Part 15 : Perforce

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Pagi yang ceria telah datang. Liburan sekolah yang tak lama telah berakhir. Setidaknya, dengan berlibur segala penat dan lelah yang dirasakan Taehyung maupun Sohyun terbayarkan.

Sohyun sudah bersiap-siap berangkat ke rumah Taehyung. Seperti biasa, mereka akan berangkat sekolah bersama.

Sohyun terlihat sangat bersemangat melangkahkan kakinya. Ia menuntun sepedanya dengan senyuman yang terus terukir di wajahnya.

"Tae... Apa sebaiknya kita makan malam bersama hari ini?"

"Hari ini?"

"Iya. Apa kau ada kesibukan? Aku harus membawamu ke rumah. Biar Papa sama Mama tahu siapa pacarku yang tampan."

"Ehm... oke."

Taehyung bersama seorang gadis keluar dari halaman rumahnya.

"Oh. Sohyun?!"

Teriak Taehyung.

"Hai Sohyun?"

Irene?!

"K-kenapa Irene ada disini?"

Tanya Sohyun penasaran.

"O iya. Kau belum tahu kan? Aku dan Taehyung jadian di hari terakhir liburan kita. Dia menyatakan perasaannya padaku di taman lavender. Dia sangat romantis rupanya!"

Jelas Irene.

Pacaran??

"Iya Sohyun. Aku dan Irene berpacaran. Dan sekarang.. kami mau berangkat bersama. Naik mobil Irene. Apa kau mau sekalian ikut kami? Tinggalkan sepedamu di rumahku."

Kau pikir aku tidak akan sakit melihat kalian berduaan?

"Tidak. Aku bisa mengendarai sepedaku saja. Lagipula.. aku juga tidak terlalu suka aroma mobil."

"Ehm... baiklah. Kami berangkat duluan."

Taehyung dan Irene telah memasuki mobil. Tinggallah Sohyun sendirian dengan hatinya yang begitu panas.

"Sohyun..."

Sohyun menoleh ketika suara itu berhasil memanggilnya.

"Halmi?"

"Iya. Ini halmi. Apa kau tahu siapa gadis itu?"

"Taehyung bilang... Irene pacarnya."

"Jadi Irene namanya.."

"Ada apa memangnya halmi?"

"Ah.. tidak. Hanya saja halmi tidak suka. Sepertinya anak itu punya pengaruh buruk."

"Halmi jangan berburuk sangka.. tidak baik."

"Aishh.. cucuku ini."

Halmi mengusap lembut puncak kepala Sohyun. Membuat Sohyun melengkungkan senyumnya kembali.

"Apa kau akan berangkat sendirian?"

"Begitulah Halmi.."

Sohyun sebenarnya menahan agar air matanya tak keluar. Ia tak ingin terlihat menyedihkan di depan halmi. Nanti halmi jadi khawatir padanya.

"Berhati-hatilah Sohyun... tolong jaga Taehyung. Oh.. Halmi juga mau menitipkan ini. Bekal Taehyung yang ketinggalan."

"Baik Halmi. Aku akan berhati-hati dan mengantarkan bekal Taehyung. Halmi jaga diri di rumah ya.. jangan lupa minum obat. Daa Halmi...."

Sohyun mulai mengendarai sepedanya. Meninggalkan halmi yang tampaknya masih melambaikan tangan.

"Hanya kau Sohyun yang pantas untuk cucuku.. dan gadis itu.. pasti punya niat buruk padamu dengan memanfaatkan cucuku."

"Kau masih kecil saat itu. Tapi.. Halmi mengenal Irene terlebih dulu. Halmi bisa melihat ada dendam di matanya.."

..............................

"Mau kemana Hyun?"

Tanya Yeri.

"Ini jam istirahat. Taehyung melupakan makan siangnya. Halmi memintaku untuk mengantarkannya."

"Ishh.. ada-ada saja. Ya sudah sana."

Sohyun berlarian di koridor sekolah. Ia hendak menuju ke kelas Taehyung. Laki-laki itu sangat mudah kelaparan. Jika telat sedikit saja, Taehyung akan merengek seperti anak kecil.







"Mpphhh"







Sohyun berhenti seketika. Telinganya mendengar sesuatu. Di balik dinding yang ada di depannya.

Suara apa itu?

"Tae.. bibirmu ternyata sangat memuaskan. Enak."

"Hentikan Rene.. nanti ada yang lihat!"

"Kenapa?? Toh kita sudah berpacaran kan?"

"Iya. Tapi kan----"

"Taehyung?!!"

Mata Sohyun membulat. Irene saat ini sedang melingkarkan tangannya pada leher Taehyung. Dan tangan Taehyung merangkul pinggang Irene yang ramping.

"Sohyun-- i-ini tak seperti yang kau lihat!"

"Kenapa? Kenapa harus malu? Bukankah kalian sudah berpacaran? Kalian berhak berciuman. Apa urusanku??"

Balas Sohyun.

"I-ini! A-aku hanya ingin mengantarkan bekalmu yang tertinggal. Ma--kanlah.."

Sohyun segera berlari meninggalkan tempat Irene dan Taehyung berdiri.

Sohyun menuju tempat dimana ia mendapat ketenangan. Dimana ia bisa menangis sebebas-bebasnya. Sungguh.. yang tadi itu.. kejadian yang tak terbayangkan.

.
.
.

.

.

.

Pernahkah kalian mencintai sahabat kalian sendiri?

Pernahkah cinta kalian bertepuk sebelah tangan? Kalian tulus. Tapi sepertinya takdir cinta tak berpihak pada kalian. Begitu pula padaku...

Aku terbodohi lagi. Sampai kapan aku harus bersabar menghadapinya? Aku mencintainya. Sangat. Aku ingin yang terbaik untuknya. Tentu saja. Tapi.. sepertinya butuh pengorbanan besar untuk melakukan kebaikan itu.

Termasuk dengan melukai perasaanku sendiri.

Aku memang lemah. Karena itulah dia menjadi kekuatanku. Namun, ketika ia berhasil jatuh pada hati orang lain, aku pun kembali melemah.. bahkan jauh lebih lemah karena sebagian besar hidupku kuserahkan padanya.

Astaga.. air mata ini tak hentinya menetes. Aku masih ingat, dulu dia selalu menghapus air mata yang mengalir dari setiap butir mataku. Tapi sekarang, dialah penyebab air mata ini terjun.

Sekarang.. tak ada pundak yang bisa aku buat bersandar lagi . Aku benar-benar rapuh.. Rasanya aku ingin pergi saja dari kehidupannya dan melupakan dia selama-lamanya.

Persahabatan. Apa aku tidak bisa mengatur kembali apa itu makna persahabatan??

Dia bilang, dengan persahabatan kita itu bebas mencintai. Namun bagiku.. persahabatan malah menjadi beton pembatas di antara kami. Bukan maksudku menghina hubungan penting ini... hanya saja dia membordiri dirinya sendiri dengan alasan persahabatan. Awalnya aku juga berpikir begitu.

Lambat laun aku menyadari.. bahwa kata sahabat bisa kita ubah menjadi cinta sejati. Dan itu adalah harapanku yang selama ini belum terkabul.

Menjadikannya cinta sejatiku. Teman sehidup sematiku. Sampai tua nanti..

Rupanya memang benar bahwa setiap harapan yang kita buat selalu ada halangannya.

"Hhhhiikkss.. Tae..? Kenapa kau tega melukai hatiku??"

Dan di bawah pohon favorit kami.. aku menangis sendirian.

Baiklah. Aku akan melupakanmu juga Tae. Biar kita imbang.

................................

"Apa? Kau beribah pikiran?"

"Secepat itu?"

Sungjae terkejut mendengar penjelasan Sohyun.

Sohyun jelas-jelas menolak mentah permintaan Sungjae untuk menjadikan Sohyun pacarnya. Namun sekarang? Sogyun sendiri yang meminta Sungjae berpacaran.

"Lagipula.. tanpa kau minta.. kau memang harus mau jadi pacarku Hyun. Karna.. kau sudah berhutang."

"Terserah apa katamu. Sekarang kau senang kan? Puass??"

"Belum. Masih banyak yang aku inginkan darimu. Jadi.. kau pacarku mulai hari ini!"

Terpaksa aku lakukan ini. Aku harap... aku bisa mulai membuang perasaan bodoh itu dari diriku.

Dan playboy ini.. bagaimana lagi aku bisa mengatasinya?

Huh.. semua terasa begitu berat.

"Bersiaplah nanti malam! Aku akan menjemputmu!"

"Apa? Kau mau apa menjemputku?"

"Sudahlah. Jangan banyak tanya. Ikut saja! Dan... berdandanlah yang cantik! Aku sudah menyiapkan semuanya untukmu. Kau hanya perlu menunggu nanti.."

"Tapi---"

Sungjae langsung pergi meninggalakn Sohyun dengan menyunggingkan senyum. Tangannya menepuk halus pipi Sohyun sebelum beranjak pergi, membuat Sohyun terasa semakin jijik.

"Hh.. kenapa perasaanku jadi tidak enak?"

Batin Sohyun.






































To be Continued.

Yuks.. habis ini... akan ada...


😱😱😱😱

Next (?)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro