganku dengan kekuatan penuh.

"Aw." Aku pun meringis.

Puas dengan apa yang telah dilakukannya, Sira menengok ke belakang.

"Lo ngapain ke sini, Ali?" tanya gadis itu.

"Lah, gue and the boys mah emang nongkrongnya di sini. Lo ngapain? Ujan-ujan minum Pop Ice." Cowok itu bertanya balik.

"Tadi 'kan belom ujan," jawabnya.

Langsung kusanggah, "Halah, dari tadi emang udah gerimis kok."

Ia langsung memasang wajah memelas. "Ngidam dari kemaren."

Kaus putih dan rambutnya yang basah memicu aku untuk bertanya, "Lo abis ngapain, Li?"

"Biasa lah, basketan dulu," ujarnya seraya menarik kursi panjang yang diduduki Sira, lantas duduk di sampingnya.

"Terus the boys yang lain mana?" tanya Sira.

"Cabut duluan," jawabnya.

Saking asyiknya menggambar dan bertengkar aku sampai lupa telah memesan secangkir kopi hitam. Karena kepulan asap dari kopi tersebut telah jauh berkurang, aku segera menyeruputnya. Hm, kurang panas buatku.

"Buset Nayla minumnya kopi item!" komentar cowok itu.

"Emang kenapa?" balasku.

"Nggak papa," ucapnya.

Aku kembali memfokuskan pandangan pada gambaran asalku itu. Lalu memutuskan untuk bertanya, "Ali, lu percaya ada alien nggak?"

Ia hanya mendengkus geli, lalu bertanya, "Kenapa tiba-tiba nanya gituan?"

"Jawab dulu lah," pintaku.

Dia malah berkata, "Oh, jadi seharian ini lo sibuk mikirin alien."

"Iya, gue abis mimpi buruk." Kubilang saja begitu.

"Mimpi apa?"

"Mimpi jadi alien."

Lelaki itu malah tertawa geli. Ketika tawanya mereda, ia berucap, "Kalo yang kayak gini lu harusnya tanya sama si Sean, pakar astrologi."

Ah, iya juga. Kalau kutanya Sean, dia pasti akan menjelaskan dari inti bumi hingga ke luar Galaksi Bima Sakti hingga menembus ke semesta-semesta lainnya.

"Nay, bulan bahasa terakhir besok 'kan?" tanya Ali mengalihkan topik.

"Iya, tinggal lomba menulis puisi." Aku langsung teringat, "Sira, lo beneran nggak mau?"

Cewek yang tengah menyedot tetes-tetes terakhir dari Pop Ice-nya itu langsung menjawab, "Kalo bener-bener nggak ada yang mau baru gue ikut."

"Ikut lah, Ra, yang lain udah nggak ada yang mau," paksa Ali.

"Kalo sampe besok nggak ada yang mau baru gue ikut," ucapnya mantap.

"Hm, siapa lagi ya? Cahya udah menulis cerpen, menurut lu siapa, Li?"

"Sean mau kali," usulnya.

"Dia bisa bikin puisi?"

"Eh, gitu-gitu dia seorang pujangga."

"Ya udah, coba tawarin."

"Yang ikut technical meeting besok siapa?" tanyaku lagi.

"Elu lah," jawab Ali enteng.

"Sama lu ya?" tanyaku sedikit memaksa.

"Iya deh, boleh."

[]

Jadi, karena hari ke-3 dan 15 sama-sama dari POV Nayla, kubuat chapter ini lanjutan dari chapter 15 dengan setting di chapter 3.

Ini isinya cuma bincang-bincang yang nggak terlalu penting, ngalor-ngidul tanpa tujuan kayak obrolan manusia pada umumnya, soalnya manusia yang nulis juga pikirannya lagi ngalor-ngidul dan kepalanya cenat-cenut.

Btw 10 hari lagi.

Senin, 19 Februari 2024

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro