Cerpen Tema Kematian

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Walaupun bertema kematian, cerita singkat ini bergenre romance. Skip aja kalo kamu takut ambyar.

❤❤❤

Cowok berkacamata menghela napas, masih mematung, menatap seorang gadis di kelas seberang. Tangannya memegang sebuah kotak kado.

"Semangat, Bro." Cowok kribo mengepalkan tangan.

"Gimana kalo lo aja yang ngasih?"

Si kribo menjitak dahinya sendiri. "Yang mau ketemu dia kan elo? Masa gua yang harus ke sana?"

Si kacamata tergelak.

"Udah, ah, nggak usah gemes sama gue. Cepet ke sana lo!" Kribo memukul pundak kacamata.

Kacamata mulai berjalan. Tiap dua langkah, ia selalu menoleh ke belakang.

"Nggak usah lihat-lihat ke belakang! Sttt!" Lagaknya seperti mengusir kerbau liar yang akan membuang kotoran di halaman rumah.

Kacamata kembali berjalan. Tiba di sana, sang gadis incaran langsung menatapnya.

Rembo tercengir kikuk. Tangannya masih tersembunyi di balik punggung. Lalu mengangguk patah-patah.

Nessa menelisik. Ia curiga, merasa ada yang disembunyikan Rembo di belakangnya.

"Ne-ne-nessa. A-a-aku ... ma-ma-mau ... ka-ka-kasih ... ka-ka-kamu." Rembo menyerahkan kadonya dengan tangan gemetar. "I-ini."

Sebelum gadis itu menerima, ia sudah menunduk. Tidak berani lagi menatap wajah adik angkatan yang sering ia ajarkan fisika.

Nessa menerimanya. Tiap pemberian, pasti terselip secercah harapan. Tidak baik menolaknya. Tapi, ia tidak mau menyimpulkan maksud apapun. Mungkin, kakak angkatan yang sekaligus guru privat fisikanya itu hanya ingin sesekali memberinya hadiah, biar semangat belajarnya bertambah. Sejujurnya, ia mau menanyakan maksud Rembo apa, tetapi rasanya tidak sopan. Alhasil, ia mengurungkan niat itu.

"Makasih, Kak."

Rembo mengangguk. Balik kanan, dan kembali ke kelasnya.

Nessa menatap nanar, menebak-nebak maksud Rembo. Ia sendiri sudah mengagumi cowok itu sejak awal. Walaupun terlihat cupu, baginya Rembo sangat istimewa. Rembo adalah satu dari seribu laki-laki tampan dan pinter, tetapi tetap bersahaja. Tidak merasa dirinya tinggi, tidak mengandalkan kelebihannya untuk menarik perhatian. Rembo tetap menjadi cowok kalem yang rajin belajar dan baik budi.

Rembo sudah tiba di seberang sana. Ia mengangguk kepada Nessa sebelum masuk ke kelasnya.

Nessa pun masuk ke kelas, tidak sabar untuk membuka kado itu, mumpung kelas juga lagi sepi.

Ia terpegun saat membukanya. Isi kado itu hanya sebuah pulpen my gel dan segulung kertas. Nessa segera membuka kertas itu.

Maaf, Nessa. Sebenarnya tidak tega memberimu kabar ini. Untuk berbicara denganmu pasti sangat sulit, makanya kakak menulis ini.

Kakak tahu kamu menyukai kakak sejak awal. Semua gerak-gerikmu kakak tahu. Kakak tahu jika kamu selalu berusaha terlihat cantik di depan kakak. Dua tahun sudah cukup bagi kakak untuk mengamati itu.

Tetapi kakak minta maaf. Kakak nggak bisa membalas perasaanmu. Kakak selama ini bersungguh-sungguh mengajarkanmu fisika, itu sebagai balas budi kepada Papamu. Anak yatim ini bukan siapa-siapa tanpa belas kasih beliau.

Oh ya, melalui surat ini juga kk mau pamit. Nanti pulang sekolah kk mau packing untuk berangkat ke Singapura besok. Ada orang baik yang mau menyekolahkan kakak di sana. Jadi, hari ini adalah terakhir kalinya kakak di sekolah ini.

Sampai jumpa ya. Berjanjilah untuk lebih rajin belajar. Banggakan beliau di alam sana.

Nb: semoga pulpen itu berguna untukmu.

Nessa langsung berlari dengan air mata yang menetes deras. Hanya ingin memeluk malaikat itu untuk yang pertama, sekaligus terakhir kalinya.

Namun sayang, sesampai di kelas 11, ia tidak melihat Rembo.

"Kemana Rembo?"

"Dia baru aja pulang."

Nessa langsung berlari ke parkiran. Mengayuh sepedanya secepat mungkin. Perasaannya tidak enak. Ia takut terlambat bertemu dengan Rembo. Bisa saja cowok itu langsung berangkat hari ini.

Akan tetapi, angan Nessa harus berhenti di perjalanan. Setelah sebuah mobil yang menyerempet mengantarkannya pada akhir kehidupan.

Mungkin, dia akan mendapatkan jawaban yang lebih baik dari Papanya di surga sana.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro