Chapter 1

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Halo hai! Aku bawa cerita baru 🥰
Harusnya up kemarin, tapi terpaksa ditunda karena ada beberapa hal yang kurang hihi.

Shipper Sese Couple mana suaranya???

Happy reading 🌹

*****
Sea

"Sea! Sea! Sea!"

"Come on, Sea!"

Teriakan-teriakan penuh semangat itu membuatku makin bersemangat juga. Jujur, aku merasa tubuhku sudah lemas. Mungkin karena siklus bulanan yang datang tadi pagi. Namun, mendengar teman-teman bersorak, rasanya aku dapat suntikan kekuatan. Tiba-tiba staminaku kembali full dan bisa nambah kecepatan lari untuk bisa sampai di garis finish.

Aku masih harus berlari sepanjang seratus meter lagi untuk menjadi urutan pertama. Rasa melilit di perutku tidak lagi ku hiraukan. Fokusku hanya satu. Garis finish berwarna merah yang sudah berada tepat di hadapanku.

Lomba lari kali ini bukan ajang olahraga bergengsi yang biasa ku ikuti. Melainkan, lomba yang dibuat sebagai materi akhir semester satu. Karena semester dua nanti, nggak akan ada pelajaran olahraga. Maklum, aku sudah menjadi anak kelas dua belas dan akan fokus mempersiapkan ujian kelulusan sekolah. Jadilah sejak satu bulan yang lalu, aku dan pengurus kelas yang lain meminta guru olahraga untuk membuat lomba kecil-kecilan. Kami akan sangat merindukan suasana seperti ini setelah lulus. Right?

"Yey!"

"Menang Sea!"

Aku langsung merebahkan tubuh setelah menyentuh garis finish. Mataku tertutup, menghalau sinar matahari yang menyorot wajahku. Senyumku mengembang. Hatiku lega luar biasa setiap kali bisa menyentuh garis finish di urutan pertama.

Tepukan di bahu membuatku membuka mata. Stefano Auriga. Cowok itu berdiri di depanku, menghalangi sinar matahari yang menyorotku dengan punggungnya. Tangan kanannya terulur, hendak membantuku bangun.

Punggung tanganku terangkat untuk mengusap keringat yang menetes di dahi sebelum akhirnya bertumpu pada lantai beton.

"Nih!" ujarnya kemudian seraya menyodorkan sebotol air mineral.

"Thanks, Ga," jawabku sambil menerima botol, lalu membuka tutup botol dan langsung menegaknya hingga separuh.

"Cieee ... pacaran!"

"Udah, Ga. Nggak usah ditahan sampai lulus. Tembak aja sekarang!"

"Sea! Riga suka sama lo katanya!"

"Norak banget sih!" gerutu Riga saat mendengar cuitan dari cowok-cowok. "Jangan dengerin mereka ya, Sea."

Aku tersenyum. "Bantuin gue berdiri dong, Ga!"

Riga dengan sigap menerima uluran tanganku dan menariknya dengan lembut hingga tubuhku bisa berdiri tegak tanpa terhuyung.

"Thanks again, Ga! Gue mau duduk di sana ya!" ujarku sambil menunjuk tepi lapangan, tempat teman-temanku duduk.

"Duh, nggak kuat lihat adegan barusan! Menang lari aja langsung disamper dikasih minum!" seru Alin, teman sebangku di kelas.

"Riga perhatiannya ke lo tumpah-tumpah deh, Sea!" sahut Dora penuh semangat.

"Jadian sekarang aja kenapa? Gemes gue lihat kalian." Aura ikut menimpali.

Celotehan-celotehan itu kembali terdengar saat aku mendaratkan bokong di kursi, membuatku menghela napas. Aku masih membiarkan teman-temanku membahas Riga. Tentu saja karena napasku belum teratur dan aku butuh beberapa waktu untuk menyahut obrolan itu.

"Ngerumpi aja lo pada," sahutku setelah tenagaku terkumpul kembali. "Riga bukan tipe gue."

"Riga yang gantengnya kelewatan begitu bukan tipe lo? Terus tipe lo kayak gimana, Sea?"

"Ada lah! Bukan Riga pokoknya," sahutku dengan menahan senyum.

"Gila! Jadi penasaran gue sama tipe cowok idaman lo. Spek di luar nurul berarti kalau Riga aja lewat!"

Obrolan terhenti karena Mr. Andi memanggil kami untuk berkumpul, hendak mengakhiri kelasnya.

"So, this is the last day, right?"

"Yes, Sir!"

"We will not meet next semester. You must push your limit to studyt for national exam. thank you guys for this amazing class! I really really love you and gonna miss you! Success for your study and your exam!"

"Thank you so much, Sir!"

"Kalian nggak mau pulang?" tanyaku setelah Mr. Andi berlalu lebih dulu. Kami kembali duduk, seolah-olah masih ingin menikmati suasana lapangan out door yang sangat terik siang ini. Beruntung, jam olahraga di kelasku adalah jam terakhir. Jadi, setelah selesai, aku tidak perlu mengganti pakaian.

"Nanti dulu deh. Mau cuci mata dulu," sahut Alin.

"Lo dijemput Kak Sera?" tanya Aura.

Aku mengangguk. "Duluan ya? Takut kakak gue kelamaan nunggu di parkiran."

Aku segera meninggalkan teman-temanku menuju kelas untuk mengambil tas dan lunch box. Di sepanjang koridor, aku terus tersenyum. Membalas sapaan yang ditujukan untukku.

Entah, apakah ini suatu keberuntungan untukku. Selama bersekolah hampir tiga tahun ini, tidak pernah ada yang mengusikku. Bahkan, saat menjalani MOS saja, tidak ada kakak kelas yang berani memberi hukuman untukku. Kehidupan SMA-ku benar-benar indah, mulus, dan tanpa hambatan. Berbeda dengan ucapan di luar sana yang mengatakan bahwa masa SMA cukup mengerikan karena berhadapan dengan kakak kelas yang cukup berpengaruh.

"Kirain lo masih lama. Jadi gue duluan tadi," kata Riga saat melihatku memasuki kelas.

"Santai aja lagi," sahutku seraya berjalan mendekati tempat dudukku.

"Pulangnya mau bareng gue atau dijemput?"

"Hari ini gue dijemput Kak Sera. Jadi, lo bebas tugas."

"Oh, okay!" kata Riga sambil mengacungkan jempol. "Mau ke depan kan? Barengan aja ke parkirannya."

Aku mengangguk menyetujui ajakan Riga. Lebih nyaman untukku jika berjalan berdua dengan Riga. Yah, setidaknya aku tidak akan mendengar godaan-godaan dari para cowok saat aku melewati koridor.

"Mana mobil Kak Sera? Kok belum kelihatan?" tanya Riga saat kami sudah sampai di dekat parkiran.

Aku ikut mengamati. Memang benar. Belum ada mobil kakakku di sana. Apakah Kak Sera terkena macet siang ini? Atau kencan dadakan dengan pacar barunya? Atau ada tambahan pasien di akhir waktu praktiknya? Well, kakakku seorang dokter. Jadi, aku sangat memaklumi jika jam pulangnya molor karena ada pasien dadakan.

Aku segera memutar ransel, membukanya dan mengeluarkan ponselku dari dalam sana. Ku buka ponsel, ingin menghubungi Kak Sera. Beruntung, di saat yang tepat Kak Sera juga mengirimiku pesan.

"Kenapa Sea?" tanya Riga saat aku menghela napas.

"Kak Sera."

"Udah jalan kan?"

"Kak Sera nggak bisa jemput. Ada acara dadakan. Tapi, ada yang jemput gue kok! Lo duluan aja, Ga."

"Siapa yang jemput lo? Gue tungguin aja."

Aku mengangkat bahu. Kak Sera juga tidak mengatakan siapa yang akan menjemputku siang ini.

Suara klakson membuatku dan Riga mendongak. Sebuah mobil sport putih dengan atap terbuka berhenti tidak jauh dari tempatku berdiri.

Sumpah, mulutku sampai menganga dibuatnya. Demi Tuhan! Ada Kak Hazel di sana, duduk di belakang kemudi! Memakai kaca mata hitam, topi putih, dan kemeja putih lengan panjang yang digulung sampai siku.

Kenapa ciptaan Tuhan indah banget deh?!

"Sea! Ayo pulang!"

Seruan Kak Hazel membuatku tersadar dari lamunan. Ternyata. Kak Sera mengirim Kak Hazel untuk menjemputku? Sumpah, mengirim Kak Hazel siang ini sudah lebih dari cukup. Red velvet Union tidak penting lagi untukku.

*****

Dapet salam dari Sea

Dapet salam dari Hazel

Dan ngga lupa, dapet salam dari Riga


2 Januari 2024
With love, IU ❤️

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro