9. BIMBANG

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

9. BIMBANG

Di dalam kamar Jungkook, ada sang pemilik kamar dan Namjoon bermain play station bersama. Sesekali mereka beradu mulut dan tertawa jika melakukan kesalahan. Tak jarang Namjoon berteriak senang karena menang dalam permainan.

"Kamu baik sekali dari tadi membiarkanku menambah poin." Namjoon tertawa sambil meletakkan stik PS-nya.

Jungkook mendengus, ia menjitak kepala Namjoon. Kadang ia lupa kalau Namjoon lebih tua darinya karena keduanya sudah seperti saudara.

"Kamu terlihat sedang tidak fokus. Ada apa?" tanya Namjoon.

Sebelum menjawab pertanyaan dari Namjoon, Jungkook mengambil botol berisi minuman bersoda dan menuangkannya ke gelas. Satu untuk Namjoon dan satu lagi untuk dirinya.

"Apa aku terlihat sedang tidak baik-baik saja?" balas Jungkook setelah meneguk setengah gelas minuman.

Laki-laki di sebelah Jungkook ini mengangguk. Namjoon menuang minuman lagi.

"Tentang tetangga sebelah rumahmu bukan?" tebak Namjoon.

Jungkook mengangkat bahu. "Ya, sepertinya."

"Dia menyukaimu ya?"

Ucapan Namjoon kontan membuat Jungkook tersedak minumannya sendiri. Namjoon menepuk-nepuk punggung Jungkook supaya batuknya cepat berhenti.

"Mengapa kamu berpikiran seperti itu, astaga," ujar Jungkook masih dengan sisa-sisa batuknya.

"Aku hanya menebak. Dia terlihat tidak nyaman mengetahui hubungan kamu dengan Jieun, mungkin gadis itu cemburu."

Malam itu Namjoon membuat banyak teori yang seolah-olah setiap kata yang muncul dari bibirnya adalah benar. Jungkook rasa Namjoon sedang melakukan pelatihan untuk menjadi seorang peramal amatir.

"Perasaan khawatir sebagai seorang sahabat bukankah hal yang wajar," Jungkook berpendapat.

"Ada hal yang belum kamu ketahui rupanya. Entah kamu percaya atau tidak, tapi kata orang banyak tidak ada pertemanan antara laki-laki dan perempuan," Namjoon menjawab argumen Jungkook.

Jungkook mengerutkan dahi. Pemikiran darimana lagi itu? Mengapa mendadak Namjoon jadi tahu banyak tentang definisi kata cinta dan kawan-kawannya?

"Itu lebih terdengar konyol." Jungkook tertawa.

"Lalu bagaimana dengan pertemananku dengan Rose selama ini?" lanjutnya.

"Entah. Pasti di antara kalian ada yang menyimpan rasa tapi sedang berusaha untuk menghilangkannya," kata Namjoon.

Jungkook tidak membalas lagi perkataan Namjoon. Ia mengambil kripik kentang di dalam toples lalu memakannya sambil berpikir, apakah yang dikatakan Namjoon itu salah atau benar.

"Mungkin kamu belum merasakan kalau kamu juga sayang pada Rose. Tapi aku jelas bisa membaca perubahan wajah Rose ketika tadi sore kamu menyuruh dia untuk menungguimu ... bersama Jieun."

"Aku tidak bermaksud membuat dia menunggu lama ..."

Namjoon manggut-manggut. Walau Jungkook belum mau jujur untuk menceritakan yang sebenarnya, tapi Namjoon sudah bisa menerka apa yang sedang sahabatnya rasakan. Namjoon pikir semuanya butuh waktu, kalau Jungkook tidak bercerita padanya sekarang, berarti besok, kalau bukan besok berarti lusa atau seterusnya.

"Aku mau meminta saran," ada jeda sebentar dari ucapan Jungkook.

Ia memandang Namjoon, seolah benar-benar meminta Namjoon untuk mendengarnya bicara.

"Em, kalau aku ingin menyatakan perasaanku pada Jieun menurutmu bagaimana? Apakah menurutmu terlalu cepat?"

Namjoon menarik napas, ia berusaha menyiapkan kalimat yang bisa membuat Jungkook untuk berpikir dua kali sebelum mengambil keputusan.

"Kookie, semua keputusan berada di tanganmu, yang terpenting jangan gegabah. Pesanku hanya satu, jangan sakiti siapapun, apalagi tetanggamu itu. Rose terlihat sangat peduli denganmu, aku percaya dia menyayangimu meski aku tidak tahu dalam konteks pertemanan atau lebih dari itu. Jangan sia-siakan kebaikannya."

Namjoon menasihati Jungkook sembari merangkul dan menepuk-nepuk bahunya. Perkataan dari Namjoon meresap ke dalam pikiran Jungkook. Sepertinya nanti malam Jungkook tidak bisa tidur hanya untuk memikirkan hal ini.

***

Love,
Sv.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro