Intuisi Jones

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng



Februari, 2014.

Suasana kelas XII IPS 2 penuh dengan anak-anak yang sedang mondar-mandir, ada yang di depan kelas, di belakang kelas, ada pula yang mondar-mandir di tempat duduknnya. Duduk, lalu berdiri, lalu duduk lagi, lalu duduk kembali. Pasalnya, mereka semua sedang harap-harap cemas. Pengumuman 75% anak yang bisa mencalonkan ke jalur SNMPTN tinggal beberapa menit lagi.

Di kursi paling pojok kelas, ada Kaila yang sedang menelengkupkan kepalanya. Satu-satunya hal yang ingin ia lakukan adalah: menangis. Mengingat semester satu dan dua, Kaila selalu mendapat peringkat ke-empat dari bawah, dari 38 anak yang berada di kelasnya. Tapi, sisi lain hatinya juga berharap bisa masuk ke daftar 75% siswa  yang bisa mendaftar SNMPTN karena ...

"Puji Tuhan, gue bisa daftar."

"Eh demi apa udah bisa buka? Aduh gue gimana ya?"

"Shit, gue ngga lolos 75%."

"Alhamdulillah, gue masuk."

"Anjir ... anjir ... gue enggak masuk, aduh masa depan gue."

"MAN! GUE LOLOS ANJAY! SELEBRASI DULU LAH!"

Kaila, masih di kursinya, mendengarkan suara teman-temannya yang berteriak senang, ada juga yang berteriak sedih dan kesal. Jantungnya semakin berdetak tak karuan, memikirkan warna tulisan apa yang akan ia baca di web yang akan ia buka. Merah atau biru.

"Kai, enggak buka?" tanya Ghaida, teman sebangkunya.

Bukan memberi jawaban, Kaila hanya menatap lekat teman sebangkunya. Dengan pandangan cemas dan menahan air mata pastinya. Menggeleng sebentar, lalu gadis itu memilih menyender ke tembok yang ada di sebelahnya. Seakan, dengan menyender pada tembok hijau muda itu ia bisa mengetahui hasilnya.

"Lo enggak buka, Da?" tanya Kaila.

"Maunya sih buka, tapi ngga ada paket. He he he," aku Ghaida malu. "Ini mau minjem hape lo sih, kalo ada paket."

Senyum maklum tercetak di bibir tebal Kaila. "Ini pake aja." Sambil menyodorkan ponsel putih ke hadapan teman sebangkunya.

"Thanks, ya!"

Hanya anggukan yang diberikan Kaila sebagai jawaban. Ghaida pergi keluar kelas, untuk mencari sinyal karena di dalam kelas sinyal sangat susah, meninggalkan Kaila sendiri di pojok kelas.

Kaila merasa lebih baik seperti itu. Biarkan Ghaida dulu yang mengetahui hasilnya, karena seingat Kaila, rata-rata nilai dia dan teman sebangkunya itu lebih tinggi sedikit nilainya. Kalau teman sebangkunya masuk ke dalam jajaran anak 75%, berarti dia juga masuk. Tapi kalau teman sebangkunya itu tidak masuk, maka ...

"Ir ... Irlandi, udah buka?" tanya Nima.

Kuping Kaila langsung terbuka, matanya pun juga langsung nyalang memandang ke arah pintu kelas yang tepat ada dilurusnnya, memperhatikan dua orang yang sedang berbincang.

Tidak, lebih tepatnya memperhatikan Irlandi. Dalam tumpukan buku diari Kaila, ada satu buku khusus yang isinya menceritakan perasaannya pada Irlandi. Bahkan, hanya buku diari itu yang diberi nama. Manusia Favorite. Entah mendapat ide darimana, nama aneh itu terlihat bagus di sampul buku diari miliknya.

"Belum, kamu udah?" tanya Irlandi.

"Gue udah, Alhamdulillah dapet." Senyum bangga Nima terpampang jelas.

Membuat mata Kaila yang tadinya memancarkan rasa cemas, berganti menjadi rasa iri dan sebal sekaligus.

"Wah, selamat ... selamat," ucap Irlandi. "Saya ke tempat saya dulu, ya."

"KAILAAAA GUE MAU NANGIS BANGET! PARAH! GUE DAPETTTT!" teriak Ghaida masuk ke kelas sambil berlari ke arah Kaila.

Mata Kaila yang sudah bulat, kian membulat mendengar berita tersebut. Itu artinya ...

"Wahhh, selamat Ghai ... da." Senyum mengembang diberikan Kaila pada teman sebangkunya. "Ikut seneng gue!"

"Ah, makasih, makasih," kata Ghaida sambil mengembalikan ponsel putih kepada Kaila.

"Sekarang lo dong yang buka, Kai, enggak penasaran emang?"

"Eh? Penasaran sih ... Iya, gue buka sekarang aja, ya?"

Anggukan semangat dari Ghaida membuat Kaila juga ikutan semangat untuk membuka halaman web pengumuman itu.

"OH, GOD! HUKUM UNPAD I'M COMING!!!"

Baru selesai Kaila memasukan sandi ke halaman pengumuman, suara teriakan bahagia itu terdengar. Tak perlu mendongak untuk tau itu suara siapa. Kaila sudah hafal diluar kepala suara itu.

"Well, Hukum Unpad, I'm coming, too."

*******

IRLANDI ADYARTA PASARIBU a.k.a MANUSIA FAVORITE.

Manusia terbaik yang belum saya kenal. Lebih tepatnya, saya belum berani berkenalan dengan dia. Saya dan dia selalu sekelas sejak kelas sepuluh, itu karena peminatan yang saya dan dia ambil sama, yaitu Bahasa Inggris.

Irlandi, manusia yang selalu menempati peringkat pertama di kelas sejak kelas sepuluh, dengan otak encer, saya yakin dia bisa mendapat Perguruan Tinggi apapun yang ia cita-citakan. Saya juga mau seperti dia. Lebih tepatnya, saya mau berada di satu perguruan tinggi bersama dia. Dia adalah alasan saya untuk rajin belajar selain orang tua saya.

Dia hebat. Dia sudah punya cita-cita sejak kelas sepuluh, saat dimana saya untuk naik kelas saja harus membuat perjanjian dengan guru untuk tidak tidur di kelas. Padahal, dia, Irlandi, juga sering tidur di kelas, tapi ya ... otak dia terlalu encer, jadi walaupun tidur di kelaspun, dia tetap bisa mengerjakan tugas dan ujian dengan baik.

Tidak seperti saya.

Dia baik. Waktu saya bingung harus mengisi apa pada lembar jawaban ujian saya, dengan kerutan kening khasnya, dia menawarkan jawabannya. Tidak semua, hanya beberapa. Katanya, "biar tidak kosong semua."

Dia tampan. Mungkin tidak tampan seperti definisi perempuan pada umumnya. Tidak  mirip Zayn Malik, Mario Maurer,  Dylan O'bryen, Zac Efron, ataupun artis idola saya, Sam Claflin. Dia tidak seperti mereka. Dia tampan dengan pembawaannya sendiri. Rambut ikal yang dibiarkan sedikit panjang dan berantakan, kacamata retro yang didalamnya terdapat bola mata yang indah—bening, dan hidung tidak terlalu mancung, , ditambah senyum smirk dan kerutan kening khasnya, dia sudah tampan, bahkan terlalu tampan menurut saya.

Dia pintar. Selain selalu menempati peringkat pertama di kelas, dia juga sering menuliskan kata-kata berfilosofi yang saya baca di blognya, dan butuh waktu lama untuk memahaminya. Bukan juga orang yang mudah ditebak jalan pikirannya, berwawasan sangat luas, jika dibandingkan dengan saya.

Menurut saya, panggilan Manusia Favorite sangat cocok untuk dia.

Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran, bukan cita-cita awalnya. Setau saya, dia ingin masuk fakultas filsafat, atau antropologi. Tapi, karena dia anak baik, dia menuruti kata-kata orang tua dan kakaknya. Merelakan keinginannya untuk memenuhi keinginan keluarganya. Saya bangga pada dia. Menurunkan ego anak laki-laki yang sangat tinggi.

Fakultas Hukum juga bukan cita-cita saya. Saya lebih suka menghitung. Saya mencita-citakan untuk masuk Fakultas Ekonomi, mengambil jurusan accounting, tapi saya rasa cita-cita saya sudah berubah sejak saya mendengar dia mengatakan, "OH, GOD! HUKUM UNPAD I'M COMING!!!"

*****

September, 2014.

"Irlandi Adyarta Pasaribu."

"Saya, Pak!" jawab Irlandi sambil mengacungkan tangannya.

"Asal darimana? Medan?" tanya seorang dosen berkepala botak, dengan kacamata yang turun ke hidungnya, beserta kumis tipis.

"Bekasi, Pak."

"Oh, Bekasi ... jauh dong ya, dari luar bumi," gurau sang dosen.

Semua anak dalam kelas itu tertawa, kecuali Irlandi. Dia hanya memberikan senyum miring andalannya. Bukan tidak sopan, tapi memang begitu gayanya.

"SMA mana?"

"SMA Elhanan Hezekiah, Pak."

Lalu, absen berlanjut... Putri Dhaniar, Abigail Sentosa, Genindra Pamungkas, Verola Latanya, Omania Geraldo, Bianca Tirani Yuanisa, Queenisha Indriane, Ofela Gestani Kia, Efran Budiman, Aurel Jelita Kuncoro, Mico Saputro, Danti Parimarma, Hugo Octo Sucipto, Salsabila Jihan, Luisa Braga, ... Cinda Aramele, semua ditanya pertanyaan yang sama. Asal daerah dan sekolah.

"Kaila Avichayil Ardiyanti."

"Saya, Pak."

"Asal daerah?"

"Bekasi,  Pak."

"Oh, Bekasi ... sama kaya Irlandi, ya? Sama-sama dari luar bumi," gurau sang dosen lagi dengan suaranya yang sedikit cempreng. Hanya senyum malu yang diberikan Kaila sebagai jawaban.

"SMA mana?"

"SMA Elhanan Hezekiah, Pak."

"Loh? Sama juga? Pacaran ya, kalian?"
Irlandi hanya menoleh ke arah Kaila, dan menyipitkan mata. Itu temen sekelas saya bukan ya?

"CIEEEEE!!!!!" sorak sorai ramai yang terdengar mengisi penuh ruangan. Dosennya hanya terkekeh sebentar, lalu melanjutkan absen.

****

Februari, 2015.

"Kai ... Kai ... Ayo dong ikut! Enggak bosen apa di kos-an mulu?"

Suara gaduh pintu diketuk menganggu acara melihat foto yang sedang dilakukan oleh Kaila. Pasalnya, ia sudah berkali-kali menolak ajakan Danti, teman SMA, teman kuliah bahkan sekelas, sekaligus teman kosnya yang mengajaknya pergi malam minggu.

Danti mah enak punya pacar, lah gue ...

"Enggak ah, Dan, lo kan nanti pacaran sama Oman, ya masa gue diem-diem aja ngikutin kalian," ucap Kaila dari dalam kamar. Enggan untuk bergerak dari tempatnya, kasur.

"Ayolah, biar enggak jones-jones amat lo ngedekem di kamar kos."

Dengan malas, Kaila beranjak dari kasurnya, berjalan ke pintu putih dimana dibalik pintu itu, Danti sudah menunggu dengan pakaian rapih.

"Danti, justru kalo gue ikut kalian, gue keliatan jonesnya karena kalian pacaran gue jomblo sendiri," keluh Kaila.

"Tenang, lo enggak sendiri kok, gue udah suruh Oman ajak Ir,"

"EH DEMI APA?" teriak Kaila sambil melotot. "Ah, tunggu-tunggu gue ganti baju dulu! Awas ya kalo ninggalin!" Dengan membanting pintu kamar, dengan gaya grasak-grusuk, Kaila mengganti pakaiannya, berdandan sebisa dan secantik mungkin, demi bertemu Ir. Irlandi, maksudnya.

Malam ini, akan menjadi malam yang sangat menyenangkan dan berkesan bagi Kaila. Dan tentu, malam ini akan ia ceritakan di buku diari Manusia Favorite miliknya secara detail, agar ia tidak kehilangan sedikitpun momen kalau beberapa tahun lagi ia buka buku diari ini.

****

April 2015.

Gitar coklat sudah berada di tangan Kaila. Hari ini dia ada Ujian Tengah Semester Bahasa Indonesia. Dosen memberikan tiga pilihan untuk ujian ini: Berpidato, Membaca Puisi atau Menyanyi.

Dan pasti bisa ditebak, bahwa pilihan yang Kaila ambil adalah bernyanyi. Giliran Kaila yang dinilai teman satu kelasnya. Sistem penilaiannya, semua anak di dalam kelas ikut menilai penampilan teman yang sedang tampil. Dengan kursi dibentuk lingkaran besar, dan yang tampil berada di tengah-tengah.

Kaila, memilih menghadap ke arah seseorang yang menjadi alasan ia melakukan berbagai hal selama beberapa tahun belakangan. Irlandi Adyarta Pasaribu.

Kuhampiri engkau meski kau jauh.
Sendiri kutempuh hanya 'tuk bertemu denganmu.

Kaila, dari anak yang mendapat peringkat empat terakhir dari belakang, sampai mendapat peringkat ke empat dari depan. Ia berusaha keras untuk mendapatkan itu. Baginya, Irlandi terlalu jauh, sehingga ia harus melakuan usaha ekstra. Susah payah ia lakukan. Berusaha belajar sampai larut malam bahkan sampai jarum jam menunjuk ke angka tiga demi belajar. Menyusul ketertinggalannya, berusaha untuk tidak tidur di kelas walaupun rasa kantuk begitu dahsyat, demi memerhatikan apa yang sedang ibu/bapak guru terangkan, lalu ia catat. Semua butuh proses.

Kaila mencintai proses itu. Terlebih, ia mencintai orang yang membuatnya senang menjalani proses tersebut. Irlandi. Kaila pikir, untuk memiliki tujuan yang sama dengan Irlandi, yaitu Unpad, Kaila harus berusaha mati-matian. Untuk bertemu Irlandi lebih lama lagi, setidaknya empat tahun mereka bersama, tidak terpisah.

Kuhampiri engkau meski kau jauh.
Namun hatimu t'lah runtuh, dan buatku terjatuh.

Kaila tau. Teman-teman Kaila tau. Teman-teman Irlandi juga tau. Bahwa hati seorang Irlandi Adyarta Pasaribu sudah tidak ada. Dia baik, dia ramah, tingkah lakunya sangat manis, tapi untuk membuat hatinya sedikit terbuka untuk lawan jenis, adalah hal yang rumit. Ditinggal oleh ibunya, lalu putus dengan pacarnya membuat hati seorang Irlandi tertutup. Susah payah Kaila mencoba menarik perhatian dari seorang Irlandi, dari kelas sepuluh, sampai ia semester dua, namun tidak ada hasil. Hal itu membuat Kaila merasa jatuh ke lembah yang paling dalam.

Usahanya selama 3 tahun lebih tidak ada artinya. Bahkan keberadaan dia dan Irlandi di tempat yang sama-pun tidak membuat efek apa-apa.

Intuisiku selalu mengarah kepadamu, tapi tak jua kau hiraukan aku.
Mungkin 'ku tak bisa buatmu luluh, namun kau harus tau bahwa diriku sungguh-sungguh.

Lagi, Kaila berusaha mati-matian untuk belajar di Fakultas Hukum. Melihat keaktifan Irlandi di kelas, dan melihat tatapan kagum dari teman-teman perempuan di kelas membuat Kaila mati gaya. Ia sadar ia tidak cantik, tidak kurus, dan tidak pintar. Dibandingkan teman-teman kelasnya yang perempuan, Kaila bukanlah apa-apa. Tidak pernah aktif di kelas, malah aktif memandang kagum Irlandi. Bahkan, saat Irlandi memandang kagum ke arah teman perempuan lain-pun, Kaila tak sadar. Matanya terlalu ditutupi sesosok yang baginya teramat sempurna.

Sampai malam itu, saat Danti dan Oman mengajak Kaila malam mingguan. Di situ juga ada Irlandi, betapa senangnya Kaila melihat baju yang Irlandi pakai adalah kemeja flannel dominan abu-abu yang Kaila berikan secara diam-diam lewat Oman. Sebagai kado ulang tahunnya, Januari kemarin.

Tapi, kebahagiaan itu hanya sesaat. Verola datang. Dan malam itu, Kaila, Danti dan Oman baru tau kalau ternyata Irlandi dan Verola sudah pacaran. Genap seminggu. Usahanya belajar mati-matian selama empat tahun untuk dilirik oleh Irlandi dikalahkan oleh teman baru mereka yang belum genap satu tahun kenal. Bahkan Verola bisa dengan mudahnya membuka dan masuk ke dalam hati seorang Irlandi yang sudah tertutup lama.

Kau tak pernah tau betapa hati yakin untukmu.
Kau tak pernah tau betapa aku merindukanmu.

Kaila menyelesaikan lagunya dengan baik. Tepuk tangan diberikan oleh teman-teman sekelas Kaila. Gadis itu ingin senang karena ia bisa menyelesaikan lagu itu dengan lancar, tapi tidak bisa. Saat menyanyikan lagu itu, bayang-bayang Irlandi terus bergelayut, membuatnya tidak bisa tersenyum senang.

Hatinya ingin sekali menangis saat menyanyikan lagu Intuisi karya Yura Yunita, lagu yang hampir setiap malam ia dengarkan semenjak malam dimana ia tau Irlandi dan Verola sudah berpacaran. Lebih dari sebulan kamarnya hanya berisi lagu itu.

Dengan senyum seikhlasnya ia berikan pada Irlandi dan Verola yang duduk di sebelah Irlandi. Tak ada air mata yang keluar, namun sudah terbendung siap tumpah. Tapi untungnya otak Kaila masih berfungsi untuk memerintah tubuhnya, sehingga mata bulat Kaila tidak menumpahkannya saat bernyanyi.

"Terima kasih."

Sesudah membungkuk memberi hormat, Kaila kembali ke tempat duduknya. Di sebelah Danti.

****

Kaila membuka buku diari yang berjudul Manusia Favorite miliknya. Buku yang setiap halamannya berisi kebaikan-kebaikan kecil yang dilakukan oleh Irlandi yang selalu diperhatikan Kaila, tanpa sepengetahuan Irlandi. Irlandi menatap mata Kaila sebentar. Irlandi mengambil pulpen Kaila yang jatuh. Irlandi memberikan Kaila jawaban saat ujian. Irlandi memberikan mobil-mobilan pada anak jalanan. Irlandi mengerjakan soal matematikan di depan kelas. Irlandi tidur. Irlandi di hukum karena ketauan makan di kelas. Irlandi membawa bekal. Irlandi sakit di UKS. Irlandi menang Olimpiade Geografi.

Irlandi, Irlandi, Irlandi, Irlandi ... Irlandi.

Semua tentang Irlandi ada di dalam buku itu, beserta foto-foto Irlandi di setiap halamannya. Terdengar menyeramkan, tapi memang itulah isi buku diari Manusia Favorite milik Kaila.

Kaila berada di lembar terakhir di buku itu. Sudah saatnya ia menyelesaikan buku diari ini. Kalau ada cerita lain lagi tentang Irlandi, mungkin dia akan membuat buku diari Manusia Favorite Jilid Dua. Namun untuk saat ini, ada sebuah cerita yang ingin ia tulis di lembar terakhir buku ini.

Tentang Irlandi lagi. Tanpa Verola, pastinya.

Irlandi, halaman terakhir, tapi bukan berarti rasaku berakhir.

Irlandi, tadi saya menyanyikan lagu Intuisi buat kamu. Saya rasa saya sudah lelah mengagumi, menyukaimu, bahkan mungkin mencintaimu selama empat tahun ini. Berawal dari rasa kagum saya karena kamu tidak mengenal saya, tapi kamu mau membantu saya mengisi ujian saya. Saya senang bisa terus sekelas sama kamu, tapi saya rasa saya lelah menjadi penganggum rahasia, yang terus dibayangi oleh teman-teman saya yang jauh lebih segalanya dibanding saya.
Saya berterima kasih sama kamu karena telah berlaku baik pada saya. Mungkin kamu akan mengatakan kalau kamu akan berbuat baik pada semua orang, saya hanya senang saya masuk dalam orang-orang itu.

Waktu SMA kita bersekolah di sekolah yang sama dan disana kita bertemu. Bukan kemauan saya bersekolah disana, itu kemauan orang tua saya, walaupun pada akhirnya saya menjalaninya dengan senang, itupun setelah saya bertemu dengan kamu. Lalu, saat saya masuk Perguruan Tinggi ... Jujur, itu kemauan saya untuk mengikuti jejak kamu pergi ke Perguruan Tinggi yang sudah kamu cita-citakan, di fakultas dan jurusan yang sama dengan kamu, dan beruntungnya saya diterima.

Tapi kali ini, saya rasa saya tidak sanggup lagi untuk mengikuti kamu terus menerus. Kenapa? Selain karena saya sadar selama ini saya terlalu memaksakan diri agar bisa sama dan dipandang  dengan kamu, saya juga rasa ini mungkin akhir dari semua jejakmu yang harus saya ikuti.
Kamu tau, untuk memulai semuanya agar bisa sama dengan kamu, saya harus benar-benar memulainya dari nol, bahkan mines. Itu sulit bagi saya, tapi saya melakukan itu demi kamu.

Demi saya bisa memperpanjang waktu untuk bertemu kamu, memandangi kamu, tapi saya sadar, bahwa sampai kapanpun kamu hanya akan menjadi hal yang saya cita-citakan tanpa saya bisa gapai. Tapi, saya senang, setidaknya saya bisa mewujudkan cita-cita orang tua saya, masuk Fakultas Hukum, sama seperti kamu, ya?

Sejujurnya, saya berharap saya menangis saat menuliskan ini, memikirkan kamu, tapi ternyata saya tidak menangis sama sekali. Mungkin kamu berpikir kalau saya hanya bermain-main dengan perasaan saya, tapi nyatanya tidak. Saya serius. Mungkin memang saya lebih kuat dari yang saya pikirkan.

Irlandi, cerita tentang kamu sudah sampai di halaman terakhir. Saya tidak ingin memperpanjang tulisan ini karena akan menambah kertas, atau bahkan satu buku lagi. Intinya, saya senang, tadi, kamu membuat obrolan dengan saya. Saya tidak mungkin menceritakan apa obrolan kita, tapi yang saya ingat, kata-katamu untuk saya.

"Kaila, saya baru sadar, kamu teman SMA saya. Maaf saya baru ingat kamu setelah mendengar kamu bernyanyi. Saya ingat teman sekelas saya ada yang suaranya persis kaya kamu, dan ternyata itu beneran kamu. Saya tau itu juga dari Oman. Suara kamu bagus, suara kamu sampai ke hati saya. Kalau tidak salah, kamu yang dulu peringkat akhir-akhir terus tiba-tiba masuk peringkat sepuluh besar, kan? Saya ingat kamu. Kamu yang waktu kelas sebelas dituduh menyontek saat ujian, ternyata kamu belajar sungguh-sungguh, kan? Iya, saya ingat itu kamu. Maaf saya lupa sama kamu. Saya juga ingat kamu teman pacarnya Oman, kan?
Kaila, kalau saya tidak salah ingat, kamu juga pernah memberikan saya coklat waktu Hari Valentine, saya belum sempat bilang terima kasih untuk coklat beberapa tahun lalu, terima kasih ya untuk coklatnya.
Oh, iya, Kayla, waktu malam-malam, kamu, saya, Verola, Oman dan pacarnya Oman jalan, saya melihat kamu menangis, saya tidak tau kenapa kamu menangis, tapi biasanya remaja seperti kita menangis karena cinta, jadi saya ingin bilang, kamu itu perempuan baik-baik, perempuan hebat, perempuan kuat, air mata kamu lebih berharga dari apapun. Menurut saya, kamu tidak pantas menangisi apapun. Bahkan untuk soal cinta, saya rasa kamu pantas untuk mendapat seseorang yang lebih dari yang kamu harapkan.
Jadi, Kayla, saya minta maaf sudah lupa sama kamu. Tapi sekarang saya tau, kamu teman sekelas saya. Tapi, saya ingin lebih dari sekedar teman sekelas selama bertahun-tahun. Saya mau, kamu dan saya benar-benar berteman. Kamu mau?"

Irlandi, kamu harus tau, saya sangat senang bisa berteman dengan kamu. Saya, saya akan jauh lebih senang jika kita bisa lebih dari teman. Tapi setidaknya, saya bersyukur, mungkin ini awal dari hubungan kita yang lebih baik.

Terima kasih, ya, Irlandi.

-END-

****

Ishhh baper parah sama Kaila. Kasianan.

@AndiAR22, @whiteghostwriter, @glbyvyn, @nisaatfiatmico, @irmaharyuni, @c2_anin, @deanakhmad, @Nona_Vannie, @megaoktaviasd, @umaya_afs, @meoowii, @Icha_cutex, @rachmahwahyu, @windazizty, @0nly_reader, @summerlove_12, @bettaderogers, @vielnade28

@Iamtrhnf, @spoudyoo, @TriyaRin, @Reia_Ariadne, @TiaraWales, @beingacid, @nurul_cahaya, @somenaa, @realAmeilyaM, @fairygodmother3, @destiianaa, @opicepaka, @RKSnow, @umenosekai, @aizawa_yuki666

@veaaprilia, @MethaSaja, @sicuteaabis, @brynamahestri, @EnggarMawarni, @NyayuSilviaArnaz, @xxgyuu, @SerAyue, @Bae-nih, @nurr_salma, @intanrsvln, @YuiKoyuri, @herauzuchii, @holladollam, @Juliarosyad9, @fffttmh, @Anjaniajha, @Keizia09, @Tyaswuri,   @fiazhara, @andriyani21, @CantikaYukavers


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro