36 - Diary of Tootsies 2

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Status     : Very recommended

Judul       : Diary of Tootsies 2

Kategori  : BL

Jenis       : Drama

Genre       : Comedy, romance, friendship

Banyak     : 12 episode

Durasi      : 40 menit per episode

Rilis           : 11 Februari 2017

Negara     : Thailand

Based on : Diary Sha yang ditulis di laman facebooknya

Sinopsis  : Melanjutkan perjuangan keempat sekawan itu untuk menemukan cinta sejatinya.

Di season 2 ini, Gus sudah menjadi terkenal karena menulis ‘Diary of Tootsies’ di laman facebooknya. Oh ya, di review kemarin belum saya jelaskan, kan ya? Jadi, Diary of Tootsies ini diambil dari kisah nyata P’Sha (nama pena/nama perempuan Gus) dan keempat sahabatnya. Latar belakang keluarga dan pekerjaannya pun juga sama persis, kecuali Golf. Di dunia nyata, Golf yang asli itu bukan ODHA (Orang dengan HIV Aids), tapi ada salah satu teman Gus yang lain yang mengalaminya.

Penasaran sama wajah P’Sha (Theetawit Settachai) yang asli?

Cakep ya? Itu 👆👆 wajah P'Sha yang sekarang (setelah 10x operasi). Nah, yang di bawah ini 👇👇👇 versi cowoknya.

P'Sha/P'Gus ini ladyboy ya, bukan transgender.

Di Diary of Tootsies 2 ini, P’Sha juga turut andil sebagai bintang tamu, loh. Dia yang jadi juri di Miss Contest.

Terus terang ya, saat saya menulis review ini, saya sambil menertawakan diri sendiri. Saya ingat benar pernah cerita bahwa saya kurang menyukai karakter uke banci. Tapi nyatanya? Diary of Tootsies ini benar-benar  membuat saya ketagihan. Bahkan ya, saya berani memberikan status ‘very recommended’ pada drama yang bertentangan dengan selera saya ini.

Bagi saya, Diary of Tootsies ini istimewa. Tema yang diangkatnya adalah kisah nyata, tapi dikemas dalam bentuk komedi lucu. Secara tidak langsung, saya sebagai penonton merasa ditegur. Satu kejadian dalam hidup, itu bisa berarti bencana dan nikmat tergantung cara menyikapinya.

Salah satu contoh yang paling saya ingat adalah kisah Golf saat dia gagal jadi juara pertama Miss Contest karena juri yang tidak adil. Normalnya orang, dia akan sedih, tapi Golf beda. Dia hanya kesal sesaat, lalu mengambil sisi positifnya. Karena kegagalan itu, dia mendapatkan simpati dari salah satu juri, dan kebetulan sesuai seleranya. Hal ini membuatnya merasa bahagia alih-alih sedih meratapi kekalahannya.


Dulu ya, saya kurang suka sama Golf, tapi sekarang dia justru menjadi karakter favorit saya. Dia ini tipikal uke yang bisa dikatakan bukan selera seme banget, Dia gendut, hidungnya kurang mancung, cerewet, makannya banyak, banci, dan HIV positif. Seandainya saya jadi dia, saya tidak akan percaya akan ada orang yang tulus mencintai saya. Tapi, Golf ini beda. Dia tetap percaya bahwa cinta sejati itu ada dan dia bisa menyelesaikan masalah apa pun dengan tetap bahagia.

Kembali lagi ke review, sama seperti yang pertama, Diary of Tootsies season kedua ini juga bergenre komedi dan slice of life. Tema yang diambilnya masih berlatar kejadian sehari-hari yang dikemas selucu mungkin. Dan kepuasan saya juga masih sama, karena bisa saya katakan kualitasnya juga tak jauh berbeda. Adegan masih membuat saya tertawa, terharu, kesal, dan juga bahagia. Dengan kata lain, season kedua ini terasa seperti lanjutan season pertama episode 13 sampai 24.  Karena, selain ending season pertama yang masih menimbulkan pertanyaan, juga karena para tokoh yang gagal mendapatkan pacar di tahun baru. Bagi saya itu cukup aneh sih, genrenya komedi, tapinya kok sad ending?

Dan dari sisi tema, yang paling menonjol dalam Diary of Tootsies ini adalah persahabatannya. Di sini, kisah mereka masih tidak berbeda jauh dari season pertama. Mereka masih saling mendukung dan selalu ada untuk teman-temannya. Terkadang, mereka mengesalkan dan tidak bisa dipercaya, tapi itu sama sekali tidak membuat si teman itu marah. Contohnya, saat Kim bercerita kepada Gus dan memintanya untuk tidak memberitahu orang lain. Dan yah, seperti yang kita tahu, dalam sepersekian detik, rahasia itu sudah menjadi konsumsi publik.

Kisah persahabatan mereka itu terlihat seru sekali. Terkadang, mereka mengolok-olok satu sama lain, seperti menyebut Golf dengan ‘Elephant’, atau pun memanggil Natty dengan ‘Bodoh’, tapi, yang bersangkutan sama sekali tidak baper.

Season kedua ini seolah membuktikan bahwa persahabatan mereka tak lekang oleh waktu. Sudah tak terhitung lagi berapa masa yang dilalui, sudah tak teringat lagi berapa banyak perubahan yang terjadi, tapi persahabatan mereka masih sama seperti sedia kala. Benar apa yang dituliskan Gus di akhir series, ‘Cinta terkadang datang pergi, tapi persahabatan tetap abadi’.

Dan, meskipun slice of life, tapi Diary of Tootsies ini punya kesinambungan kisah yang jelas loh. Jadi, jangan kira bisa skip-skip episode kecuali jika ingin melewatkan beberapa kejadian pentingnya. Mereka berempat punya garis cerita cinta yang berbeda-beda.

Pertama dari kisah Gus. Setelah gagal dalam hubungan cinta karena restu orang tua, kini dia mendapatkan pacar baru. Sayangnya, si mantan yang masih menyukai dan disukainya itu kembali datang dan menggodanya untuk berselingkuh.

Kalau sudah cinta segitiga gini biasanya jadi kapal-kapalan penonton, dan saya justru ngeship Gus dan mantannya ini .

Kedua dari kisah Golf. Seperti yang kita tahu di season pertama, dia positif HIV. Di season ini, dia menemukan pria yang dicintai dan juga mencintainya. Kebimbangan pun terjadi saat dia berniat mengatakan kondisinya. Di satu sisi, dia ingin jujur, tapi di sisi lain, dia tidak siap kehilangan pacarnya.

Ketiga, dari kisah Kim. Dia bekerja sebagai pramugara dan menyukai juniornya yang lurus. Dan, meskipun mereka sudah melakukan hubungan seksual, si junior menganggap hal itu tidak pernah terjadi, dan justru kembali ke wanitanya. Padahal, si Kim yang banci ini rela menjadi top untuk pertama kalinya. Hal ini pun membuatnya depresi dan mencoba bunuh diri.

Terakhir , dari kisah Natty. Dia ini satu-satunya wanita asli, dan dia lesbi. Sejak awal, sebenarnya saya agak heran sama Natty ini. Dia cantik luar biasa, tapi pacar-pacarnya sama sekali tidak ada yang beres. Mulai yang joroknya minta ampun, sampai gangguan jiwa, dan anehnya si Natty ini cinta mati sama mereka.

Dan, di season kedua ini, semuanya terjawab. Natty, ternyata tidak menyukai wanita tampan karena biasanya orang semacam itu tukang selingkuh, dan itu sangat menyakitkan. Jadi, dia maunya memacari tomboy jelek, dengan harapan dirinya tak akan punya saingan.

Masuk akal, 😞😞😞😞

Secara priadi, saya memberikan bintang 8/10 (🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟⭐⭐) pada film ini. Tidak bisa maksimal karena ada satu hal yang kurang memuaskan saya, yaitu bagian iklannya. Sekilas, durasi memang terkesan panjang, tapi sebenarnya, setengahnya justru didominasi oleh iklan. jadi, untuk filmnya, mungkin hanya berkisar kurang lebih 20 menitan saja.

Meski sebenarnya ini sangat mengganggu, tapi saya sama sekali tak mengharap lebih. Bagaimana pun juga, dengan banyaknya iklan, itu menjadi tanda bahwa film ini dilirik oleh banyak sponsor. Dan karena dukungan dana dari merekalah Diary of Tootsies ini berhasil menyajikan tontonan yang terbaik.

Dan, dengar-dengar, Diary of Tootsies ini akan dibuat movie dan akan rilis pada akhir Desember 2019 nanti loh. Semoga saja kita bisa ikut menikmatinya, 😍😍

AKTOR

Petch Paopetch Charoensook sebagai Gus

Thongchai Thongkanthom sebagai Golf

Ter Ratthanant Janyajirawong sebagai Kim

Peak Pattarasaya Kreursuwansiri sebagai Natty

Meski sudah berlalu, kapal saya masih tetap, ya .... ❤

Foto terakhir, foto penutup.
Dan, jika ada salah informasi, jangkan sungkan untuk mengingatkan.
Dan, jika ada film bagus, jangan lupa untuk merekomendasikan, ❤

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro