Remember Me

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Hujan sudah reda. Sorak sorai nyanyian selamat ulang tahun memenuhi ruang keluarga rumah kamu. Nyanyian selamat ulang tahun ini diiringi tepuk tangan oleh Chanyeol, Jieun, dan Kwangsoo--tunangan Jieun.

Kamu meniup lilin angka 29 yang bertengger di atas kue ulang tahun kamu. Kepulan asap tipis dari redupan apinya pun terlesap cepat. Tepuk tangan memenuhi ruang keluarga lagi setelahnya, disahut suara terompet ditiup bersahutan dan hamburan konfeti. Kemudian kamu berdoa sejemang.

Kamu mengiris kue dengan hati-hati. Memberikan irisan pertama pada suami kamu.

"Terima kasih, Chagiya ...," ujar Chanyeol sembari menerima uluran piring kertas berisi irisan kue ulang tahun dari kamu.

Kamu membalasnya dengan ulasan senyum. Ditimpali kecupan lembut di kening oleh suami kamu. Setelahnya kamu membagikan kepada Jieun dan Kwangsoo.

Sembari menikmati kue ulang tahun, Jieun semangat sekali bercerita padamu tentang tadi pagi Chanyeol membuat kue ulang tahun kamu ini. Katanya Chanyeol sangat payah, dia hampir saja memberikan garam yang dikira gula pasir pada adonan, itulah kenapa tadi pagi mereka berdua tertawa kencang. Jieun juga bilang, bahwa Chanyeol tidak mau dibantu membuat kue ulang tahun kamu ini, melarang Jieun menyentuh sedetik pun adonan roti yang sedang dibuat untuk kamu karena suami kamu ini menginginkan murni hasil karya dari kedua tangannya.

Kamu terharu mendengarnya. Kamu sangat merasa bersalah pada Chanyeol atas prasangka kamu selama ini, terutama di seharian penuh tadi.

"Sudah tidak ngambek lagi, 'kan?" goda Chanyeol yang duduk di samping kamu, menyebalkan sekali.

Kamu mendengkus. Chanyeol tertawa renyah, lalu merangkul punggung kamu dengan sebelah tangan. Pun begitu, Jieun dan Kwangsoo tersenyum gemas ke polah kalian, lolos membuat kamu malu.

"Maaf, seharian ini pasti aku membuat kamu kesal," maaf Jieun beberapa saat kemudian, setelah sesi memakan kue dan ngobrol ringan usai.

"Tidak apa-apa, Eonni. Aku juga minta maaf telah berprasangka padamu dengan sangat berlebihan," balas kamu, lalu memeluk erat Jieun yang sudah berdiri dan berpamit pulang bersama Kwangsoo.

"Tidak masalah. Aku juga sosok perempuan, aku sangat paham perasaan kamu," timpal Jieun sembari menepuk punggung kamu.

Kamu mengurvakan bibir. Senang mendapati mudahnya dimengerti.

"Kamu mau kuberitahu rahasia Chanyeol tentang dirimu?" bisik Jieun kepadamu yang sedang berjalan bersebelahan menuju teras rumah.

"Rahasia?" tanya kamu dengan nada bisik, menjeda laju jalan kamu sejemang.

Jieun tampak melirik Chanyeol dan Kwangsoo yang sedang berjalan keluar seraya berbincang renyah di depan kalian.

"Chanyeol tadi sore menangis karena kamu marah kepadanya. Dia takut kena batunya mengerjai kamu, berujung kamu ingin berpisah sungguhan," ungkap Jieun setelah Chanyeol dan Kwangsoo sudah sampai teras rumah.

Kamu membulatkan kedua mata kamu, tidak percaya suami kamu ini sebaperan itu.

"Suami kamu itu aslinya memang cengeng dan cemasan kalau terjadi sesuatu pada sosok yang berharga buatnya. Barusan Chanyeol sangat merasa bersalah sama kamu, merasa sangat menyakiti kamu dengan beban ragu yang pernah diungkapkan dulu. Dia sangat mencintai Dandelion-nya, kamu jangan pernah meragukan lagi satu perasaan ini padanya," imbuh Jieun, menepuk sebelah bahu kamu.

Bukan menjawab, kamu malah melirik ke arah Chanyeol di luar sana. Mengamati tawa renyah Chanyeol bersama Kwangsoo. Tawa renyah itu yang selalu kamu sukai dari waktu ke waktu, beralih menatap dalam Jieun.

"Dan kamu jangan pernah merasa menjadi orang ketiga di antara kami, sudah menjadi takdirnya seperti ini, memang beginilah hal terbaiknya. Jadi jangan pernah salahkan dirimu lagi," kata Jieun sebagai penutup.

"Terima kasih, Eonni. Aku tidak akan pernah meragukan perasaannya lagi. Dan aku tidak akan menyalahkan diri sendiri lagi," jawab kamu, memeluk Jieun erat.

***

Setelah membuka kado dari Chanyeol yang berisi baju sarimbit untuk liburan ke Maldevis, kamu menerima sebuket bunga dandelion dari Chanyeol.

"Maaf, aku lupa memberikannya lebih awal," ungkap Chanyeol setelah kamu menerima sebuket bunga dandelion kesukaan kamu.

"Tidak masalah. Terima kasih, Chagiya," ungkap kamu dengan riang. Kamu tersenyum hingga memamerkan dua gigi kelinci kamu dan segera ditimpali senyuman Chanyeol dengan pameran lesung pipit di sebelah pipi.

Kamu mengambil satu tangkai bunga dandelion di buket. Meniup bunga dandelion searah wajah Chanyeol.

Kumpulan biji dandelion dengan sayap putih selembut kapas yang terangkai menjadi satu, akhirnya tercabut satu persatu, menghempas ke arah wajah Chanyeol, hingga beberapa membelai pipi, kening, bahkan ujung mata sipit lelaki itu, membuat kelilipan.

Kamu tertawa kecil saat mendapati ekspresi lucu Chanyeol kelilipan dandelion. Suami kamu ini mengucek-ucek sebelah matanya dengan cepat, lalu mendengkus padamu setelah normal kembali.

"Dasar nakal!"

Kamu tertawa singkat mendapat bibir Chanyeol manyun kesal. "Maaf. Aku tidak bermaksud membuat kamu kelilipan, Tuan Park," maaf kamu dengan raut muka tidak merasa bersalah sedikitpun.

Chanyeol mendengkus lagi. Memberantaki rambut kepala kamu.

"Kalau begitu kamu boleh membalasnya sekarang," katamu sembari mengambil satu tangkai dandelion lagi di buket.

"Silakan tiup, biar kita impas," imbuh kamu, usai menjajarkan kepala dandelion searah bibir Chanyeol.

Rupanya Chanyeol pun semangat mengambil kesempatan balas dendam. Dia beringsut untuk meniup, tetapi bukan pada dandelion, melainkan meniup pucuk kepala kamu yang berambut cukup berantakan.

"Ya!" Kamu berdecak begitu.

"Kenapa?" Chanyeol tampak polos tak tahu kesalahan, menaikkan sebelah alis.

"Kenapa kamu meniup kepalaku, seharusnya kamu meniup dandelion-nya," cicit kamu sembari memukulkan kepala dandelion ke pipi Chanyeol.

"Barusan aku sudah meniup dandelion, heh!" sangkal Chanyeol dengan tersenyum menyebalkan.

Kini giliran kamu menaikkan sebelah alis.

"Kamu 'kan dandelionku, Chagiya. Saat ini aku hanya ingin meniup dandelionku," balas Chanyeol, meniup pucuk kepala kamu lagi dengan keras, berulang-ulang dengan lagat saat kamu meniup lilin di kue ulang tahun.

Kamu masih diam menatap kelakuan suami kamu ini. Dipikir-pikir jika sedang berlaku seperti ini, dia itu seperti bocah padahal usianya sudah 32 tahun.

"Dandelion," panggil Chanyeol sesaat ke depan. Membuyarkan lamunan kamu yang sedang menatapnya.

"Hmm?"

Chanyeol segera mengambil kedua tangan kamu yang bahkan masih memegang tangkai dandelion, menggenggamnya perlahan, menatap kamu dalam.

"Ingat aku baik-baik; bahwa masa lalu tidak akan pernah bisa memenangkan masa depan, karena masa lalu sudah tertinggal jauh sekali di belakang. Kamu adalah masa depan aku. Kamu adalah seseorang yang paling berharga dalam hidupku sekarang. Dan jangan pernah sekali-sekali menganggap diri kamu tidak sempurna, setiap orang pasti punya kelemahan sendiri, begitu pun aku. Kamu adalah wanita terspesial untukku, tidak peduli lagi mau sefrekuensi dalam hal musik atau tidak, tidak peduli lagi kamu tipe wanita idamanku di awal atau bukan ...."

Kamu memilih kukuh bergeming khidmat menyimak. Chanyeol menghela napas.

"Yang terpenting kamu adalah masa depanku sekarang. Wanita terakhir yang berhasil memenangkan hatiku. Pun sama. Aku harap juga kamu menjadikan diriku lelaki terakhir yang berhasil memenangkan hatimu ....," imbuh Chanyeol, ditutup dengan simpulan senyum manisnya.

Terlalu terbawa perasaan, kedua mata kamu memanas, begitu pula dengan kedua pipi kamu. Kamu terlalu tersanjung dengan ungkapan suami kamu, sekaligus malu menyadari sikap ambek kamu seharian ini yang berlebihan dan kekanakan.

Kamu mengangguk perlahan. Kamu berjanji akan mengingat semua itu, menyimpannya dalam kotak momeri paling aman. Kamu juga berjanji akan menjadikan Chanyeol lelaki terakhir yang memenangkan hati kamu. Iya, begitu. Bahkan cinta pertama kamu jugalah suami kamu ini, tanpa suami kamu tahu.

Hujan merintik lagi, membasahi bentala Seoul yang bahkan masih basah.

Lagi. Rintik hujan menjadi saksi atas kebahagiaan kamu ini.

"Aku sangat mencintaimu, Dandelion-ku," bisik Chanyeol, mengecup lembut kening kamu.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro