V

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Part 5:

Kesal, masalahnya berbelit. Luz tak habis pikir bagaimana bisa satu kasus malah berentetan masalah di dalamnya? Terlebih lagi gadis pujaannya terlibat?

"Bagaimana?" Tanya Kanon yang masih mengutak atik ramuannya untuk membuat asap bius.

Kuroneko berusaha mengendus-endus tanah "Di bar sana."

Rahwia sudah siap dengan penyamarannya, Luz mengganti lensa kontaknya dengan warna safir dan wig berwarna biru kelam.

'Hey, ku pinjam sosokmu bolehkan?'

Saat Luz, Rahwia, Kuroneko yang disihir oleh Kanon menjadi kucing anggora berbulu hitam-kuning-merah, tak lupa Reol yang siap dengan membawa beberapa kotak wine dan bir yang dimana ia membantu Amatsuki membawa barang bawaan tersebut. Kanon? Dia tembus pandang jadi mudah ia melacak keberadaan Kain yang akan dibantu oleh Kuroneko.

Semua yang ada di dalam bar kaget dengan sosok biru kelam yang dimana Luz yang menyamar, tiba-tiba keluarlah sosok bersurai ungu dengan manik sapphire, sama dengan lensa kontak yang dipakai Luz.

"Boss baru, huh?"

"Huh, akulah penguasanya."

Reol dan Amatsuki menganga lihat sikap Luz berubah 'lagi'ー Eh tapi tunggu, kenapa ia memakai lensa kontak yang serupa dengan wanita itu?

"Reinkarnasi?"

"Hn, mantan pengusaha tajir."

'Lu udah tajir Luz.' Batin Reol, Amatsuki, Rahwia, Kanon, dan Kuroneko.

"Sikahkan lakukan yang anda mau bersama kawan-kawan anda."

Orang-orang dalam bar pun menyanjung Luz yang memakai lensa kontak berwarna biru safir, ia bahkan pernah memiliki seorang teman yang memang seperti itu.

'Lihat, mereka menghormatimu sekarang kak.'

Aneh, itu yang di pikiran Kuroneko. Kenapa ia rasa kalau Luz menyamar sebagai 'seseorang'?

"Bolehkah aku pakai ruangan di dalam?" Tanya Luz seolah mengintimidasi sang bartender.

"Untuk apa?"

"Yah mau bersantai dengan teman-temanku ini."

Saat Luz sedang berusaha memancing bartender agar bisa memakai ruangan VIP yang kata Reol Kain ada di dalam sana, jauh dari kerumunan orang-orang di dalam bar. Kanon dan Kuroneko sudah menyelinap masuk ke terowongan, mereka harus buntu di tengah jalan karena pintu dan lorongnya banyak, jadi harus membutuhkan banyak waktu ubtuk menyiasati kamar dan arah mana Kain berada.

"Ck, bagaimana ini?" Gerutu Kuroneko.

"Kita butuh waktu ini..." Ucap Kanon kira-kira.

"Kalau Reol ada pasti cepat, hanyakan dia lagi bantu Amatsuki membawa kotak-kotak itu."

"Hn hn... kau cemburu?"

"S-Siapa yang cemburu!"

"Jangan bohong, ekormu tuh."

"Heeeh?! K-Kauu... Ugh diamlah kalau tau!" Kuroneko jadi malu dibuatnya, Kanon cuma mengiyakan aja asal kau bahagia ea.

Di situasi Amatsuki, Reol diam-diam mengamati keadaan Luz dan Kanon. Dan benar dugaannya tidak semulus yang mereka pikirkan.

"Bagaimana?" Tanya Amatsuki yang sudah menghitung kotak yang berisi bir, wine, daging, juga bahan makanan pembuatan roti.

"Tidak bagus."

"Haah... jadi?"

"Menurutmu?"

"Terserah kamu, aku sih mengikut."

"Dengan senang hati."

Manik Reol yang seteduh ungu muda kini seterang buah manggis, Amatsuki cuma berwaspada karena dia memiliki energi yang pastinya menguntungkan para semi-human.

"Tenang, tenagamu tak kurampas habis." Reol meyakini sang penjaga bulan tersebut.

Sang vampire tersadis yaitu Reol, memejamkan mata agar bisa merasakan vibrator dari suara mereka dengan jelas.

Situasi Luz dan rombongan terlihat agak ricuh, sang bartender berkelahi dengan Luz, para pengunjung bar cuma menikmati tontonan gratis itu. Sedangkan Rahwia menahan perlawanan dari gadis surai ungu itu.

'Ck, ini memperhambat waktu!' Kesal Luz dalam hati.

Ingin Luz menghentikan ini semua dan berjalan lancar, tapi tak mudah. Rahwia mengeluarkan bom asap yang berisi menghilangkan pikiran selama beberapa menit sebelumnya langsung melemparnya ke lantai, alhasil semua pada pingsan terkecuali Luz dan Rahwia yabg sudah menutup hidung dengan sapu tangan masing-masing pemberian Kanon yang dimana takkan tembus asap tersebut.

"Kau kejar Reol dan Amatsuki sedangkan aku kejar Kanon dan Kuroneko." Arah Luz yang dimana ia gunakan separuh kekuatan vampire nya untuk berlari cepat, sedangkan Rahwia sang pemilik kekuatan pembuat bentuk apapun ia mengarahkan tongkat emasnya lalu merubahnya dengan papan seluncur terbang sesuai arahan yang ia kehendak.

"Menurutmu? Aku harus bagaimana?"

Kuroneko bingung sambil mengendus-endus tanah terowongan itu yang dimana ia yakini keberadaan Kain ada di salah satu kamar di lorong yang mereka lewati dimana Kanon menggunakan sihir yang mengetahui riwayat atau reka ulang kejadian selama 24 jam, Kanon berusaha mengikuti Kuroneko dari belakang dengan penyamaran yang sama supaya tidak dicurigai.

"Hah dapat." Gumam Kuroneko, Kanon yang masih transparan langsung masuk walau pintunya tertutup dan dikunci karena tembus pandang.

Raut muka Kanon seketika shock, bagaimana tidak? Gadis itu disiksa oleh tangan sang surai pirang terang dan membuat Kanon geram.

"Hiks... Luz...."

"Ini aku sayang, kau milikku..."

"Penipu! Hiks... kau bukan Luz.... hiks...."

"Hooh.... sudah tau hn?"

Terdengar suara tamparan keras dan bunyi pukulan dari balok menghantam punggung gadis bersurai coklat susu itu, rintihan tertahan agar tak terdengar membuat Kanon tak tahan ingin menghajar pemuda yang tepat di hadapannya. Tapi ia harus keluar yang dimana suara Kuroneko yang ditendang jauh-jauh.

"NYAN!"

"Dasar semi-human! Mau apa kamu?!"

Kuroneko harus bersikap layaknya kucing biasa, kalau tidak bakal ketahuan.

"Grrrrr..... ngraauuuuu.... hissss!"

"Bodoh! Kukira ku gak tau?!"

Pemuda bersurai coklat terang berubah menjadi seekor anjing besar.

'Ck, semi-human juga huh?' Batin Kuroneko melihat semi-human yang sama dengannya.

"Pergi dari sini, kucing lemah."

"Jangan sok berlagak, anjing sok berkuasa."

Hust, walau dialog diatas seperti oercakapan antar manusia. Tapi yang bukan semi-human sama penyihir bakal dengar suara gonggongan sama auman dua makhluk barbar kalau gelut.

"Ck!"

Dentuman keras terdengar saat pemuda bersurai pirag terang membuka pintu dengan sekali hentakkan, lalu ia murka melihat dua semi-human saling bertengkar.

"Kogeinu! Apa-apaan kau?! Dan siapa gadis kucing iniー Oh, kau ya Kuroneko. Mau apa kau di depan ruanganku? Oh atau jangan-jangan kau membuntutiku hn?"

'Sial, ketahuan.' Kesal Kuroneko dalam batin.

Seketika dua semi-human tersebut kini berubah menjadi manusia seperti semula.

"Lepaskan gadis itu."

"Hoh, sok berkuasa sejak ibumu jadi pahlawan hnm?"

"Jangan banyak ngoceh, cepat."

"Heh kucing sialan, tau diri kau itu siapa dan yang kau gertak siapa?"

"Heh anjing, babu gak usah ikut campur."

"Grrr... apa kau bilang?!"

Tak butuh pertengkaran mereka, pria bersurai terang itu mengarahkan tangannya kepada Kuroneko dan mengarah ke bawah seketika Kuroneko meraung kesakitan.

"AAAAKH!"

"Hahaha... kasihan...."

Rambutnya berubah menjadi seputih salju dengan aksen biru di cabang rambutnya, jangan lupa manik biru kelam khasnya.

"Sil...vana?"

"Baru mengenalku? Padahal kita jodoh loh~"

"Ha?! Sejak kapan? Dan aku tidak menyukaimu titik!"

"Huft... dasar tukang pos sialan!"

"AAAAAAAAAAAH!"

Geram, sosok pemuda yang bernama Silvana langsung mengepalkan tangannya. Ia sedang mengendalikan atau lebih tepatnya memainkan denyutan nadi di tubuh Kuroneko dengan sihirnya.

"Khhh.... le... pas... kan..."

"Hm? Aku tidak tau apa yang kamu bilang."

"HUAAAAAAA AAAAAAAAAH!"

Kogeinu yang melihatnya ikut-ikutan merinding, tepat sekali saat Silvana meliriknya.

"A... ampun...."

"Bukan salahmu, bawa kabur gadis itu bersamamu dan rombongan yang mau berlayar."

"B... baik tuan."

Kogeinu pun mengikat tangan dan kaki Kain, sedangkan Gadis itu cuma memasang harapan.

"Luz... aku sungguh mencintaimu, maaf...."

Tepat saat ia bergumam, Kain langsung pingsan karena siksaan yang ia terima dari Silvana dan obat bius dari Kogeinu.

"Sial, padahal akulah yang mencintainya dariawal sebelum ia bertemu dengan Amatsuki...." kesal Kogeinu dan menggendong Kain dan pergi meninggalkan kekecewaan yang berat karena pertemuan mereka sangatlah tidak tepat.

Tepat saat Kuroneko tersungkur kelelahan karena denyut nadinya bisa berjalan normal, tanpa aba-aba Luz menghajar Silvana sekali tendang di perutnya.

"Dimana Kain, brengsek."

"Hoh, datang juga ya sang pangeran...."

Silvana menggantung kalimatnya, ia mendekatkan diri pada Luz lalu menyambung kalimatnya dengan berbisik.

"Yang dimana diam-diam munafik menghabisi rakyatnya dibelakang sang bulan berdarah."

Luz yang tau maksud kalimat itu tak tinggal diam, emosinya kini dipermainkan. Ia menendang Silvana dengan kaki kirinya dan spontan Silvana melonvat ke belakang, lalu balasan serangan yaitu mengeluarkan bongkahan es yang berkilauan bagai emas dan menyerang Luz membabi-buta, hal itu membuat Luz kewalahan menahan serangan dan satu hal yang membuat Luz khawatir.

"Kau kan menolak menjadi Vampire seutuhnya kan?..."

"Ck...."

"Jadi... Kau tau kan resikonya?"

"Diam."

Satu sayatan, dua sayatan, tiga sayatan sampai 10 sayatan di sekujur tubuh Luz.

"Lihat darah itu...."

Luz bergidik ngeri saat cairan sel merah dari tubuhnya yang berharga keluar melalui sayatan dari serangan Silvana, lalu bergerak mengalir ke arah Silvana yang dimana ia mengendalikan cairan darahnya itu.

"Kau tak lupa kan? Sekali darah ini tersebar... bakal jadi candu."

Silvana meminumnya saat darah tersebut terkumpul dan ia kumpulkan dalam gelas wadah wine, Luz cuma menatap hampa darahnya yang bakal jadi santapan berikutnya.

"Bahkan manusia biasa yang akan mencobanya bakal tergila-gila."

"APA MAUMU SEBENARNYA?!"

"Hmm... apa ya...."

Silvana menjilat luka Luz yang masih mengalirkan darah di dekat sudut bibirnya, Luz cuma diam dan memandnag tajam sosok yang dihadapannya. Ia tak bisa melawannya karena ia aset berharga Amatsuki, sesama penguasa galaksi.

"Aku ingin memusnahkanmu dan beberapa temanmu seperti... Mafumafu yang sudah ku jadikan eksperimenー"

"KAU APAKAN KAK MAFU HAH?!"

Luz murka, sesuatu yang ia sayangi sudah direbut olehnya.

"Hahahahaha! Coba ingat apa yang kau lakukan pada Madotsuki dahulu!"

Luz menerawang lagi, seketika ia ingat kembali.

"Kau salah paham! Ialah yang ingin pergi sendiri tanpa kabar!"

"Hah, pembohong!"

Bentakan Silvana membuat Luz tersentak, ia menunduk dalam dan duduk terkulai lemas.

"Heh, seandainya kau tau bahwa kau itu bermental lemah saat memilih pilihanmu."

"... kh...."

"Ah ya, kakakmu itu ku jadikan eksperimen yang dimana ku cuci otaknyaー"

"Diam, bangsat."

"Pfft, dan Kain kujadikan pelayanku."

Lagi, Luz muak muak dan muak semua kenyataan yang ia hadapi.

"CUKUP HENTIKAN! KAULAH YANG PEMBOHONG! BUKAN HANYA SOAL MADOTSUKI."

"YA!! AKU MEMBENCIMU YANG DIMANA MEMILIKI BANYAK TEMAN DAN SEGALANYA!!"

Leher Luz tercekik dengan bongkahan es.

"Kh... salahmu yang selalu memanfaatkan orang lain, apalagi kedua sahabatmu dan ketuamu. Pantas saja mereka pergi tanpa kabar darimuー"

"KAU SEHARUSNYA YANG DIAM DASAR BAJINGAN!!"

Bongkahan es terbentuk seperti jarum, sedikit gerakan saja leher Luz jadi sasaran.

"Bajingan ngatain bajingan, kurang ajar ya kalian dasar makhluk sialan. Kurang bodoh hah?"

Suara Kuroneko terdengar samar, Luz ingin meliriknya tapi ia tau posisinya juga terancam. Diam-diam Kanon menunggu waktu yang tepat untuk menyerang Silvana.

Saat Silvana mengalihkan pandangan ke Kuroneko yang berniat untuk membuat gadis semi-human itu terbungkam selamanya, Kanon mendapat timing bagus. Ia menyekap Silvana dengan syal khusus dan mengikatnya.

"Yo, penyihir pemula." Remeh Kanon saat sudah memunculkan dirinya.

"Kau kemana saja sih?! Nyawaku mau melayang tau." Kesal Luz.

"Maaf, tadi lagi ngobatin Kuroneko agak lama di dalam agar tidak terganggu."

"Huft yasudah."

Silvana pun geram, langsung ia tautkan kedua tangannya dan mengeratkannya.

"AAKH!" Leher Luz teriris jarum es.

"Sekali lagi kau berbuat lebih, akan kusiksa dirimu lebih." Ancam Kanon lalu mengarahkan tangannya tuk mengencangkan ikatan syal yang dipenuhi obat bius, tapi ia membutuhkan beberapa menit karena yang ia hadapi bukan orang biasa.

Tak peduli, ia langsung menusuk Luz tepat di perutnya dan tentunya menembus ke belakang.

"LUUZ!!!" Jerit Kuroneko, Kanon, dan tak lupa Reol, Amatsuki, dan Rahwia yang baru tiba di lokasi mereka.

"Kh...." Luz merintih, ia merasa kalau memang wajar karena kebahagiaannya telah direnggut.

"Bwahahahahahaha!!! Aku untung banyak ini!!" Jerit Silvana lalu melepas syal yang membungkan mulutnya.

"Oh ya tuan, sihirmu tak mempan karena kastamu denganku berbeda."

"Ck, berlagak!" Gerutu Kanon saat Silvana meremehkannya.

"Luz! Hiks...."

"Hmm... maaf ya sayang aku tak memilihmu, karena ku mau memilih gadis pujaan hatinya pangeran."

"Kurang ajar! Jaga mulutmu dan kau bawa kemana Kain?!"

Amatsuki menatap tajam Silvana tanpa henti.

"Apa maumu, dimana Kain dan apa yang kau lakukan pada Kuro?!!"

"Huh! Seketika gua males hadapin lu semua."

Lagi, Silvana mengumpulkan darah Luz yang tertumpah banyak.

"Adil kan?" Ucap Silvana lalu berlalu.

"Oh ya, kekasihnu kubawa jauh dari sini. Tebak-tebak saja, semoga kita berjumpa lagi."

"Ck, Sialan kau!" Umpat Amatsuki yang emosi.

'Aku pergi... ya...?'

"Tidak, bertahanlah!" Kanon sedang melelehkan es Silvana yang tertancap pada Luz dengan sihirnya.

"Hiks... aku tak bisa membantumu Luz... maaf maaf... hiks...." Ucap Kuroneko penuh penyesalan karena rencana mereka gagal.

"Bukan... salahmu...." Ucap Luz samar membuat Kuroneko merasa sesak.

"Luz... maaf sihirku tak mempan bagimu, seandainya kau memilih Vampire otomatis aku bisa." Ucap Amatsuki prihatin, Luz cuma tersenyum samar karena kondisinya tidak memungkinkan.

"Luz, kau tau kan kalau darahmu bisa meningkatkan regenerasi pemulihan?" Tanya Reol memastikan, ternyata Luz menggeleng tidak tau.

"Astaga... coba lah! Orang yang serupa denganmu melakukannya kalau mereka benar-benar kritis."

"Tau darimana?" Tanya Kanon heran.

"Eng... Kradness tau soal darah suciー"

"Hah Si krad? Kau kenal?!" Kaget Kuroneko dan Amatsuki.

"Gak ingat? Yang rambut silver itu."

"Heee?! Katanya namanya Harry saat ku nanya."

"Haah?" Amatsuki cengo, Reol cuma speechless.

"Dia menyamar tau."

Hai hai
Silahkan commentnya dan votenya yaa manteman 😊

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro