4. From Hilda @HildaaaRosida17

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Review  novel karya Kak Dini Fitria berjudul 'Scappa Per Amore'

Oleh : Hilda Rosida





Novel : Scappa Per Amore
Karya : Dini Fitria
Penerbit : NauraBooks Pt Mizan Publika
Cetakan I :Juli, 2013
Halaman : 316, 14x21 cm
ISBN 978-602-1606-02-5
Pereview :  HildaaaRosida17
Rating book : 4/5

Blurb dalam novel :

Italia. Inilah negara keempat yang dikunjunginya. Awalnya, tugas liputan kehidupan kaum Muslim di beberapa negara di Eropa ini diterimanya untuk rehat sejenak dari kenyataan pahit yang sulit dihadapinya. Namun, di depan Fontana di Trevi pun, Diva masih berusaha mengumpulkan kembali serpihan hatinya yang sempat terurai karena cinta. Scappa per amore—lari karena cinta, istilah dalam bahasa Italia ini tepat sekali menggambarkan perjalanannya.

Namun, tak seperti manusia, Tuhan tak pernah meninggalkan mereka yang mencintainya. Justru di negara-negara tempat Islam menjadi minoritas itulah Diva bertemu dengan para pejuang kehidupan yang memberinya banyak pelajaran berharga. Hakima yang rela diusir demi mempertahankan kepercayaannya, Karima dan Elise yang rela mengorbankan berbagai prestasi demi selembar hijab, teman-teman baru yang membukakan matanya dan mengenalkannya pada sisi unik Islam di Eropa, sampai Vivi, sahabat lamanya yang memberikan kejutan tak terkira.

Namun, di tengah perjalanan, sebuah panggilan rindu dari mamanya di Jakarta membuatnya gamang. Hatinya cemas. Dia takut mamanya tak sekadar kangen. Diva pun harus memilih di antara tanggung jawabnya pada keluarga atau pekerjaan.

Setelah kalian baca blurb, pasti kalian jadi penasaran sama isi cerita di dalamnya, jadi pengin tahu perjalanan Diva ke beberapa negara di Eropa, yekan. Sama aku juga.

Dulu sih, aku pernah baca cerita ini, cuma aku lupa-lupa ingat pas perjalanannya itu. Soalnya aku baca pas sekitar dua atau tiga tahun lalu gituh, yang masih benar-benar kuingat sampai sekarang, cuma pas bagian Diva baca surat dari mamahnya yang nembikin aku nangis haru. Pas baca halaman awalnya sih belum terlalu seru, mungkin karena masih awal kali, ya, belum muncul konflik, jadi belum terlalu seru, maksudnya belum bikin berdebar-debar eheh.

Tapi pas baca sampe halamannya udah jauh nggak kerasa udah baca setengah jala tuh, soalnya semakin jauh halaman semakin seru, banyak juga beberapa pelajaran hidup yang dapet dipetik. Oke, kita langsung cuss, masuk ke review isi cerita aja, yes!


Review isi cerita 'Scappa Per Amore'

'Terkadang hidup terlalu baik karena telah mempertemukan kita kepeda banyak pilihan. Tapi, tak jarang hidup juga menjauhkan kita dari pilihan-pilihan yang kita inginkan.'— Scappa Per Amore (Hal. IX)
°
°

Ulala, ini itu loh, aku ngereview yang kedua kalinya. Dulu mah, review cerita pasangan, sekarang itu review novel yang udah terbit. Rada-rada gimana, gituuuh, pas review novel tu. Aku kira, ya, kalau novel yang udah terbit itu, minim kesalahan, paling kalau salah cuma satu atau dua. Ternyata ini, lumayaaan banyak hehehe.

Okela langsung cus. Cerita ini dibuka oleh prolog yang menurut aku lumayan bikin penasaran, dan menarik. Aku si sebenarnya udah pernah baca novel ini. Dan, aku suka banget sama tema yang diangkat oleh Kak Dini, dia mengangkat tema tentang minoritas Islam di beberapa negara yang ada di Eropa. Pokoknya suka banget!
°
°
'Islam telah mengajarkanku arti kata memaafkan, dan Islam pula yang telah mengembalikan semangat hidupku. Aku merasa terlahir kembali.'— Hakima (Bab 1, Hal 8)

Yang bikin aku miris itu, ya, saat ayah tiri Hakima berkelakuan biadab padanya, dan kelakuan ayahnya itu bikin aku kzl, zbl, geram!!! Tapi, ada satu yang aku salut banget sama Hakima yaitu, dia rela diusir demi mempertahankan keyakinannya yang baru.  Jadi, Hakima ini salah satu teman yang tak sengaja ditemuinya saat perjalanan Diva ke Belanda. Dan, Diva ini seorang VJ yang sedang menjalankan tugas perjalanan ke Eropa untuk progam Ramadhan gitu.
°
°
'Bahagia itu sederhana, Diva, cukup kamu menerima apa pun yang terjadi dalam hidup tanpa menggantungkan banyak harapan pada orang lain. Karena sebenarnya bahagia itu tidak ke mana-mana. Dia ada dalam diri kita sendiri. Dalam hati.'— Malika (Hal. 35)

Bener! Bener! Bener! Huwaaaaa, aku baper sama masa lalunya Malika (jangan bayangin kecap plisss heuheuheu), akutu hampir nangis sama perjuangan Malika pas sebelum jadi mualaf. Ah, pokoknya aku baper pas baca bagian ini huhuhu.
°
°
'Percayalah, tidak ada pengorbanan yang sia-sia dari usaha sekecil apapun. Kalian pasti bisa mengenggam dunia jika mau mengusahakannya.'— Mama Diva (Hal. 39)

Akutu salut, ya, sama mamanya Diva. Apa, ya. Dia, itu, sosok Ibu yang sangat kuat, tegar, dan tangguh. Sama aja, ya(?) pokoknya gituuuh heuheuheu. Dia juga sosok Ibu yang nggak mau memperlihatkan kesedihannya di depan para anaknya. Sama kaya mamaku, mamaku juga gituh. Heuheuheu :')
°
°
'Hidup itu tidak boleh selalu berlari, Vi, ada saatnya kita juga harus berhenti.'— Diva (Hal. 136)

Sekarang aku tahu apa maksud dari kejutan yang diberikan Vivi—sahabat Diva semenjak mereka duduk di bangku sekolah dasar—untuk Diva itu apa. Dan, itu benar-benar mengejutkan!!! Omegeee!!! 😱😱😱 Aku aja sampai terkejut masa, sebenernya Vivi juga punya alasan sih, kenapa dia berubah. Yang disayangkan itu, kenapa Vivi berubah sampe segitunya 😭😭aku tau cobaan yang diterima Vivi ini pasti berat banget, tapikan enggak sampe gitu jugaaaa huwaaa 😢
°
°
'Jika mereka diberi bebas mengenakan pakaian dan melakukan apa saja, lalu apa bedanya denganku? Harusnya tidak ada yang perlu dipermasalahkan bukan?'— Karima (Hal. 159)

Kalau sebelumnya Diva berada di Belanda, lalu ke Jerman. Nah, sekarang Diva berada di Paris, Perancis. Di bagian ini itu, ya, kisahnya ada haru, miris, gemesss, sama apa, ya. Salut aja gitu sama perjuangan para Muslim yang ada di Paris ini. Jadi, di Paris itu ada semacam pelarangan pemakaian simbol keagamaan di tempat umum yang dikeluarkan pada 11 April 2011. Bahkan, ya,  di sana pun para muslimah yang pakai niqab dan burqa itu bisa sampai didenda seharga 150 euro, kalau kedapatan memakai itu di tempat umum dan ketahuan polisi.

Padahal, ya, di Paris ini juga dibebaskan dalam berpakaian(mau pakai rok mini kek, bikini kek heuheu, atau apa pun lah), atau melakukan apa saja, lalu kenapa Karima yang memakai pakaian serba tertutup malah dipermasalahkan. Itulah yang bikin miris. Terus yang bikin gemes itu adalah, saat baca pesan yang dikirim Matahari untuk Bulan(penasaran? Baca aja ceritanya langsung heuheuheu).
°
°
'Ketenangan dan kebahagiaan hidup itu tidak bisa dibeli dengan uang. Aku merasa beruntung mendapat hidayah Allah, karena tak semua orang mampu meraihnya.'— Elise (Hal. 174)

Ugh! Di part ini aku merasa tertampar. Ya Allah ... akutu, salut sama pengorbanan Elise. Gimana enggak coba, dia rela ditinggalkan oleh orang-orang yang disayangnya demi menjadi seorang Muslim. Sungguh pengorbanan yang luar biasa!  Aku terharu banget sama pengorbanan Elise ini :"
°
°
'Genap sekian bulan aku tak lagi utuh melihat malam. Karena bagiku tak ada bulan yang seindah biasanya. Aku hanya bisa menitip bisikan rindu pada bintang dan berharap bulan kembali padaku.'— Matahari (Hal. 202)

Salah siapa coba tinggalin Bulan, sekarang Bulan udah mau mupon, kamu seenaknya datang lagi. maunya apaaaaa (Flip Table)(sleep, bored eyes)(rage)(rage)(rage). Kzl! Kzl! Kzl! Tahu nggak, masa, ya, disaat Diva mau mupon dari calon mantan suaminya. Si cowok tu malah datang lagi dengan kirim pesan seperti itu di wall facebook-nya dan bikin Diva nangis, kan kasian Diva :""
°
°
'Hidup itu adalah soal menyiapkan bekal menuju keabadian. Di dunia ini banyak sekali ladang amal, tapi manusia sering lupa menggarapnya. Mereka hanya sibuk mengurusi dunia, mengejar cita-cita, berambisi untuk menggapai yang belum ada. Parahnya, mereka malah menderita karena merasa tidak bahagia dengan apa yang telah dimiliki dan dilewati. Lucu bukan?'— Stefano (Hal. 214)

Lagi-lagi di part ini, aku dibuat tersentak. Ya, si benar kehidupan ini bukan tentang seberapa hebat kita di dunia, tapi seberapa banyak bekal yang kita kumpulkan untuk di akhirat nanti. Terkadang manusia juga tidak pernah puas dengan apa yang dimilikinya saat ini, bahkan setelah salah satu keinginannya tecapai. Manusia akan berharap lebih, lebih, dan lebih. Banyak manusia yang seperti itu, jangan jauh-jauh. Akulah salah satunya :"
°
°
'Memaafkan masa lalu dan berdamai dengan diri sendiri adalah cara ampuh untuk move on, dan Islam telah menyelamatkan hidupku.'— Martin (Hal. 240)

Ya, setuju. Memaafkan masa lalu dan berdamai dengan diri sendiri adalah cara ampuh untuk berdiri kembali saat kita sedang terpuruk. Dan itu, cara yang diterapkan oleh Martin setelah mengenal Islam.
°
°
'Aku tidak peduli siapa dia, yang penting aku mencintai dan dia mencintaiku. Dia keturunan Spanyol, sama sepertiku. Tapi, saat tahu dia Muslim, aku benar-benar tidak percaya.'— Thalia (Hal. 277)

Thalia ini salah satu teman Diva yang pernah dikenalnya saat Thalia bertandang ke Indonesia untuk meliput sebuah bencana alam di Jogja pada tahun 2010. Dan, Thalia pernah menyelamatkan hidup Diva dari wedhus gembel saat mereka sedang melakukan liputan meletusnya Gunung Merapi di Jogja, di sanalah mereka saling kenal. Yang bikin aku salut sama Thalia ini, dia menjadi seorang mualaf setelah mengenal suaminya, Yusuf yang juga sama-sama mualaf, tiga tahun sebelum mengenal Thalia.

Dan masuknya Thalia ke dalam Islam ini, bukan semata-mata karena suaminya Islam dan dia terpaksa masuk Islam. Justru tidak, suaminya sama sekali tidak pernah memaksa Thalia untuk mengenal Islam, Thalia-lah yang meminta Yusuf bercerita dan mengenalkan Islam padanya. 
Yang bikin aku salut banget sama Thalia ini, dia rela ditinggal suaminya untuk melakukan jihad di tengah kehamilannya. Padahal kebersamaan mereka itu terbilang belum cukup lama. Pun dia bersabar menunggu sang suami untuk pulang dari perjalanannya. Ugh! Mendekati ending ceritanya semakin seru dan bikin deg-deg ser heuheuheu.
°
°
'Berat ringannya masalah, adalah bumbu untuk mematangkan jiwa, bukan untuk melemahkan. Hanya kesabaran yang bisa menghadapi segala kemarahan, kebencian, dan kekecewaan. Pada akhirnya setiap masalah selalu akan berujung dengan penyelesaian. Entah dengan cara apa, tetapi selalu ada hikmah dibalik semua peristiwa.'— Scappa Per Amore (Hal. 284)

Dan, inilah akhir dari perjalanan Diva di Eropa. Ugh! Ugh! Ugh! Kesel, sebel, gemes. Tahu nggak, akutu yakin ini tu cuma mimpi, iya, mimpi. Tapi akutu sempet hampir nangis pas baca surat terakhir dari mamanya Diva. Huwaaaa 😭😭 pokoknya aku yakin initu belum ending. Iya, karena ada 'Scappa Per Amore 2', dan itutu wajib banget bacaaaaaa. Soalnya initu ending-nya gantuuuuung, argh 😣
Udah ah, cuss mupon dulu sama akhir yang digantung, kita cuss ke kesimpulan dari review cerita ini huhuhu.


Kesimpulan review novel Scappa Per Amore

Diva Aliya Firansyah. Seorang reporter yang hendak memutuskan meninggalkan pekerjaannya, saat mantan calon suaminya mengatakan, membatalkan pernikahan mereka karena Matahari atau Adrian—nama lelaki itu— memutuskan untuk menikah dengan wanita pilihan ibunya dan meninggal kan Diva. Diva yang patah hati memutuskan untuk berlari dari kenyataan, dia memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya.

Namun, saat hendak menemui sang bos. Atasannya itu mengucapkan selamat pada Diva, karena proposal konsep acara Ramadhan yang dibuat oleh Diva berhasil disetujui oleh para sponsor.
Diva tak membuang kesempatan emas itu. Niatnya mengundurkan diri, ia urungkan. Tiket perjalanan untuk meliput para Muslim di beberapa negara minoritas Islam di Eropa selama tiga bulan sebentar lagi akan jatuh pada tangannya. Perjalanan pertamanya di mulai di Belanda, kemudian Jerman, lalu Paris, juga Italia, Austria, dan yang terakhir Spanyol.

Perjalanan pertama dimulai di Belanda. Pada saat itu Diva tak sengaja bertemu dengan seorang mualaf bernama Hakima. Sedikitnya ada kisah hidup Hakima yang dapat dijadikan pelajaran untuknya. Yaitu, konsisten dalam mempertahankam keyakinan yang kita punya, pun teguh pada pendirian kita.

Selain itu juga di sana dia mengenal seorang mualaf bernama Malika. Dan, kisah perjalanan hidupnya sebelum menjadi mualaf, yang benar-benar menggugah hati bagi siapa aja yang mendengar kisahnya.

Pada saat perjalanan kedua di Jerman. Sahabat semasa di bangku sekolah dasar bernama Vivi, memberikan kejutan yabg luar bisa mengejutkan pada Diva. Bagaimana tidak? Seperti tersambar petir di siang bolong. Vivi mengatakan padanya, bahwa ia bukan Vivi yang dulu. Vivi yang dikenalnya sekarang adalah seorang atheis.

Bukan hanya itu, banyak kejutan-kejutan yang ia dapatkan saat perjalanan ke beberapa negara berikutnya. Ia bertemu dengan Karima yang berjuang demi mempertahankan selembar hijab. Pun Elise yang merelakan keluarga dan juga teman-temanya demi menjadi seorang Muslim sejati.

Di tengah perjalanannya, ia sempat gamang akan kerinduan yang membuncah, pada sang ibu yang tengah menderita di ranjang pesakitan di Tanah Air.
Selain itu juga, ia sempat dibuat sedikit mengingat masa lalunya, saat sang mantan calon suami kembali menghubunginha lewat media sosial.

Sampai di akhir perjalanannya ia dipertemukan kembali dengan sesama rekan seprofesi, Thalia. Yang juga memberikan sebuah kejutan padanya. Banyak pelajaran yang dapat dia ambil dari para mualaf yang menjadi narasumbernya.
°
°

Awalnya aku ngira, ini novel, ah, pasti udah nggak ada kesalahan yang perlu diperbaiki lagi. Karena sebelum jadi novel, pasti sebelumnya naskah sempat diedit dulu dong sama editor, pasti udah nggak ada kesalahan lagi. Ternyata aku salah, editor juga manusia, pasti aja ada kesalahan mau itu banyak atau sedikit.

Terlepas dari semua kesalahan yang ada di novel ini. Aku akan mengomentari sebagai pembaca, bukan pereview. Aku suka sekali sama tema yang diangkat oleh Kak Dini, yang menguak sisi unik Islam di berbagai negara di Eropa. Yang menjadikan Islam adalah sebuah agama minoritas.

Terus pemakaian setting luar negri yang dipakai di novel ini tu terkesan pas, enggak semacam tempelan doang (iyalaaaaah, yakali setting luar negerinya tempelan bhahaha), pun dapat membuat para pembaca ikut merasakan berkeliling Eropa.

Gaya bahasa yang digunakannya juga, ringan dapat dipahami oleh orang awam. Penyampaiannya lugas, enggak bertele-tele.
Penggunaan sudut pandang, sudut pandang yang dipakai ini, yaitu sudut pandang orang pertama. Aku suka sama pemakaian sudut pandangnya, aku sebagai pembaca juga dapat ikut merasakan perasaan si tokohnya.

Penokohannya, nggak ada satu pun karakter yang keluar jalur. Justru aku malah suka sama tokoh Malika, entahlah kenapa aku bisa suka sama tokoh itu heuheu, sebenernya sama tokoh utamanya juga suka si hihi, karakter mereka itu dapet aja gituh heuheu.

Pemakaian alur ada beberapa alur mundur, hanya beberapa nggak banyak. Dan, aku rasa enggak ada plot hole dalam cerita ini. Mungkin ada, hanya saja aku tidak menemukan 😅
Untuk amanat, banyak banget pesan yang disampaikan dalam buku ini. Dan di dalam buku ini pun banyak pelajaran-pelajaran yang dapat diambil oleh para pembaca. Di buku ini juga kita diberitahu untuk bersabar, mengikhlaskan, mengorbankan, memerjuangkan, dan memaafkan.

Oke, sekarang kita bahas soal kesalahan-kesalahan yang terdapat di dalam novel ini.
1. Kesalahan pada huruf kapital, yang seharusnya kapital malah huruf kecil. Pun sebaliknya.
2. Kesalahan tanda baca, enggak banyak sih hanya ada beberepa.
3. Kesalahan pada pemberian tanda kutip dialog yang (mungkin) lupa tidak diberi tanda kutip di akhir dialog.
4. Ada beberapa pebulisan kata yang salah tik (typo), yang kelebihan huruf ada pun yang kekurangan huruf.
5. Ada pun penggunaan kalimat yang kurang efektif. Enggak banyak juga, hanya beberapa.
6. Penggunaan kata yang salah, yang harusnya dalam KBBI ini, yang tertulis itu. Juga ada beberapa kalimat/kata asing yang enggak diitalic, pun kata yang seharusnya enggak diitalic malah diitalic.

Mungkin segitu aja, yes! Tentang review kali ini, udah dijelasin pun kekurangan dan kelebihan pada novel ini. Mohon maaf apabila ada kesalahan-kesalahan kata yang terketik oleh jari akika. Harap dimaklum. Tadinya aku juga mau masukin poto yang berisi tentabg beberapa kesalahan di buku ini, cuma malah susah masukinnya masa halaaah (flip) tadinya biar tahu gituh, pada bagian mana yang salahnya. Biaf makin jelas gituh, tapi gapapala tanpa dimasukin pun udah jelas, ya, heuheuheu.

Terlepas dari kekurangan yang ada dalam novel. Karena aku suka sama tema yang diangkat dalam novel ini, aku akan memberi nilai untuk buku ini dari 1-5 aku akan kasih 4 untuk perjalanan Diva yang menguak sisi unik agama Islam di Eropa. Yeeeaaa 😆

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro