Bab 6

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


Hari ini seperti biasa, aku menjadi wanita jahat dengan elegan. Dari bangun tidur, aku menyuruh kedua dayangku Keyra dan Giana ke sana kemari. Dan karena aku berbaik hati pada Lilia, dia kusuruh belanja perhiasan baru yang indah. Walau sebenarnya aku tidak membutuhkan ini.

"Aku bosan," gumamku pelan sebelum sengiran muncul bersama ide kejahatannku yang baru. "Aku bosan melihat bunga mawar saja, ganti!"

"BAIK YANG MULIA!"

#

Bunga mawar kugunakan untuk meracik ramuan mandiku. Karena aku tidak bisa tenang dengan pemberian orang-orang di istana ini. Peraturan penting di dalam istana ini adalah, jangan mudah percaya pada seseorang.

Aku berjalan-jalan di taman, sambil melihat beberapa tukang kebun sedang menanam bunga lavender dan matahari di beberapa titik taman. Tetap saja bunga Mawar dominan. Aku melihay jalan di depan. Itu jalan keluar dari istanaku memuju istana utama. Ngomong-ngomong istana yang kutempati adalah istana Gold Rose, di Novel tidak disebutkan namanya, dan dulunya ini untuk apa. Karena saat tiba, Milica memilih tinggal di istana kecil dan pelosok yang dulunya digunakan untuk para selir rendahan. Walaupun aku sudah lama di sini, aku cuma sekali keluar istana dengan jalan ini. Sekali-kali tidak masalah aku ke istana utama.

"Nona anda mau ke mana?" Tanya Lilia dengan cemas.

"Aku ingin melihat suasana baru, apa tunangan Raja tidak boleh berjalan-jalan keluar istananya?"

"Hmm, baiklah Nona silahkan, maaf saya kurang ajar," lirih Lilia.

Aku melangkah melalui jalan itu. Kalau ke ingat aku masuk ke istana ini dengan digendong Eren. Padahal badannya tidak besar, tapi sangat kuat. Dia bahkan tidak kesakitan saat aku mendarat di atasnya. Apa aku saja yang terlalu riang? Sial, kenapa aku jadi memikirkannya.

Tanpa kusadari, aku sudah berada di luar istana Gold Rose, dan ini taman istana utama. Lebih luas dari yang kubayangkan. Air mancurnya pun sangat luas dan patung di tengahnya terbuat dari emas. Sangat mengagumkan.

"Kyaaa, lepaskan adikku!" Suara teriakan anak kecil terdengar.

Rasanya suara itu tidak asing, sekilas seperti suara adikku dikehidupan dulu. Tanpa sadar, aku berjalan cepat menuju asal suara itu. Betapa terkejutnya aku melihat apa yang sedang terjadi. Seorang anak kecil di tahan oleh prajurit bertubuh besar, sedangkan anak kecil perempuan dijambak rambutnya oleh prajurit lain. Anak laki-laki itu terus berteriak agar adikknya dilepaskan. Adiknya sedang menangis, menahan sakit karena rambutnya dijambak, tangisannya justru membuat jambakan itu semakin kencang.

"Apa yang kalian lakukan! Lepaskan mereka!" Bentakku.

"Nona!"

Mereka menoleh padaku. Dan sesuai perintahku, mereka melepaskan anak-anak itu. Anak perempuan tadi langsung memeluk kakaknya dengan erat. Air mata terus menetes dari anak itu.

"Kenapa kalian sekasar itu pada anak kecil, apa mereka salah?"

"Maaf Nona, tapi anda tidak mengerti situasinya," jawab mereka dengan gugup.

Aku melipat tangan ke depan, lalu menyengir sinis pada mereka. "Kalau begitu buat aku mengerti sekarang!"

"Maaf, tapi Nona tidak diizinkan ikut campur dengan urusan kerajaan ini," balas seseorang.

Aku melinguk ke sisi lain, dan kulihat pria dengan mata almond berwarna emas. Tatapannya terkesan dingin, dan seperti merendahkanku. Dari melihat matanya saja aku sadar, dia adalah antagonis utama cerita ini. Duke Zeron, sepupu Raja yang keluarganya di bantai habis. Berkat koneksi pengikut raja terdahulu, dia menjadi Duke dan bekerja di dekat Eren.

Aku sempat merasa gentar, dan ketakutan. Dan bukan cuma aku. Giana juga tampak gemetaran. Tenang, aku tidak boleh seperti ini, walau penyebab kematian Milica ada di depankku sekarang. Ingat, jadilah wanita jahat.

"Sepertinya anda bisa menjelaskannya," cibirku.

Dia tersenyum melihat sifat sombongku. "Baiklah Nona, singkatnya anak-anak sudah dijual oleh keluarga mereka. Orang tua mereka terlalu banyak berutang, dan membayar pajak saja tidak pernah. Bukannya anak harus membayar perbuatan orang tuanya?"

Seperti dalam Novel, dia selalu merendahkan Milica, dan hanya bersikap baik di depan Raja. Dia memiliki banyak koneksi, dengan koneksinya itu dia menghancurkan Raja Eren, seperti rayap dalam pohon. Dia orang yang paling bahaya. Namun dia langsung menjawabku dengan tegas. Walaupun itu bukan rahasia lagi.

Pelayan-pelayan di sini, dan beberapa rumah bangsawan adalah anak-anak seperti mereka. Walaupun kerajaan Matahari makmur, namun beberapa rakyatnya belum sejahtera. Apalagi Raja yang hobi perang menaklukkan benua. Dari sana banyak prajurit yang tewas berimbas pada keluarga mereka. Tidak semua bangsawan baik dan menolong keluarga para prajurit yang tewas di medan perang seperti yang seharusnya. Belum lagi ada beberapa serikat dagang yang bungkrut karena melawan printah Raja.

Orang-orang yang memiliki ekonomi rendah bisa meminjam uang ke Raja tanpa bunga, tapi wajib membayar pajak. Walau sama saka, tapi pajak titak akan bertambah sebesar bunga. Dan jika mereka tidak bisa membayar, anak perempuan mereka akan menjadi pelayan, dan anak laki-laki harus menjadi prajurit. Mereka harus berkerja tanpa di bayar sebanyak utang orang tua mereka. Mereka tidak bisa bergerak bebas seperti yang lain, dan dipandang golongan rendah oleh orang lain.

"Maaf aku dari kerjaan lain, jadi tidak paham konsep kerja tempat ini. Tapi aku tidak ingin melihat anak kecil diperlakukan seperti itu di depan ku."

"Anda yang keluar dari istana, jadi bukan salah kami jika Nona melihat hal tadi."

Aku melirik anak laki-laki itu, suaranya sama seperti adikku, walau wajahnya beda. Dia menatapku, matanya berbinar, dia sedang meminta pertolongan padaku.

"Mereka berdua akan menjadi apa?"

"Mungkin pelayan dan prajurit, semoga mereka beruntung," jawabnya. Kalimat tersirat yang mengatakan mereka akan menderita setelah ini.

Aku tersenyum lebar. "Baiklah, bawa mereka ke istanaku."

"Haaa, tapi Nona!" Seru Giana.

"Aku butuh pelayan lagi, pekerjaan kalian lambat dan payah. Lagipula ada yang bilang anak-anak mengubah suasana. Bawa saja mereka," tuturku.

"Tapi Nona, anda tidak bisa seenaknya ini tanpa prosedur," ujar Duke.

"Bilang saja ke yang mulia, tunangannya ingin anak-anak ini. Dia cinta padaku, pasti diizinkan." Aku terlalu percaya diri, dia mana punya hati, apalagi padaku. Walaupun aku meminta 10 anak, Eren tidak akan memperdulikannya.

Tanpa kata panjang lebar lagi, Duke Zeron langsung memberikan anak-anak itu padaku. Aku sendiri tidak berharap dianggap sebagai penyelamat mereka berdua. Karena aku akan mempekerjakan mereka sebagai pelayan. Mereka harusnya sedang bahagia di Sekolah Dasar, tapi takdir pahit harus membuat mereka seperti ini. Anak-anak yang malang.

"Kalian apakah punya nama?" Tanyaku.

Anak perempuan itu masih ketakutan melihatku. Hanya anak laki-laki itu saja yang terlihat cukup berani menatapku.

"Saya Norin, dan ini adik saya Niran," jawannya.

Nama Itu tidak asing bagiku. Aku memperhatikannya mereka sekasama. Rambut biru muda dengan warna mata sama. Aku ingat, ini kejadian yang sama seperti di Novel. Milica berjalan-jalan ke istana utama, lalu dia melihat dua anak kecil yang diperlukan kasar. Milica yang baik hati menolong anak-anak itu. Namun tentu saja dengan hati lemah lembut dan penuh kasih sayang. Berbanding terbalik dengan aku tadi. Mereka menjadi pelayan Milica, dan Milica sangat menyayangi mereka berdua.

Di istana yang kejam ini, Norin dan Niran adalah cahaya hati Milica. Di akhir cerita Norin menjadi kesatria terhebat di benua ini. Dan Niran wanita berpengaruh pertama di kerajaan Matahari. Semua itu berkat didikan dan kasih sayang Milica. Hanya mereka berdua yang mendapat Happy ending. Arin pernah berkata, kedua karakter ini dia buat dengan inspirasi adik perempuannya, dan adik laki-lakiku. Sifat mereka sama seperti adik-adik kami. Mengurus satu adik saja sudah menyusahkan, apalagi satu lagi, dasar Arin, andai kau di sini.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro