Trauma

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Tema : Thriller - Psikologi

Cerita tentang gadis yg terganggu kejiwaannya karena trauma masa kecil. Tentukan kejadian yg membuatnya trauma, dan jenis gangguan jiwanya. :D

Good luck!"
*
*
*
*
*
*
Ini adalah kisah seorang gadis yang selalu sendirian di sekolah. Ekspresi wajahnya selalu terlihat kaku, sikapnya pun selalu dingin terhadap siapapun. Rambutnya yang hitam legam, teruai begitu saja menutupi wajahnya yang cantik. Yumi Nakashima namanya, dia siswi di sekolah swasta K.

Dia baru saja duduk di kelas 2. Di sekolah, mungkin karena sikapnya terlalu dingin, tak banyak yang bisa mendekatinya. Kau percaya bahwa dia memiliki trauma berat? aku tidak. Buktinya ia bisa bersekolah dengan normal. Aku tahu dia akan baik-baik saja.

******

Hari ini adalah hari pertama Yumi duduk di bangku kelas 2. "Yuki no Hime-sama - putri musim dingin" adalah julukan baru untuknya. Walaupun ia tak terlalu peduli dengan julukan itu, yang dia inginkan hanya bersekolah seperti biasa. Kelas 2-3 merupakan kelasnya saat ini dan suasana belajar dikelasnya sangat ramai, karena guru yang seharusnya mengajar hari itu tak masuk. Jadilah mereka belajar sendiri. Yumi pun akhirnya belajar sendiri, earphone menggantung di telinganya lalu mulai membuka buku matematika untuk mengerjakan soal apapun.

"Nakashima-san." Sapa seorang gadis yg duduk di bangku depannya.
"Nani? - apa?" tanyanya dengan nada datar dan menengok sedikit kearah gadis berambut ikal itu, Mai Himura namanya. Gadis itu terlihat sangat senang karena di respon oleh Yumi. Ia langsung saja memutar bangkunya ke arah Yumi sambil membawa bukunya. Earphone tak menjadi penghalang untuk Yumi mendengarkan ocehan teman-temannya.

"Aku mau tanya soal ini.." tunjukknya kepada soal di buku matematika. "aku masih belum paham." lanjutnya. Yumi langsung saja menjelaskan soal yang ditanya oleh Mai. Tanpa disadari tatapan teman-teman sekelas mereka bermacam-macam. Heran, terkejut, tatapan tak suka, sinis, bermacam-macam menggambarkan keakraban Mai dan Yumi.

******

Kelas seni sudah dimulai, hari ini Megumi sensei akan mengajarkan merangkai bunga menjadi sebuah buket. Saat anak-anak kelas 2-3 masuk ke kelas seni, Yumi yang terakhir masuk ke dalam kelas. Tiba-tiba wajahnya menjadi pucat, seluruh tubuhnya menjadi merinding. Ia langsung saja berlari ke arah meja Megumi sensei - Guru lalu menangkis vas yang berisi bunga kearah Megumi sensei.

Pecahan kaca yang berasal dari vas mengenai wajah Megumi sensei dan beberapa pecahan masuk kedalam matanya dan membuat wajahnya terluka ringan. Teman-teman yang melihat kejadian tersebut menjadi syok, lalu ketua kelas, Jun Nakagami, reflek membantu Megumi sensei. Lalu di kelas ada yang sibuk menelepon ambulans, memanggil dokter sekolah dan para guru. Sedangkan Mai berlari mencari Yumi, khawatir dengan keadaannya. Mai melihat ekspresi wajah Yumi berbeda dari biasanya. Karena setelah ia memecahkan vas, Yumi berlari keluar kelas tak tahu kemana.

"Mai! Matte - Tunggu." Teriak seorang gadis di belakangnya, Rin Mikarin, wajahnya sudah penuh dengan keringat. Tangannya bertumpu ke lututnya sambil mengatur nafas karena mengikuti Mai berlari.

"Rin? kenapa kau mengikutiku?" tanya Mai saat Rin menghampirinya.
"Aku khawatir dengan Yumi. Apa kau sudah menemukannya?"
"Belum."
"Begitu ya.. Aku tahu tempat ia biasa sembunyi."
"Benarkah?"
"Iya, ayo ikuti aku."

Tanpa ragu Mai mengikuti Rin disampingnya. Saat diperjalanan Rin bercerita mengenai Yumi. Mereka berdua sebenarnya bersahabat ketika duduk di bangku SD.

Ibunya seorang florist dan pemilik toko bunga, ayahnya sudah meninggal saat ia berumur 5 tahun. Namun ketika Yumi duduk di bangku 2 smp, ia melihat kejadian yang tak seharusnya ia alami. Ibunya dibunuh oleh dua orang pencuri tak dikenal.

Awal kejadian, ibu Yumi akan menutup toko bunganya, saat itu sudah pukul 9 malam. Namun tiba-tiba ada dua pria memaksa ibu Yumi untuk masuk ke dalam toko. Ibu Yumi sudah mengatakan dengan baik bahwa tokonya sudah tutup. Tidak terima dengan tindakan ibu Yumi, salah satu pria itu mendorong ibu Yumi ke jajaran bunga yang berada di pot besar. Pria satunya lagi sibuk membuka mesin kasir menggunakan tongkat yang berada di dekat meja kasir.

Yumi yang sedang berada di lantai atas rumahnya langsung berlari ke lantai bawah untuk melihat suara berisik yang berasal dari arah toko. Saat sampai ditangga, ia melihat ibunya sedang diperlakukan tidak manusiawi. Walaupun saat itu kondisi toko sudah gelap, cahaya dari lampu jalan sedikit menerangi toko tersebut. Teriakannya ia tahan dengan tangannya, air mata mengalir deras di pipinya.

Pria itu bergantian memperlakukan ibunya dengan tidak manusiawi. Setelah itu dibunuhnya sang ibu, seluruh tubuhnya ditutupi oleh bunga-bunga. Yumi yang masih syok, bergetar tanpa bisa melakukan apa-apa ia hanya bisa menangis sepanjang malam.

Pagi hari, pegawai ibunya yg baru saja datang terlihat bingung dengan keadaan toko yang terlihat berantakan. Barulah saat ia masuk ke dalam toko, ia menemukan mayat sang bos dan anaknya yang terlihat sembab seperti habis menangis semalaman. Matanya terlihat kosong.

Ia langsung segera menelepon polisi dan ambulans. Tak lama, suara sirene polisi menggerung dijalanan rumah Yumi. Mayat sang ibu langsung dibawa untuk diotopsi. Yumi yang dibawa ke ambulans tak menjawab apapun pertanyaan dari polisi ataupun teman sang ibu.

Sempat dirawat dirumah sakit, namun tak banyak yang dilakukannya. Hanya merenung ke arah jendela tanpa banyak bicara. Saat dinyatakan ia bisa pulang, ia langsung memutuskan untuk pulang kerumahnya diantar oleh teman sang ibu, Tama.

Namun saat sampai dirumahnya, ia langsung terbayang-bayang kejadian beberapa minggu yang lalu saat ibunya dibunuh. Ia menjadi liar, tatapan matanya tak karuan, ia menggambil batu lalu melempari toko bunga milik ibunya. Tama yang saat itu bingung melihat kejadian mencoba menahannya namun malah ia yang terkena lemparan. Kepalanya berdarah namun Tama masih saja mengkhawatirkan Yumi yang langsung pergi begitu saja setelah terkena lemparannya.

Kejadian ini terus berlangsung jika ia melihat toko bunga. Tama yang khawatir dengan Yumi akhirnya mengajaknya melakukan perawatan namun ia tolak. Sudah lama pula Tama mengajaknya tinggal bersama, namun Yumi menolak karena ia tak mau merepotkannya.

"Tama adalah bibiku. Aku tahu semua cerita darinya. dan akhirnya kejadian seperti itu terulang kembali hari ini, di sekolah." desah Rin. Mereka sudah sampai apartemen Yumi.
"Kasihan sekali." ucap Mai.
"Aku juga sangat menyesal, sebagai sahabatnya aku tidak banyak melakukan apa-apa. Semenjak kejadian itu ia sulit sekali di dekati."
"Tapi kau masih mengkhawatirkannya, aku rasa itu sudah cukup." ucap Mai menyemangati.
"Arigatou - terimakasih." ucap Rin sambil bertukar senyuman dengan Mai.

"Yumi!" panggil Rin saat melihat Yumi sedang duduk termenung di depan kamar apartemennya. Mai reflek ikut menengok kearah Yumi.
"Ri..Rin.." Tangisnya menjadi pecah. Mereka langsung saling memeluk.
"Aku sudah berdosa! Aku telah membuat semua orang menjadi musuhku! A..aku.."Tangisnya semakin menjadi ketika dipelukan Rin. Mai yang melihatnya pun tak tahan ikut menangis.
"Ayo keluarkan semua keluh kesahmu. Maaf selama ini aku tak bisa menjadi sahabat yang baik untukmu." Yumi menjawabnya dengan gelengan lalu melepaskan pelukannya.
"Obati aku.. tolong." ucapanya dengan nada memelas sambil memegang tangan Rin.
"Kami akan membantumu Yumi." ucap Mai yang langsung saja memeluk Yumi.
"Arigatou, Mai. arigatou.."

Sejak saat itu Yumi melakukan pengobatan karena traumanya. Memang sedikit sulit, namun ia memiliki sahabat yang sayang padanya. Tak lupa ia selalu menanyakan kabar Megumi sensei, ia masih selalu merasa bersalah. Padahal Megumi sensei sudah tak pernah mempermasalahkannya lagi dan mendukung pengobatan Yumi. Rasa pedih karena masa lalu lambat laun menjadi hilang.

Yumi sadar, diluar sana masih banyak orang yang membutuhkannya dan menyayanginya seperti Tama, Rin dan Mai. Bukan hanya itu, Ibu dan Ayahnya pasti khawatir di surga sana. Makanya ia mulai meyakinkan diri bahwa ia akan baik-baik saja dan akan sembuh, ia tak mau mengecewakan orang yang ia sayangi. Trauma tak akan menjadi penghalangnya lagi untuk melanjutkan masa depan.

******

Request hukuman shiritori dari Melodi Natsukawa sudah selesai. Bayangkan harus bikin dalam satu hari, tepatnya Minggu, 22 Desember 2016 pukul 22.00 harus selesai Senin, 23 Desember 2016 pukul 22.00. Disaat tidak ada inspirasi, jadi otaknya harus diperas dan dipaksa, jadilah ceritanya dibuat ngebut dan mungkin agak gabut. maafin.. ( ≧Д≦) Makasih buat yang udah mampir~ Arigatou gozaimasu. (>^ω^<) *bow

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro