RMdM 01 - Other Side

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Pengalaman bukan apa yang terjadi pada Anda, melainkan apa yang Anda lakukan atas apa yang terjadi pada Anda -Aldous Huxley-

My Playlist today: Mad Love - David Guetta Ft. Becky G, how yours?

Desahan kenikmatan meraung menghiasi sisi ruang kamar. Mereka saling berlomba untuk mendapatkan pelepasan.

Keras, lebih keras. Laju ritme penyatuan gairah pun ditambah. Hingga akhirnya mendapatkan apa yang dicari, kenikmatan, pelepasan dan penyesalan dalam waktu yang bersamaan.

"Dave ...." panggil suara itu pada pria yang baru saja bangkit dari atas tubuhnya.

Sementara David yang dipanggil tidak menghiraukan sama sekali. Dia malah melangkah menjauh dengan tisu di tangannya, tisu bekas menggelap sisa cairan kenikmatan yang berceceran di bagian batangnya. Kemudian pria itu melengos ke kamar mandi, sebelumnya dia membuang alat kontrasepsi yang cukup membantu tadi ke dalam tempat sampah. Serta bongkahan tisu yang tidak lagi kering.

David perlu waktu untuk berendam di bathtup guna menetralisir rasa aneh yang berkecamuk pada dirinya. Selalu saja seperti ini, dia selalu merasa bersalah bahkan jijik setelah melakukan kegiatan kejinya yang nikmat ini. Tidak jarang pula, dia akan memimpikan mimpi sialan saat tertidur nanti.

"Masih tidak ingin menciumku? Siapa tau kita bisa melanjutkan lagi permainan panas tadi, Dave? Ronde ketiga tidak masalah untuk pria gagah sepertimu, what do you think?" Dia bangkit dari posisinya yang tadi berbaring di atas ranjang.

"Aku rasa tiap malam kau bertambah jago dalam memberi service," ujar suara itu sambil melangkah mendekati David yang sedang mencari pakaian ganti di walk in clothes-nya. David sudah selesai dengan urusan di kamar mandi dan orang ini masih belum mau pergi.

"Stay away!" desis David tidak senang dengan keberadaan tangan kekar lain yang hampir meloloskan lilitan handuk hitam dari pinggangnya.

"But some time ago we're on fucking hot crazy sexs, dude. How can you be disgusted with me, now?!" Kesal. Lagi-lagi David kambuh.

David adalah pencandu seks yang membenci semua spesies makhluk berahim dan berbuah dada. Iya, makhluk itu adalah wanita.

Baginya semua wanita selalu sama, penjilat ulung, penggoda handal dan peluka yang abadi.

Memang tidak seharusnya David menyamaratakan wanita. Namun, pada fakta dalam kisahnya begitulah adanya. Semua wanita yang dia kenal selalu sama, tidak ada yang berbeda. Semua pintar memainkan peran.

Jangan mengumpat dulu, orang yang tadi habis memuaskan David bukan wanita, kok. Dia makhluk berbatang dan berjakun sama layaknya David juga.

Rindrorius, nama pria yang baru saja pergi menghantarkan David kembali pada kesunyian suasana kamarnya. Sunyi itu adalah teman dalam malam kelamnya setelah olahraga ranjang yang gila dan membara beberapa waktu lalu.

Jika ingin bertanya masalah Rindrorius, percayalah dia tidak akan kenapa-kenapa. Paling juga pria itu akan kembali mengisi ranjang David pada keesokan malam tanpa rasa canggung sedikit pun di antara mereka. Seperti biasa.

***

"Sampai bertemu besok di hari bahagia kita. Tidurlah dengan nyenyak malam ini, Queen. Kau perlu istirahat cukup dan berkualitas." David mengacak asal rambut blonde wanita di depannya.

"Karena besok kau harus aku kurung di atas ranjangku seharian. We must have sexs all day. Just us. Just you and me." Kemudian David mencium lama kening lawan bicaranya. Sarat akan kehati-hatian dan kasih sayang.

"For God shake! Bagaimana bisa aku mulai beristirahat dan mendapatkan kualitas yang bagus jika kau saja masih mencium keningku terlalu lama?" Suara bernada judes El membuat David menarik bibirnya yang tadi menempel pada kening mulus wanita itu.

"Apa kau ingin menginap?" sambung El bertanya pada David yang dijawab dengan gelengan.

"Aku hanya terlalu senang. Ya sudah, pergilah. See you tomorrow on Altar, my Queen." David juga memberi jarak pada tubuh mereka.

El tersenyum dan mengusap rahangnya sebentar, sebelum akhirnya wanita itu melangkah masuk ke gedung apartemennya. David yang ditinggalkan bukannya sedih, dia malah cengengesan sendiri sambil melangkah kembali menuju mobilnya.

Tidak bisa dipercaya, hanya dalam hitungan jam saja dia akan menjadi seorang suami. David akan menjadi pria terbahagia besok pagi karena sudah berhasil merebut hati seorang wanita penyempurnanya.

El memang berbeda, dia yang selama ini David cari untuk melanjutkan hidupnya. Dan besok ... mereka akan memasuki masa baru, babak baru, kehidupan baru, yaitu mahligai berumah tangga. Membangun keluarga bahagia bersama Queen Lexie Elizabeth-nya.

"Shit!" erang David frustasi, dia menjambak kasar rambut coklat gelapnya. Tatapannya nyalang menatap hamparan awan tidak bersalah dari balik sisi pembatas kaca.

"Ck, ini bahkan sudah tahun kelima, tapi kenapa selalu terarah kepada dia?!" David berdecak pada dirinya sendiri.

"Harusnya malam itu aku menginap, harusnya malam itu aku tidak menyuruhnya pergi. Tidak memberinya jalan untuk benar-benar pergi.... Seharusnya, semua tidak begini!!" Teriak hati kecil David masih sama seperti saat dulu dia terbangun di pagi hari. Saat dia mendapati pernikahannya dengan El yang tidak pernah terjadi sama sekali.

"Fuck off, bitch!" David mengepalkan tangan kanan yang berada disisi tubuhnya, dia merasa ... gagal, kembali.

Pria itu menggeram, rahang kokohnya pun itu menggeras layaknya kepalan tangannya. Dia berusaha menyalurkan emosinya dengan cara ini. Berharap setelahnya, semua akan berubah seperti semula. Tenang dan baik-baik saja.

Dia boleh gagal, tapi tidak untuk kalah. Apalagi sampai kalah dengan hatinya, karena logika lebih nyata ketimbang hati yang bersifat fana.

Ya, tadi malam setelah kepulangan Rindrorius, David tertidur. Dia bahkan tidak menghabiskan secangkir coklat hangatnya,- kebiasaannya meminum coklat sebelum tidur.

Dan demi apapun, pria itu lagi-lagi dihantui kenangan dalam tidurnya. Wanita itu datang kembali, menyapanya lagi.

Merasa konyol, David menyudahi kegiatan tidak bermanfaatnya. Dia meraba saku celana bahannya untuk mencari keberadaan ponsel pipih berwarna black metalic-nya.

"Rindrorius, I need you tonight. As always, dude." Dia langsung memutuskan panggilannya secara sepihak setelah mendengar kesanggupan dari seberang telepon.

"Sampai kapan kau akan melakukan aksi gilamu, Dave?" Allard yang entah sejak kapan ada di ruangannya membuka suara. Membuat David yang semula tampak pias kini memasang wajah datar dan berjalan menuju meja kerja di tengah ruangan.

Pasti ada sesuatu yang terjadi, sehingga Allard mengunjunginya sepagi ini.

"Kau membawa kabar apa?"

Allard yang ditanya begitu oleh David adik kandungnya, sudah memaklumi dan tidak ambil pusing. Padahal dulu David adalah sosok hangat yang tidak akan sungkan berbasa-basi dengannya sebelum kini mendingin dan tidak terbantahkan.

"I don't have much time to wasting." David mengintrupsi Allard dengan tidak sabar, padahal Allard baru saja mendudukkan pantatnya di kursi.

Allard masih tidak membuka suara, dia hanya melempar tumpukan kertas ke atas meja, membuat tumpukan itu bederai satu sama lainnya. Matanya menyiratkan agar David memberi penjelasan. Namun tidak ada amarah yang terpancar. Allard masih duduk dengan tenang.

David menatap sekilas tumpukan kertas yang kini berserakan. Senyum miringnya tertarik jelas ke atas. "Sudahlah, ini sudah biasa. Lagi pula mereka terlalu murahan dengan cara picik ini," David mendengus dan menampilkan ekspresi tidak mau taunya.

"Tapi kalau berita ini terlalu sering muncul kepermukaan, reputasimu akan hancur. Ingat, kau itu CEO bergengsi yang sedang di incar dan dijadikan mangsa." Allard memperingati David.

"Banyak orang yang menginginkan kau jatuh, Dave. Apalagi mengingat namamu yang baru tercatat oleh Forbes lagi minggu lalu dengan harta kekayaan yang semakin bertambah tiap tahunnya."

David mengibaskan tangannya tidak peduli, "Biarkan saja mereka, kau tau benar aku tidak pernah suka wanita. Aku suka hidupku yang sekarang, tanpa para wanita penjilat, tanpa makhluk lemah yang hanya menyakiti."

Pria dengan mata hazel itu mengumpulkan serakan kertas majalah menjadi satu. Lalu dia meremasnya dengan kuat dan membuang bongkahan majalah tepat ke dalam tong sampah yang berada di sudut ruang. Kegiatannya tidak lepas dari pengamatan Allard.

"Sudahlah, Allard. Aku tidak mungkin menghamili wanita. Yang benar saja, bahkan rasa Rindrorius jauh lebih baik daripada rasa seorang gadis perawan," ujar David dengan santai pada Allard yang kini memicingkan mata ke arahnya- seperti menilai.

"Mereka hanya sedang memainkan drama untuk mendapatkanku atau sekedar hartaku, mereka pikir aku akan sudi? Itu tidak akan pernah terjadi," sambungnya lagi sembari mengangkat bahu dan menurunkan bibir bermaksud meremehkan.

Well, walaupun mencari kepuasan birahi dari lelaki, David bukanlah pria gemulai yang suka berlenggak-lenggok bak pria setengah jadi yang sering di sebut banci.

David pantas menyombong berbekal kekayaan dan ketampanannya. Mengingat, dia yang memiliki harta berlimpah untuk takaran anak muda di usia akhir kepala dua. Belum lagi dengan ukuran fisik di atas rata-rata untuk seorang pria muda berparas mempesona. Dia benar-benar hawt.

Dada bidang, perut keras, mata hazel yang bisa menajam dan bisa pula meneduh seketika, rambut coklat gelap, kulit yang mengkilap, hidung bak prosotan hingga bibir yang jika sudah menampilkan smirk, akan membuat para wanita lupa dunia!

Tidak heran jika banyak pula wanita yang menginginkan David sebagai pendamping hidupnya. Dan tidak jarang juga ada yang ingin menjatuhkannya. Namanya juga hidup di dunia, semakin tinggi pohon bukankah semakin kencang pula angin yang meniup?

Meski begitu, David tidak pernah mengizinkan seorang wanita mana pun untuk ikut campur dalam kehidupan pribadinya. Sudah terlalu banyak hati yang dia patahkan dengan sengaja, entah ditolak langsung sampai dengan diabaikan perlahan.

Masuk akal jika gelar playboy pun tertaut padanya entah darimana, mungkin alibi para wanita yang sudah sakit hati dengan keangkuhan dan kekerasan hati David. Lalu seenaknya mengecap dia sebagai playboy.

Padahal, David tidak pernah mempermainkan wanita. Para wanita itu saja yang suka mempermainkan dirinya- terlebih tubuhnya- kepada David. Lalu mereka akan menciptakan drama yang mengada-ngada.

David sebenarnya penganut paham playboy sesungguhnya, play; main dan boy; lelaki. Jadi dia adalah pria si Pemain Lelaki, bukan pemain wanita.
Gay? Entahlah, mungkin saja iya. Mengingat sudah lima tahun terakhir ini dia melakukan ritual 'perang pedang'nya yang hanya diketahui oleh Allard.

"Terserah, yang jelas aku sudah memperingatkan. Jangan sampai menyesal karena sikap angkuhmu itu, Dave. Kau tidak,-"

Ucapan Allard terpotong ketika mendengar suara dobrakan pintu dengan cukup terburu. David yang tadinya menyandarkan punggung ke kursi putar yang didudukinya pun seketika langsung menegakkan cara duduknya.

Baik Allard maupun David mereka memandang ke arah pintu yang sama. Menajamkan tatapan pada apa yang mereka lihat.

"Bagaimana jika mommy katakan bahwa Verona Victoria sedang hamil anakmu, David Latrevo Debendrof?!"

RMdM 01 - Other Side,
Bengkalis - Riau, NBd17.
14 Maret 2018.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro