4. Pengakuan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Sebagai ketua OSIS baru, Alleta disibukkan dengan segudang kegiatan yang harus ia atur dan siapkan. Cewek itu harus rutin pulang sore bahkan malam, terlebih untuk mempersiapkan acara pensi sekolah.

Arguby menghela napas kasar. Netranya tak lepas dari objek yang dilihatnya dari jauh. Pemandangan Alleta tengah sibuk mengatur lapangan untuk pembuatan panggung. Cowok itu tersenyum tipis. Lalu bergegas dari tempat duduknya.
Ternyata dia mendekat ke arah Alleta. Arguby melambaikan tangan, saat matanya bertemu dengan netra coklat Alleta.

Cewek itu tentu hanya melambaikan tangan isyarat untuk menunggu. Hampir lima belas menit Arguby merasa diabaikan, akhirnya ia mendekat dan menarik lengan Alleta.

"Guby!" protes Alleta. "Gue belum kelar," ujarnya.

"Eh, itu anak buah lo banyak. Suruh aja mereka," jawab Arguby ketus.

"Tapi...."

Arguby melepaskan tangan Alleta. Tak banyak berpasang mata menatap mereka penasaran.

"Apaan, sih?"

"Kenapa dari kemarin menghindar terus dari gue?" tanya Arguby kesal.

"Menghindar gimana? Gue sibuk, lo liat, kan?"

Arguby menggeleng. "Lo nolak gue jemput, lo nolak gue tungguin, trus berangkat sekolah juga banyak alasan buat nggak bareng. Kenapa?"

"Guby," jawab Alleta ragu.

"Kenapa? Udah punya gebetan, sehingga sahabat lo sendiri dijauhin."

"Nggak, gue cuma nggak mau ngerepotin lo aja," ujar Alleta.

"Tapi gue ngerasa, lo menghindar dari gue."

"Nggak, itu nggak bener, serius."

"Lo yakin?"

Alleta mengangguk pasti untuk meyakinkan Arguby. Cowok itu menghela napas.

"Oke, nanti sore gue tunggu, ada yang mau gue omongin."

"Apa?" Alleta penasaran. Arguby mengerutkan keningnya, tak biasanya cewek itu begitu terlihat penasaran dengan ucapan Arguby.

"Kepo!" Arguby meninggalkan Alleta dengan rasa penasarannya.

___

Wajah cantik Alleta terlihat sangat gelisah, berkali-kali ia menggerakkan kaki dan tangannya. Sesekali matanya melirik jam tangan yang bertengger manis di lengan kirinya. Seseorang yang ditunggunya belum juga muncul dari permukaan bumi.

Alleta menghela napas lirih. Ia sudah terlalu penasaran, dengan apa yang akan dikatakan Arguby sore itu. Tak lama, cowok yang ditunggunya muncul.

"Lama banget, sih!" protes Alleta. Padahal keberadaan Arguby terbilang masih jauh dari posisinya.

"Sabar!" jawab Arguby ketus.

Cowok itu semakin mendekat.

"Mau ngomong apa?" Alleta sudah tak tahan dengan rasa keponya.

Taman sore itu tampak sepi. Mungkin karena sebagian manusia yang tinggal di sekitarnya, atau yang biasaelewari taman itu belum selesai dalam aktivitasnya hari ini.

"Kenapa, sih? Penasaran banget kayaknya." Arguby mengambil posisi duduk di samping Alleta.

"Iya lah, penasaran. Nggak biasanya lo gini," ujar Alleta gugup.

Arguby tersenyum.

"Mau makan dulu?"

"Udah deh, lo mau ngomong apa? Gue pengen banget tau," desak Alleta.

Tanpa jawaban dari Arguby, Alleta terperanjat ketika cowok itu memeluknya erat. Mata Alleta membulat sempurna, bibirnya berpisah menampilkan gigi kelinci yang manis dan putih.

"Guby," ujarnya lirih.

"Jangan pernah hindarin gue lagi, tetep kayak gini di samping gue." Arguby berkata tegas.

"Iya, tapi lo kenapa? Tiba-tiba begini?" tanya Alleta bingung.

Arguby menggeleng. "Gue cuma takut kehilangan satu-satunya sahabat gue."

Alleta tersenyum. "Iya, iya. Nggak bakal."

"Janji," ujar Arguby. Dijawab anggukan oleh Alleta.

[[]]

Acara pensi di sekolah dimulai. Sejak tadi pagi, siswa sudah heboh di lapangan. Acara dibuka dengan penampilan, dari anak tari, disambut meriah oleh para siswa yang menyaksikannya. Sambutan dari kepala sekolah, guru dan juga ketua OSIS tentunya ikut mengisi acara pentas seni yang sedang berlangsung.

Acara demi acara telah selesai, kini tinggal hiburan yang sedang ditampilkan oleh siswa-siswi sekolah. Cantika, si selebriti sekolah ikut memeriahkan acara dengan mengisi satu buah lagu, dengan iringan musik band dari para cowok ganteng yang hobi bermusik.

"Ini lagu, gue persembahin buat seorang cowok, yang selalu bua gue penasaran." Cantika tersenyum, mata biru miliknya terlihat menyipit jika dilihat dari dekat. "Dia adalah Arguby," lanjutnya. Arguby yang masih berdiri di tempatnya mematung. Mengerutkan kening karena bingung. Pandangan Arguby lantas lari kepada objek yang dicarinya, dia adalah Alleta.

Alleta tampak tengah tertegun, mendengar pernyataan Cantika.

"Benar, gue suka sama dia." Cantika menunjuk keberadaan Arguby. Semua orang langsung mengarah padanya. Malu, kesal dan juga khawatir itu adalah hal yang terlintas dari mimik wajah Arguby. Malu, karena baru pertama kalinya ia menjadi pusat perhatian. Kesal, kenapa harus dirinya yang dipilih Cantika untuk menaikkan ketenarannya. Khawatir, dengan Alleta yang masih terdiam di samping panggung.


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro