Bab 3

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


Hari-hari ku di istana pun mulai. Berbeda dari dulu, sekarang aku punya mainan yang menarik. Satu per satu Dayang datang setelah Lilia. Juga wajah-wajah pelayan pur ganti. Dan semuanya adalah mata-mata sang Antagonis. Aku bahkan tidak bisa tenang di kamar sendiri.

Walaupun banyak Dayang yang datang, aku hanya meminta cukup 3 Dayang. Percuma banyak tapi mata-mata semua. Selain Lilia, kedua Dayang tersisa adalah mata-mata 2 antagonis utama. Pertama Keyra, mata-mata antagonis pertama yang merupakan mantan calon tunangan Raja. Karena Milica terlalu baik, dia menjadi istri kedua Raja, dan terus menyiksa Milica. Dasar wanita gak tahu terima kasih. Lalu yang kedua adalah Giana, mata-mata dari adik tiri Raja yang selamat dalam pembantaian, dan sekarang menyamar menjadi Duke dengan bantuan pengikut Raja sebelumnya. Dia adalah antagonis utama, dan yang membuat Milica tewas. Namun kali ini aku adalah wanita jahat, dan sedang bermain-main dengan mainanku.

"Apa-apaan ini, rasa teh ini hambar! Buatkan lagi!" Bentakku sambil melempar cangkir teh ke lantai sampai pecah.

"Baik yang mulia, akan saya ganti," gelagap Giana yang kembali menyeduh teh. Dan setelahnya membersihkan pecahan cangkir di lantai. Dalam hati aku ingin menangis, tapi bagaimana lagi ini demi bertahan hidup.

"Kau kenapa berdiri di sana terus? Bawahan aku makanan kering lagi, yang di sini sudah berdebu," sentakku padahal Keyra. "Lalu Lilia, ambillah aku buku yang menyenangkan untuk dibaca! Aku bosan."

Mereka lalu berlarin keluar dengan cepat sesuai permintaanku. Maafkan aku Lilia, sementara kamu harus merasa tertekan karena kedua orang ini. Tapi jangan khawatir, setelah ini kau akan kubayar banyak. Aku melihat kue kering dan teh di atas meja kecil depanku. Sebenarnya ini sangat lezat, andai kehidupanku tidak seperti ini.

"Aku bawa banyak gaun ke sini, kira-kira gaun apa yang bagus di kerajaan ini?" Tanyaku ke Ginna dengan sinis.

"I... Itu, sekarang Para putri bangsawan suka menggunakan gaun tanpa korset dengan warna-warna terang. Juga hiasan kepala dari rantai-rantai emas," jawab Giana dengan gugup.

Mendengarnya aku bisa tahu ini bahwa itu gaun bangsawan yang suka digunakan wanita timur tengah, Kalasiris dari Mesir Kuno. Arin memang lebih suka gaun-gaun seperti itu, dengan atasan Gaun selendang sutra tipis. Walau kulihat orang-orang di sini juga menggunakan gaun bangsawan Eropa dengan Korset ketat.

"Kalau begitu pesankan aku 20 gaun seperti itu besok," tegasku.

"Haaa? Baik yang Mulia akan saya siapkan." Giana nampak terkejut.

Aku tersenyum melihat ekpresinya. Benar-benar menyenangkan bermain seperti ini. Keyra dan Lilia kembali ke kamar setelah memenuhi permintaanku. Lilia meletakkan buku-buku yang semuanya adalah Nobel putri, dan Keyra mengganti kue-kue yang ada di meja.

"Apa ada lagi yang mulia?" Tanya Lilia dengan raut takut.

Aku menyengir. "Tidak ada, kalian keluarlah dan datang lagi besok. Aku mau istirahat."

"Tapi yang mulia ini masih sore. Kami harus menyiapkan mandi anda," lanjut Keyra.

"Tidak perlu mandi, aku yang begini saja sudah sangat cantik," aku berlagak sombong di depan mereka.

Padahal baru Minggu pertama, tapi aku sudah melihat ekpresi tertekan mereka. Walau menyengakan tapi tetap saja aku merasa bersalah. Mereka lalu pamit pergi, dan meninggalkan aku sendiri di kamar. Ayo sana pergi dan laporkan perbuatannku tadi. Setelah mereka pergi dan tidak terdengar suara langkah lagi, aku berjalan ke kamar mandi.

Mereka berfikir pasti aku putri yang jorok karena jarang mandi. Tapi sebenarnya aku bahkan Mandi 3 hari sehari. Kerajaan ini sangat panas, aku selalu merasa gerah walau hanya bergerak sedikit. Tapi aku mempersiapkan mandiku sendiri. Karena dalam cerita salah satu dayang memberi obat ke air mandi Milica, agar kulit Milica lama kelamaan rusak. Sayang sekali jika kulitku yang indah ini rusak. Bau obat itu seperti permem karet mint, walaupun aku tahu tapi aku harus hati-hati.

Aku membuka seluruh gaunku, dan perhiasanku. Kucium bau air di bak mandi, masih berbau normal. Suhu airnya juga lumayan. Aku memasukan aroma bunga mawar yang kubuat dari bunga-bunga di taman. Bukan tanpa alasan kusuruh pelayan mengganti bunga di taman istana ini. Kumasukkan tubuhku ke dalam air, ku rebahkan diriku pada dinding bak besar berwarna putih ini. Ah... Rasanya benar-benar di surga.

Aku sudah melakukan semua yang ku list sebelum ke sini. Bersikap arogan pada Raja. Mempermainkan dayang dan pelayan. Boros anggaran yang diberikan Raja. Dan berhati-hati pada benda yang beraroma permen karet mint. Tapi kenapa aku merasa tertekan sendiri dengan sifatku ini.

"Aku ingin teriak, bagian istana mana yang sepi ya," gumamku.

Aku ingat, semua istana di sini sepi selain milikku dan istana utama. Bahkan di sana tidak ada penjaga dan pelayan hanya datang pagi dan sore. Bagus sekali sebagai tempat aku meluapkan tekanan hidup ini.

#

Aku menggenakan tudung hitam yang kusiapkan dari istana lama. Ku kenakan dan diam-diam keluar dari jendela. Hanya perlu sedikit menyelinap aku akan sampai di istana sebelah. Pengawal hanya kuminta menjaga di lorong. Karena akan mengganggu privasi juga berkeliaran di halaman. Mungkin mereka mengintipku. Dan dengan ini aku bisa kabur dengan aman.

Benar saja , istana sebelah kosong. Sangat gelap, bahkan di dalam seperti tidak ada lilin menyala. Sangat seram sekilas, tapi menenangkann. Aku berhenti di sebuah taman yang terlihat agak terbengkalai, dengan kolam. Ku buka tudungku. Kuhela nafas panjang sebelum beraksi.

"Aaaa, maafkan aku, maaaf! Bukan maksud aku jadi jahat. Tapi bagaimana, aku tidak mau mati muda karena terlalu baik!" Teriakku sekencang mungkin meluapkan keluh kesahku. "Kumohon Tuhah maafkan, jika umurku panjang aku akan berbuat baik. Jadi biarkan aku jadi jahat untuk bertahan hidup. Yang paling tertekan adalah aku! Mengingat perbuatkanku sendiri saja membuatku gila. Kenapa aku harus terlahir sebagai putri cantik seperti ini Tuhan!"

Setelah meluapkan semua, aku menghela nafas puas. Aku tersenyum riang, beban hidupku sudah sedikit berkurang. "Melegakan sekali, mungkin aku harus seminggu sekali ke sini, fufufu."

Aku bersenandung riang sambil menyelinap kembali ke kamarku. Aku merasa seperti orang gila betulan walau baru seminggu di istan. Sudahlah, aku ingin tidur nyenyak dan bermimpi indah. Lalu kufikir cara untuk menyingkirkan para Dayang mata-mata ini dengan estetik.

#

Suara musik bergema sepanjang jalan. Orang-orang melingkar, dan bersorak pada seorang penari yang sedang tersorot lampu di tengah mereka. Gemercik gelang kaki dan perhiasan terdengar seirama dengan gerakannya. Selendangnya melambai indah ke sana kemari. Sayangnya wajahnya tak nampak jelas karena sebuah cadar. Namun melihat sorot matanya saja sudah terlihat dia gadis yang sangat cantik.

Di antara mereka terdapat seorang pria yang terpesona dengan penampilan penari itu. Matanya yang berwarna emas berbinar-binar, sambil menerkamku wajah cantik seperti apa dibalik cadar penari itu. Tubuhnya sangar ramping, pinggulnya yang kecil melenggak-lenggok dengan indah bersama tangannya yang lentik. Rambut abu-abunya terikat menjadi satu, membuat lehernya terlihat jelas. Hanya melihatnya dari kejauhan, pria itu seperti ingin memilikinya.

#

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro