❬ 51 ❭ Tips Menulis Novel Dengan Latar Tempat yang Belum Pernah Dikunjungi

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Intip yuk, tips menulis novel dengan latar tempat yang belum
pernah di kunjungi.

Setting atau latar cerita adalah salah satu bagian di dalam novel. Hal tersebut masuk ke dalam unsur intrinsik suatu cerita. Beberapa di antara kita kerap menulis cerita berlatar suatu tempat yang belum pernah kita kunjungi. Yap, mengingat yang tengah kita tulis ini tuh sifatnya fiksi alias khayalan.

Tapi Ahmad Fuadi pernah bilang, bahwa sekalipun itu fiksi setidaknya hal itu terdengar masuk akal juga bila di telaah lebih dalam. Contohnya: diceritakan bahwa di planet mars itu ada alien, tapi kita sebagai penulis perlu menjelaskan kenapa di planet mars ada alien.

Bila menulis cerita, kalian kerap menggunakan latar belakang di dalam negeri, di dalam daerah, di dalam pulau, atau bahkan di luar negeri? Kalian biasa mengunakan yang mana? Dalam menulis cerita berlatar belakang suatu tempat yang belum pernah kalian kunjungi, bagaimana cara kalian agar kalian tahu situasi di daerah itu secara menyeluruh?

Berdasarkan pengalaman Mamak, ada beberapa hal yang Mamak lakukan dalam menulis cerita yang mengambil setting tempat yang belum pernah mamak kunjungi.

1.Cari tahu tempat-tempat beken di daerah / negara itu.

Ini yang harus kalian perhatikan pertama kali, cari tahu tempat-tempat yang terkenal di daerah itu. Bisa mall, hotel, sekolah, jalan, bukit, bandara, dll. Tapi, mak, ini kan cuma fiksi ya enggak apa-apa ‘kan kalau kita buat-buat nama mall atau jalan.

It’s ok kalau mau mengarang nama mall atau jalan karena di hampir seluruh wilayah Indonesian ada yang jalan Sudirman, Soettomo, Gatruda, dll. Tapi bila kalian menggunakan latar luar negeri seperti Thailand atau Laos, enggak mungkin kan kalian menggunakan nama Sudirman di alamat rumahnya? Jadi, pembaca itu bisa kita ajak semakin menghayati cerita, bukanya sibuk mikirin “Perasaan di Thailand enggak ada jalan Pegangsaan deh?”

2.Bagaimana budaya masyarakatnya.

Kalian bila menulis cerita pelajari juga bagaimana kehidupan sehari-hari masyarakatnya, bagaimana gaya hidup masyarakatnya, bagaimana masyarakat di sana bersikap (attitude). Jangan asal nulis gitu aja yang kemudian akan mengundang perdebatan dengan pembaca. Hal mutlak yang tidak bisa banyak pembaca perdebatkan adalah plot, tapi mengenai beberapa hal ganjal seperti bagaimana attitude masyarakat di sana kerap menjadi perdebatan apalagi kalau ketemu dengan pembaca yang berasal dari daerah tersebut. Kita memang membuat fiksi, tapi ingat tidak poin di atas yang mengatakan “sekalipun fiksi, bagaimana caranya agar fiksi itu tetap terdengar masuk akal”.

3.Daerah itu membagi wilayahnya bagaimana sih? 

Maksud poin ini gimana sih, Mak?

Jadi, gini, kalau kalian menulis cerita dengan latar belakang luar negeri seperti Jepang dan Korea. Cara mereka membagi wilayahnya sama sih kayak Indonesia yang terbagi dari beberapa provinsi. Tapi mereka itu tidak menyebutnya provinsi, seperti contohnya Korea, mereka menyebutnya “distrik”. Selain Korea, Jepang juga menggunakan istilah distrik, loh, dan ada juga beberapa Negara lainnya.

4.Apa makanan/minuman khas di daerah itu.

Beberapa scene di cerita kalian pasti ada adegan makan atau mengungkit masalah makanan, 'kan? Aduh, jangan sampai deh kalian salah sebut mi aceh itu makanan khas Semarang, kerak telor makanan khas Bali, dan ramen makanan khas Timur Tengah. Aduh, kesalahan fatal banget nih. Ini author kok bego sih, dah ah gue males bacanya. Wadaw!

5.Bagaimana mereka memberikan nama.

Supardi itu nama orang Indonesia atau Thailand? Kalau kalian buat tokoh utama itu asli orang Thailand dan mengambil latar negara itu, tolong banget jangan pake nama Supardi, Udin, Munaroh, Ijah. Lebih baik kalian pake nama Jirayut itu deh. Tahu kan Jirayut? Si artis Thailand yang beken di Indonesia karena acara dangdut. Sayang, setiap orang menamai orang-orang dengan berbeda sama seperti perbedaan bahasa di masing-masing Negara. Seperti China, Korea, Jepang, yang mengggunakan marga (Kim, Jung, Xi, Zhou, Zhang, Yamamoto, Yamaha, ajinomoto—eh). Eih, ada juga di Indonesia yang menggunakan marga.

Terus, Mak, gimana caranya kita dapat informasi mengenai itu semua?

Please banget anak-anak, sekarang zaman udah canggih, tinggal klik google dan apa yang kita mau langsung ada. Kalian bisa akses wikipedia, blog-blog pribadi orang yang bisa diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, bila kalian mendapatkan informasi dalam bahasa asing. Atau kalian juga bisa mendapatkan informasi lewat film-film. Tapi ingat! Kalian yang dapat informasi lewat film, atau novel jangan sampai jatuhnya plagiat. Ingat! UU-nya sudah semakin ketat loh sekarang.

Contoh:
Kalian tonton di film itu ada adegan lamar di hamparan bunga lavender  di Valenshole. Terus kalian juga buat gitu. Wah, bisa jadi kontroversi nih, orang-orang bisa berspekulasi kalau kalian itu meniru bukan terinspirasi. Boleh sih, tapi coba buat jangan ambil scene di taman, coba ke toko yang jual aneka benda yang terbuat dari lavender, atau jangan pas bulan Juni.

Terus kalau memang kalian lihat di film dan pengin banget menggunakan tempat itu, kalian bisa ubah nama hotel, atau buat hotel lainnya yang kalian deskripsikan berdekatan dengan hotel  yang ditampilkan di film.

Terakhir, untuk mengenal tempat itu kalian bisa loh jalan-jalan online. Yaps! Dengan menggunakan google maps! Kuy lah kita ke mekkah via online!

Salam sayang,
Dari Mamak yang ketjeh.
Materi by NyaiLepetj.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro