RMdM 26 - Reasons

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Tidak perlu menggodaku untuk membuat aku tergoda akan dirimu. Cukup diam saja, kau memang sudah mempesona.
- David Debendrof -

My playlist today: Halsey - Bad At Love, how yours?

"Kau tidak sedang berencana bunuh diri, bukan?" teriak Verona sambil menggedor-gedor pintu kamar David.

Ya, dengan berbekal keberanian serta kenekatan, akhirnya Verona mengunjungi David ke mansion-nya. Pria bermanik hazel itu bahkan tidak keluar kamar sejak tiga hari yang lalu setelah hari pernikahannya yang gagal.

"David!" teriaknya lagi dengan gedoran yang semakin keras. Ah, itu sebenarnya percuma karena dia yakin David tidak mendengarnya di dalam.

"David!!!"

Bodohnya Verona malah mengulanginya lagi.

"Buka pin—"

"Shut your fucking mouth up, woman," ketus sang pemilik kamar dengan nada tajamnya.

Sementara tatapan matanya seperti hendak berang karena sudah dinganggu. Sepertinya Verona salah sudah membangunkan beruang tidur di masa hibernasinya. Jadi, yang bisa dia lakukan hanya dua; kalau tidak menjauh dan melarikan diri, tentu dia harus siap menerima amukan sang beruang. Dan Verona akan memilih opsi nomor dua. Semoga dia beruntung.

"Mau apa kau ke mari?"

Di luar dugaan dan prasangkanya. Bahkan jika bisa tertawa, badut dari serial IT pun mungkin akan ikut mentertawakan keanehan David yang bukannya marah malah bertanya tujuan Verona berkunjung. Well, it's a big magic.

Pria dengan boxer hitam dan dada yang topless itu tampak tidak terurus. Bukan karena rambut halus yang tumbuh dalam waktu tiga hari, melainkan kantung matanya yang membengkak, belum lagi manik hazelnya memerah serta rambut coklat kopinya yang berantakan.

"Sudah berapa lama kau tidak mandi?"

Astaga, semoga dia tidak salah melempar pertanyaan.

"Kalau kau datang malam-malam ke mari hanya untuk mempertanyakan aku sudah berapa hari tidak mandi, kau bisa pergi melalui pintu mana saja."

David menutup pintu kamarnya. Akan tetapi kaki Verona sudah terlebih dahulu mencegahnya. "Boleh aku masuk untuk sedikit berbicara?"

Setelah kepala David mengangguk memperolehkan, Verona pun mengikuti langkah David memasuki kamar.

"You're truly magic on," komentar Verona setelah mengamati kondisi berantakan kamar David. Ini bukan David. Pria itu selalu rapi dan perfeksionis dalam segi apapun. Kecuali, satu; selera wanita.

Mengingat itu, membuat Verona menggeram dalam hatinya.

"El tidak pantas untukmu," gumam Verona yang menarik perhatian David. "Dia pergi karena dia tidak bisa menghargaimu, Dave."

Verona menjeda sebentar perkataannya untuk menilai ekspresi David. Setelah dinilainya memungkinkan, Verona pun melanjutkan.

"Jika dia menghargaimu, dia jelas tidak akan mempermalukanmu di depan banyak orang. Untung saja pernikahan kalian hanya dihadiri kita-kita saja. Kalau sampai para kolega dan— "

"Kurasa, kau terlalu berisik." David memotong ucapan Verona. Dipijitnya keningnya perlahan. Kepalanya sudah serasa mau pecah karena menahan pusing akibat tidak tidur hampir empat malam, dan sekarang dia harus dihadapkan pula dengan celotehan tidak bermanfaat dari Verona.

"Kalau kau mau menjelek-jelekkan Queen, kau bisa pergi, Ve. Aku butuh istirahat."

David mengusir Verona dengan halus. Dia akui, sakit memang rasanya ditinggalkan tanpa kabar di hari pernikahan, tapi dia juga tidak suka jika ada yang menjelek-jelekkan El. Dia yakin, El pasti memiliki alasan. Hingga hari ini pun, David masih menunggu telepon atau sekedar pesan singkat darinya. David yakin, wanitanya itu pasti akan memberi kabar.

"Kau lihat saja."

Verona menyodorkan ponselnya yang berisikan percakapan dengan El. Percakapan terakhir mereka tepat saat hari pernikahannya yang gagal.

Queen Lexie:
Aku tau aku salah, tapi aku rasa aku tidak cocok dengannya. Kehidupannya, cara berpikirnya belum lagi dengan semua kebiasaannya yang suka mengatur. I tired all of him.

Verona Victoria:
Tapi hari ini kalian akan menikah. Kau tidak sedang berencana kabur bukan? C'mon, El. You should be here. It's your wedding day.

Queen Lexie:
Persetan, Ve. Aku pamit. Jaga dia baik-baik. Aku yakin kau cocok untuknya.

Geram. Sontak saja David menghempaskan ponsel tidak bersalah milik Verona. Membuat ponsel itu berderai lemas di lantai keramik.

Sedangkan Verona hanya mampu menatapi nasib naas ponsel pipihnya sebagai korban dan David sebagai pelaku secara bergantian. Jika dia protes, yang ada David akan semakin menjadi. Tidak menutup kemungkinan dia pun akan terkena imbas dari amarah pria tersebut.

"Aku memang menitipkanmu padanya. Tapi aku—"

"Ya, aku tau. Itu kenapa hampir enam bulan aku mencari keberadaanmu untuk mengetahui kebenaran yang sesungguhnya. Tapi ternyata Tuhan malah mempertemukan kita hampir enam tahun kemudian," potong David mengeluarkan pendapatnya.

Sementara El yang tadinya sedang menyeruput kopi, merasa benar-benar tidak habis pikir dengan cerita yang David ceritakan.

Ya, dirinya memang menitipkan David pada Verona. Tapi dia tidak pernah bilang bahwa mereka tidak cocok dan sebagainya. Verona jelas tau apa penyebab El harus pergi.

"Kau sok berperan sebagai pahlawan untukku. Apa kau lupa yang berusaha kau lindungi dari percobaan pembunuhan wanita ular itu adalah seorang pria, Nona?"

David memecahkan pikiran El. Yes, ini kenapa cerita ini dinamakan Reuni Mantan, karena si Sepasang mantan kekasih kini sedang benar-benar bereuni ria.

Setelah kemarin sore El memergoki Rio yang tengah asik bersama Gabriella, tadi pagi El lebih memilih lari dan menemui David. Dan alhasil, mereka bersama sedari pagi hingga malam hari seperti sekarang. David bahkan mau mengurusi Snow saat tadi siang dia harus disibukkan sedikit dengan pekerjaan yang terbengkalainya di butik akibat liburan penculikan.

El sudah menceritakan semua yang terjadi. Meski awalnya dia terlihat enggan, namun akhirnya berkat berbagai paksaan dari David, wanita itu mau berbagi kisah sekaligus fakta untuk memecahkan berbagai teka-teki yang sudah lama terpatri di otak David.

Benar. Tidak mungkin David tidak marah. He was angry so bad. Tapi mendengarkan kelanjutan cerita El jauh lebih baik daripada melampiaskan kemarahannya dengan amukan barang. Lagipula, itu pasti akan menganggu Putri kecil mereka yang sudah terlelap nantinya.

El mengangguk dengan tatapan kosong. Tangannya masih menggenggam erat cangkir kopi dengan kesepuluh jemarinya, seolah mencari kehangatan yang menjalar.

"Dan di situlah letak kebodohanku, Dave," lirihnya.

David memutarkan kepalanya untuk melihat El. Dirampasnya dengan pelan cangkir espresso dalam genggaman wanita berkimono merah tersebut.

"Kau memang bodoh," cibirnya.

Dasar pria sinting! Seharusnya dia berkata manis dan menenangkan. Agar setelahnya mereka bisa berciuman lalu berolahraga panas di ranjang.

"Tapi karena kebodohanmu pula, aku bisa mengerti, peranmu dalam hidupku ternyata masih besar, El. Apalagi sekarang kita sudah memiliki Snow," sambungnya tersenyum.

Oh, mau manis dengan versimu rupanya, ya. Cebik batin El cerewet.

"Memangnya kau yakin, namaku masih ada di hatimu, Dave?" tanya El penasaran seketika.

David mengangguk. "As always, Queen."

"Kau tidak sedang merayuku agar bisa menginap, bukan?"

El mencium ada aura-aura gairah dari mata David. Memang dasarnya pria ajaib, bisa-bisanya dia malah bergairah di saat mereka sedang membicarakan hal serius di masa lalu. Padahal sedari tadi, tidak ada satupun gerakan ataupun omongannya yang bermaksud menggoda.

"Awalnya aku tidak ingin, karena kau yang menawari, kurasa tidak apa jika aku menginap. Lagipula, sudah lama tidak bermesraan denganmu."

Benar bukan? Pria ajaib ini tengah kambuh kemesumannya. Benar-benar tidak tau malu!

"Aku tidak sedang menawarimu. Kau saja yang—"

"Ah, baiklah jika kau sekarang memaksa," cela David mengedipkan matanya. "Kepalaku pusing mendengar celetohanmu, sayang," tutur David setelah dia mencuri ciuman El yang membuat wanita itu tergagap karena kaget.

"Dasar pencuri!" umpat El kesal dengan tatapan garangnya.

"Yes, I'm."

Tuan pencuri malah kembali memagut bibir El. Kali ini lebih dalam. Sayangnya, ciuman dalam mereka tidak bisa dilanjutkan karena ngangguan dari ponsel David yang berdering dan bergetar. Cukup menganggu posisi mereka.

"Sialan!" Dilemparnya ponsel yang bergetar di sakunya ke lantai. Membuat ponsel itu berhenti berdering karena berderai. Well, tolong di catat, pria gagal move on ini ternyata memiliki hobi membanting ponsel selain hobi olahraganya.

"You're the crazy bastrad, Man," sinis El dengan napas yang terengah-engah.

"Yes, that's me." David mengusap bibir basah El dengan jempolnya. "So, can this handsome bastrad start to fucking you now and got his hot potitions sex?"

David mengering nakal kepada El. Saat hendak kembali mencium El, wanita itu mencegahnya dengan tangannya yang sudah menahan dada keras David.

"Tapi kita harus bermain pelan, jika tidak ingin Snow masuk dan memergoki kita yang—"

"Persetan."

Kali ini David sudah benar-benar melumat bibir El, sampai membuat wanita berkimono tersebut kewalahan akibat ditindih badan besar David. Wajahnya sudah memerah panas karena gairahnya yang mulai terpancing. Sedangkan kimononya, jangan ditanya lagi, karena kain tidur itu sudah berantakan dan hampir terbuka. El bahkan mengabaikan kopi panasnya di atas meja.

"Perpaduan lavender, rose dan kafein, aroma khasmu yang selalu memabukkanku," komentar David setelah menciumi leher El. "Tanpa kau perlu menggoda seperti wanita murahan pun, aku selalu turn on jika itu tentangmu, babe."

Dapat pic dari kembaran aku:

(Cantikkan? Jangan ngiri yey😋)

H-4 menuju ending!!!😧😧😱😱
Tapi bagaimanapun, pesanku selalu sama. JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK MANJA NAN NYATANYA ya gaes gaes ❤

RMdM 25 - Reasons.
NBd7, Bengkalis - Riau.
Minggu, 08 April 2018.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro