III. Some Weapons from Old Bald Friend

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Pict : Bryan Adiputra
Sc: Pinterest

Kamar itu hanyalah satu-satunya ruangan yang masih menyala di antara semua kamar. Bryan, dia sedang menulis apa yang terjadi di dalam buku hariannya. Lelaki itu tampak sangat fokus menulis.

"Haaah ...."

Sekitar jam 8 malam, mereka sampai di Kota Spark. Bryan memesan dua kamar penginapan untuknya dan Citron.

Setelah merapikah semua barang, mereka masuk ke dalam kamar masing-masing. Entah apa yang dilakukan Citron, tapi inilah yang dilakukan Bryan malam ini. Menulis di buku harian miliknya.

Gelang di tangannya tiba-tiba
terbuka menjadi dua. Sebuah layar hologram muncul.

[Bald Brat] calling ...
<Accept> <Deny>

"Terima."

Ah, halo?

"Ada apa, Botak?"tanya Bryan sedikit bercanda.

My name is Gilva! Not Bald! Ngomong-ngomong kau ada di kotaku sekarang ya?

"Yes, then, what?"

Pesanan senjatamu sudah selesai diperbaiki, diperbaharui, dan dimodifikasi. Aku juga berikan kau beberapa senjata tambahan sebagai bonus

Lelaki itu sedikit terkejut saat mendengarnya, "Senjataku ... Thunder Gale?"

Iya, yang tipe sniper rifle-rapid railgun itu

Pena di tangannya berhenti bergerak tiba-tiba, "Bagaimana dengan armorku, Dragon Slayer?"

Pekan ini mungkin selesai, kau bisa melihat prosesnya saat datang

"Ah, siapkan beberapa senjata yang bisa meningkatkan penggunaan kemampuan ESp. Ada, kan?"

Ya, tapi masalah harganya ....

"Tiga miliyar, cukup?"

Deal! Mau tipe apa?

Bryan tersenyum saat mendengar pertanyaan itu.

"Gunblade."

***

Citron tampak sangat tertarik saat melihat keramaian kota. Melihat hal itu, Bryan hanya bisa tersenyum kecut. Untunglah Citron masih mengikutinya.

Hanya butuh 10 menit berjalan kaki, mereka sampai di sebuah toko senjata super besar. Namun, Bryan malah melangkahkan kakinya ke tempat kerja mereka yang terbuka untuk umum. Hal ini membuat Citron bingung, tapi ia memutuskan untuk tetap mengikuti Bryan.

Buagh!

Seseorang tiba-tiba saja memukul perut Bryan, tapi lelaki bersurai putih itu berhasil menahannya. Yah, perutnya sedikit terkena pukulan itu. Orang yang memukulnya adalah seorang pria botak berotot raksasa yang sedang bertelanjang bulat.

"Hahahaha! Seperti biasa, reflekmu sangat hebat!"

"Sakit, kau tahu, Gil."

"Tentu saja! Jangan remehkan ak-eh, siapa nona cantik ini?"

Bryan tersenyum, "Nonaku, namanya Citron, seorang pengguna kemampuan."

Mendengar kata "pengguna kemampuan", Gil mengangkat alisnya. Dia langsung berbisik pada asistennya yang sebenarnya ada di belakangnya lalu tersenyum. Asistennya langsung berlari menuju suatu tempat dengan sangat terburu-buru.

"Apa-apaan senyummu itu, Gil? Menjijikan, kau tahu."

"Hei! Jika memang begitu, tak mungkin istriku ada 12, ingat?"

"E-Eh? D-Dua belas?"celetuk Citron terkejut.

Bryan tersenyum kecut, "Ya, 12, Nona. Walaupun botak, dia itu seorang 'player'."

"Hahahaha! Jangan memujiku berlebihan, kawan! Ayo, pesananmu sudah siap!"

Mereka melangkah pergi menuju suatu tempat dengan pemandu Gilva. Citron tampak tertarik dengan pajangan senjata-senjata di sekitarnya. Beberapa pekerjaan karyawan Gil dibantu dengan robot dan hasilnya jiga sangat luar biasa.

Sedangkan, Bryan tampak fokus melihat tiga buah kotak di sebelahnya yang tiba-tiba saja diletakkan di sana oleh robot. Mmm, robot yang dikendarai oleh asisten Gill. Bersamaan dengan itu, langkah Gil juga ikut berhenti.

"Bryan, dua milikmu dan satu milik nonamu."

"Aku tahu, aku tahu."

Bryan mendekati kotak hitam yang tingginya melebihi 5 cm darinya. Kotak yang paling besar. Sebuah cahaya tiba-tiba men-scan dirinya.

Swooosh!

Kotak itu terbuka, di dalamnya ada sebuah armor hitam kelam. Beberapa garis biru di sela-sela armor itu menyala redup. Visornya sangat tajam. Inilah armor pribadi milik Bryan yang ia namakan Dragon Slayer. Bryan tersenyum puas melihat armor itu.

"Lama tak jumpa, kawan."

Dia pun menoleh menuju kotak berwarna putih. Ukurannya hanya sekitar ukuran mini-gun. Tanpa menunggu lagi, Bryan membuka kotak itu. Didapatinya sebuah sniper rifle berwarna putih salju. Senapan itu tak hanya senjata peluru plasma, tapi juga merupakan railgun berkekuatan dahsyat.

Bryan tak mengucapkan apapun, tapi dia tersenyum. Lelaki itu pindah ke kotak terakhir. Kotak berukuran 50x20x30 sentimeter berwarna jingga itu berisi sebuah lengan robot. Tidak, maksudnya lengan 'serbaguna' berwarna yang sama yaitu jingga. Bryan pun mengambil lengan itu lalu memasangkannya pada lenganya.

"Dua ratus tiga puluh tujuh senjata tersembunyi, lima puluh sistem pembantu, menambah kecepatan ESp sebanyak 1.5 kali, dan masih bisa berkembang sendiri?"gumam Bryan sambil menatap Gilva dengan kagum, "Berlebihan, tapi keren."

"Yah, itu masih bisa berkembang jika kau bisa menganti chip-chip lama itu dengan yang lebih baru lagi,"ucap Gilva sambil tersenyum kecut.

Bryan pun melepas tangan serbaguna itu dan memberikannya pada Citron. Gadis itu sempat menolak, tapi dia tak kuasa melakukan hal itu untuk menyetujuinya saat melihat wajah Bryan. Citron hanya bisa tersenyum kecut sambil memeluk tangan serbaguna itu dengan hati-hati karena dia tahu pasti benda yang ada di pelukannya itu bukanlah benda yang murah. Apalagi soal teknologinya, itu di luar pikiran perempuan yang telah 'tidur' sejak abad 20-an itu.

"Bayar cash atau iris money?"tawar Bryan sambil mengeluarkan sebuah lensa mata dari kotak di saku celananya.

"Kurasa uang kertas akan membuat kerusakan lagi jadi tentu saja iris money,"balas Gilva sambil menerima sebuah kacamata dari asistennya yang selalu siap sedia.

***

"Haaah ... Akhirnya keluar juga dari sana."

"Bryan, semua itu tadi berapa total harganya?"tanya Citron khawatir.

"Kenapa harus memikirkan hal itu, Nona? Semuanya hanya 14 miliyar rupiah saja,"jawab Bryan dengan sangat santai.

Citron memukul pundak Bryan dan menggembungkan pipinya, "Kau sangat kaya, ya?"

"Tidak juga, setelah ini aku akan makan nasi kecap selama seminggu penuh-tidak, nasi garam sudah cukup, hehehe."

Bryan pun melanjutkan langkahnya dan Citron yang hendak protes lagi terpaksa harus mengikuti Bryan. Namun, tiba-tiba saja ada seorang gadis berambut coklat yang menodong Bryan dengan senapan. Citron tampak terkejut dan hendak berlari menuju gadis itu, tapi Bryan menahannya.

"Bryan Adiputra."

"Karin Zvi ..."balas Bryan sambil tersenyum.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro