Chapter 6 : Doubt and Darkness

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Pagi itu, Riku dan Tenn sampai di rumah. Mereka sampai bersama Sougo dan Ryuu. Sambutan kecil diadakan. Tamaki dan Nagi sibuk dengan kertas warna warni yang mereka hamburkan dan Tamaki menggunakan skill angin miliknya untuk membuat kertas tersebut terbang ke segala arah.. "Minna... Arigatou" Ujar Riku tersenyum haru, habisnya hanya beberapa hari mereka dirawat di pondok milik Mizu, namun pesta sambutannya begitu meriah. "Doitashimaste, Saa~ mari kita makan, makanannya bisa dingin nanti" Ucap Mitsuki kepada semuanya, baik member IDOLISH7 yang lainnya, TRIGGER, Re:vale, dan juga ZOOL.

RPG Game

.

by:

.

Acha_Kimari32

"hai' Omurice untuk Riku dan juga Kujou." Ujar Mitsuki menghidangkan Omurice kepada Riku dan juga Tenn. "Saa~ silahkan dinikmati." Ucap Mitsuki dengan senyuman. Riku terkagum, dan Tenn hanya mengucapkan terima kasih, lalu mereka berdua mulai menyantap Omurice tersebut, diikuti yang lainnya.

"Tenn-nii! Bilang 'Aaa' " Ucap Riku sambil mengarahkan sesuap Omurice kepada Tenn, Tenn sedikit terkejut, lalu ia menerimanya. "Enak" Gumannya pelan. "Omurice buatan Mitsuki yang terbaik" Ujar Riku kembali menyantap Omurice miliknya. Tenn berniat menyuapi Riku dengan Omurice, "kini giliran ku, Riku bilang 'Aaa' " Kini Tenn melakukan hal yang sama kepada Riku, Riku dengan cepat memasukkan sesuap Omurice tersebut kedalam mulutnya. "Ewnak" Ujarnya dengan Omurice yang memenuhi mulutnya. "Riku pelan-pelam, kau bisa tersedak nanti." Ucap Tenn memperingati Riku yang memakan Omurice suapannya sambil berbicara, ia dengan sigap mengambil gelas air miliknya untuk berjaga bila Riku tersedak nanti, dan Riku sungguhan tersedak. "Riku minumlah ini" Ujar Tenn sambil menyodorkan gelas air kepada Riku.

Setelah itu mereka melanjutkan menyantap masakan buatan Mitsuki, awalnya berjalan dengan baik hingga...

"Sobaman! Bisakah kau berhenti mengganggu ku?!" Umpat Tenn kesal dengan kelakuan Gaku yang kini duduk tepat disamping kirinya. "Lagipula kursi ini bukan milik siapapun, aku bisa memilih dimana aku duduk bukan?" Bela Gaku sambil menyantap hidangan miliknya, perempatan kecil sudah terlihat di dahi Tenn tandanya ia sudah mulai kesal. "Mou.. Tenn-nii, tidak masalah bukan Yaotome-san duduk disamping Tenn-nii. Lagipula Yaotome-san tidak mungkin mengganggu Tenn-nii" Jelas Riku panjang lebar, membuat Tenn sedikit tenang. "Baiklah, aku akan izinkan" Guman pelan Tenn.

"Dasar brocon"

Tenn yang tidak sengaja, tidak lebih tepatnya mendengar dengan jelas ucapan tersebut kembali kesal, level maksimum. "Barusan kau bilang apa?! Sobaman?! " Tanya Tenn kepada Gaku yang tepat berada disampingnya. "B--- itte!! " Belum menyelesaikan kalimatnya, Kaki Gaku sudah menjadi sasaran empuk kaki Tenn. Karena cukup keras, meja pun ikut bergetar. Membuat beberapa alat makan terlempar, dan jatuh tepat di sasarannya. "Aa---gomen" Ujar Gaku sambil sedikit meringis, "Iie---daijoubu aku sudah biasa diperlakukan seperti ini" Ujarnya sambil membenarkan letak kacamata miliknya.

"Yuki? Entah kenapa kouhai-kouhai kita semakin imut disini!" Girang Momo, "kau benar, Momo". "Aaa---kenapa kalian suka sekali ribut, aku ingin sekali menyantap makanan dihadapanku namun sekarang berantakan" Ujar Haruka emosi, karena belum makan sesuap pun tapi makanan dihadapannya sudah berantakan dimana-mana, bahkan ada sendok seseorang di sana. "Isumi-san, aku akan membuatkannya lagi untukmu nanti. Kau tidak perlu khawatir" Ujar Minami sambil membersihkan area meja miliknya yang kini penuh dengan sendok dan garpu. "Yah, karena posisi kita inilah sendok dan garpu mendarat di makanan kita" Ucap Touma yang kini beralih meminum segelas air yang kebetulan tidak terkena sasaran. "Yah, posisi ini cukup tidak menguntungkan" Ujar Torao melipat tangannya didepan dada.

"Mitsu, bisa kau bantu aku mengambil sendok di atas kepalaku" Ucap Yamato sambil melirik Mitsuki disampingnya, "baiklah aku akan membantumu" Ujar Mitsuki mulai berdiri dari kursinya dan mulai mengambil sendok tersebut, namun sepertinya tidak. "Owh, Yamato terlihat seperti penghuni planet lain Desu " Ujar Nagi yang kini tepat berada di belakang Yamato, memasangkan 2 garpu lainnya yang mengakibatkan Yamato seperti memiliki 2 antena. Yamato hanya bisa diam dan menghela nafas lelah. "Oni-san cukup sabar menghadapi ini semua" Gumannya pelan.

Tenn dan Gaku yang melanjutkan perdebatan panas, dengan Riku dan Ryuu yang berusaha menghentikan mereka. Grup ZOOL dan Re:vale yang sepertinya menyaksikan acara dadakan tersebut dengan tenang dan damai, ditambah rengekan Haruka. Dan Mitsuki dan Nagi yang kini menjahili Yamato selaku Leader IDOLiSH7. Sungguh pagi yang damai.

.

.

Siang itu Nagi, Mitsuki dan juga Iori berpamitan pergi ke Adventure Guild untuk menjalankan misi mereka, sebenarnya Misi yang sudah direncanakan tempo hari ditunda dikarenakan pemburu monster lainnya sudah mengambil alih, dikarenakan darurat. Mitsuki dan Iori ditugaskan untuk mengurus sisanya, dan Nagi ditugaskan untuk membuat kelompok dengan pemburu monster pengguna tongkat sihir untuk melakukan ekspedisi disekitar area.

"Aku sudah membuat Kare untuk makan siang nanti. Mungkin kami akan pulang terlambat, jadi untuk makan malam aku meminta bantuan Tsunashi-san untuk memasak." Ujar Mitsuki diteras rumah, sudah bersiap untuk berangkat. "Kau bisa meminta bantuan ku juga Izumi-san" Ucap Minami dari dalam, menatap Mitsuki yang berada diluar, sesekali melirik Nagi disampingnya. "Aaa---benar juga." Ujar Mitsuki pelan, setelah itu mereka bertiga pun berangkat menuju Adventure Guild. "Tsunashi-san? Ada apa? Kenapa kau terlihat khawatir." Tanya Minami kepada Ryuu yang sepertinya sedang terdiam di ambang pintu. "Aaa---tidak. Aku hanya memikirkan beberapa hal." Jawab Ryuu mulai menutup pintu dan masuk kedalam, melewati Minami. "Hmm? Apakah hal ini berhubungan dengan Kujou-san?".

.

.

Siang itu semuanya sudah siap di kursi masing-masing bersiap untuk makan siang namun anehnya si kembar belum juga datang. "Tenn dan Riku-kun belum juga turun" Ujar Ryuu sambil melihat arah tangga, berharap Tenn dan Riku segera terlihat namun sayangnya mereka belum juga turun. "Aku akan mengecek keatas, entah apa yang dilakukan bocah tersebut bersama Nanase" Ucap Gaku mulai beranjak dari kursinya namun baru saja melangkah teriakan terdengar cukup keras. "Tenn?!!" Ryuu terkejut, habisnya yang berteriak adalah Tenn. Apa yang terjadi?

.

.

"Tidak, tidak, aku harus membawamu. Diamlah Riku!" Tegas Tenn dengan bekas air mata dipipinya. "hah...hah... " Suara nafas terdengar, ia menelan ludahnya. "Aku tidak apa-apa Tenn-nii *hah...* aku bisa mengatasi asmaku *hah...* tanpa inhaler....sekarang" Ucap Riku dengan nafas yang sudah tidak beraturan. Tenn berniat turun terlebih dahulu, karena Riku ingin istirahat kembali. Namun tiba-tiba Asma Riku kambuh, dan cukup parah. Riku menahannya dan tetap mengukir senyum walaupun sungguh menyiksa untuk dirinya, dia memegang erat pakaian miliknya dikarenakan kesulitan bernafas.

"Tenn?! Nana---?!!" Gaku yang baru saja sampai diikuti Ryuu dan yang lainnya terkejut. "Riku-kun?!!" Sougo yang paling pertama berlari ke arah Riku, namun dihadang oleh Tenn. "Kujou-san?" Sougo terkejut, "Jangan sentuh Riku?!" Ujarnya dengan nada tinggi. "Oi!! Tenn!!! Kau kenapa, jika begini nyawa Nanase bisa terancam. Kita harus membawanya ke klinik didekat sini." Tegas Gaku kepada Tenn yang kini entah kenapa terlihat menghalangi mereka semua untuk membawa Riku ke klinik. Keadaan Riku kini semakin buruk, Tenn juga belum pergi dari posisinya "Tenn?!!! Kau menolak untuk membawa Nanase ke klinik?!" Ujar Gaku kepada Tenn, "tidak bukan seperti itu---", "lalu apa alasanmu?!! Bukankah kesehatan adikmu lebih penting dari pada dirimu sendiri?!" Tenn tersentak, lalu terdiam. Gaku benar, apa yang ia lakukan? Gaku dengan cepat berlari ke arah Tenn, Gaku mengangkat Riku ala bridal style dan berlari ke luar rumah diikuti Sougo. Semuanya telah pergi kecuali Ryuu.

"Tenn?" Panggilan lembut Ryuu memecah lamunan Tenn beberapa saat lalu. "Ada apa, wajahmu terlihat pucat?" Tanyanya, Tenn menatapnya. Manik merah muda miliknya terlihat bergetar, Ryuu terdiam Tenn pun ikut terdiam.

.

.

Beralih kepada Gaku dan juga Sougo yang kini berlari menuju klinik terdekat, dengan Riku yang keadaannya semakin memburuk. "Bertahanlah Nanase, kita hampir sampai" Ujar Gaku pada Riku yang terlihat setengah sadar. Jujur saja, Gaku merasa adik dari temannya itu kondisinya kian memburuk setiap harinya, jika dihitung dari pertama kali berada di dunia ini mungkin sudah yang ke-sepuluh atau lebih. Gaku merasa, tanggung jawab untuk melindungi Riku adalah yang paling penting entah mengapa. Sougo sedari tadi terus memperhatikan Riku yang kini berada di gendongan Gaku, menatap khawatir tanpa melihat ke arah mana ia melangkah, jiwanya merasa tersayat disaat Riku mengalami hal yang menyakitkan, Sougo sendiri tidak tahu maksud dari perasaan itu sendiri.

"Kita sampai, Osaka bisakah kau memanggil perawat disekitar sini? Dengan Nanase di tanganku, kurasa aku tidak bisa melakukannya" Ujar Gaku, diangguki oleh Sougo. Sougo dengan cepat memanggil perawat laki-laki yang kebetulan sedang lewat, perawat tersebut dengan cekatan memanggil perawat yang lainnya dan membantu Gaku membawa Riku ke ruang perawatan.

.

Beberapa jam telah berlalu, hari semakin gelap. Namun perawat belum juga keluar dari ruangan dimana Riku berada, apakah separah itu?

"Yaotome! Sou!!" Teriak seseorang dari kejauhan, Gaku dan Sougo menoleh mendapati Yamato dan juga duo Re:vale yang berlari ke arah mereka. "Nikaido, Momo-san, dan juga Yuki-san" Ucap Gaku setelah menyadari keberadaan mereka. "Bagaimana keadaan Riku?" Tanya Yamato begitu berhenti, Gaku menggeleng pelan. "Perawat belum memberikan informasi tentang keadaan Nanase." Jawab Gaku. "Aku khawatir dengan keadaan Riku-kun" Guman Sougo dengan raut wajah cemas, dia begitu mencemaskan Riku. "Kami juga mengkhawatirkan Riku-kun, Sougo-kun. Riku-kun bisa dibilang 'Inti' yang paling penting bagi kita" Ujar Yuki dengan tenang, membuat keempat orang dihadapannya itu sedikit tersentak.
" Kalian merasakannya bukan? Sejak awal, Aura Riku-kun berbeda dengan sebelumnya. Walaupun begitu Aura yang ia miliki sebelumnya tidaklah hilang sepenuhnya" Imbuh Yuki meletakkan tangannya di tangan yang lainnya, dan tangan lainnya menyangga dagu.

"Maksud Yuki-san?" Tanya Gaku mencoba mencerna apa yang Yuki katakan. "Kalian mengingat elemen masing-masing bukan?" Tanya Yuki, semuanya mengangguk. "Maksudmu Yuki, ada hubungan tersembunyi dibalik elemen kita berlima dengan Riku?" Ujar Momo dengan cepat, Yuki mengangguk. "Aku yakin ini bukanlah hubungan biasa, bisa jadi ini adalah hubungan di 'masa lampau'. Dimana pendahulu pedang 'Twins Sword Ledfre's' masih hidup" Jelas Yuki, semuanya terkejut.

"Yamato-kun yang memiliki elemen Alam, Sougo-kun yang memiliki elemen Es, Gaku-kun yang memiliki elemen Air, Momo yang memiliki elemen petir dan diriku yang memiliki elemen Angin." Jelas Yuki kembali. "Elemen yang berbeda, sifat yang berbeda, namun ada sesuatu yang menghubungkan itu semua" kini Yamato mengambil alih, ia mulai memikirkan hubungan itu semua. "Lalu, Riku yang memiliki elemen Api. Jika kita kaitkan, kita berenam termasuk dalam 'Elemen Cahaya' " Ucapan Momo membuat Gaku, Sougo dan Yamato tersentak. "Ucapanmu benar Momo" Tanggap Yuki, Semuanya terdiam. "Sejak awal aku sudah memikirkannya, beberapa dari kita memang memiliki elemen yang sama, namun dari segi senjata terdapat perbedaan. Seperti, pedang, Tombak, Panah, dan Tongkat sihir" Imbuh Yuki, "Sou sou, seperti halnya diriku dan Yuki." Tanggap Momo. "Tunggu sebentar, dua pengguna pedang, dua pengguna tombak, dan dua pengguna panah. Apakah ini sebuah kebetulan?" Ujar Gaku disaat dirinya menyadari sesuatu. "Aku terkejut kau bisa menyadarinya Yaotome" Ucap Yamato dengan kekehan kecil. "Jadi maksud Yuki-san. Ada 'Hubungan Misterius' diantara kita ber-enam?" Tanya Sougo. Yuki mengangguk. "Aku rasa seperti itu. Untuk saat ini kita simpan informasi ini terlebih dahulu, pertama kita harus mengetahui terlebih dahulu keadaan Riku-kun." Semuanya mengangguk.

.

*Ceklek

"Aa--apakah kalian keluarga pasien?" Tanya salah satu perawat, "ya, --tidak kami temannya" Jawab Gaku spontan. "Untunglah kami bisa menangani pasien dengan benar, terlambat sedikit saja nyawa pasien bisa terancam. Namun tenang saja, keadaan pasien sudah stabil." Jelas perawat tersebut. Semuanya bernafas lega. "Yokatta---Riku-kun baik-baik saja" Sougo bernafas lega sambil memegang dadanya. "Syukurlah Yuki, Riku tidak kenapa-napa. Kouhai kita yang paling imut tidak kenapa-napa" Ucap Syukur Momo diikuti anggukan dari Yuki. "Syukurlah keadaan Riku sudah membaik, Oni-san cukup khawatir tadi" Tanggap Yamato sambil membenarkan letak kacamatanya yang sedikit turun.

"Kalian bisa masuk dan melihat keadaan pasien, saya izin pamit terlebih dahulu masih banyak pekerjaan di klinik ini." Ujar sang perawat sopan, tak lama dirinya pergi meninggalkan Gaku dan yang lainnya.

Gaku, Sougo, Yamato, Momo dan Yuki, memasuki ruangan tersebut bergiliran. Semuanya menatap Riku yang kini tertidur pulas di ranjang.

~Riku POV

"Nanase Riku?!" Aa---Suara Rai-san yang memanggilku. "Rai-san?" Aku menoleh ke arahnya, Rai-san hanya melambaikan tangannya kepadaku sambil mengukir senyum. "Bagaimana kabarmu?" Tanya Rai-san sambil berjalan mendekatiku. "Seharusnya Rai-san tahu bukan aku sedang tidak baik-baik saja. Beberapa jam yang lalu, penyakitku kambuh dan aku dibawa ke klinik oleh Yaotome-san" Jawab Riku sambil menatap sendu ke arah lain. "Maaf, kalau begitu" ia meminta maaf. "Jadi, kau tahu kenapa aku kemari bukan? Nanase Riku." Rai-san bertanya padaku, aku mengangguk pelan. " Rai-san berjanji padaku tempo hari untuk memberitahuku 'semua kebenaran' bukan?" jawabku sambil menatap manik abu-abu milik Rai-san. "Kau mengingatnya dengan jelas ya, aku terkejut" ucapan Rai-san sedikit membuatku bingung.

"Namun aku akan memberitahukan suatu hal sebelum aku memberitahumu tentang 'semua kebenaran' " Ujar Rai-san dengan raut wajah serius, aku rasa ini adalah hal yang cukup serius. "Kakakmu Kujou Tenn, telah 'bermain-main dengan kegelapan' " Aku terkejut oleh perkataan Rai-san. "Tenn-nii bermain dengan kegelapan?! Rai-san bercanda bukan?!!" Ujarku spontan, tidak mungkin bukan Tenn-nii bermain dengan kegelapan? Ten-nii bukanlah seseorang seperti itu.

"Yang kukatakan ini sungguhan, Nanase Riku. Tempo hari aku sudah memberitahumu bukan?" Rai-san membalas perkataanku, aku terdiam mengingat perkataan Rai-san saat itu. "Rai-san?" Aku memanggil namanya, "Ada apa?" Ia bertanya kenapa, aku menunduk. "Apakah kenyataan memang sepahit ini?" Ujarku pelan, Rai-san sepertinya berdehem pelan. "Kenyataan memang pahit Nanase Riku, namun Kebohongan lebih pahit lagi" Jelasnya, aku mengangkat kepalaku lalu menatapnya. "Jadi, aku tidak mungkin berbohong padamu. Jika aku berbohong padamu kau akan merasa lebih sakit lagi " Manik Rai-san bergetar, ini pertama kalinya aku melihat sosok Rai-san yang seeprti ini. Walaupun Rai-san hanyalah serpihan sihir, namun entah kenapa ia seperti berada di dalam tubuhku, menyatu dengan jiwaku. "Nanase Riku, apakah kau siap menerima semua kenyataan pahit setelah ini" Rai-san bertanya padaku, aku mengangguk yakin. Rai-san lalu menempelkan dahinya dengan dahiku. Mendadak aku merasa diriku memasuki dimensi lain.

.

Aku membuka mataku perlahan, "kau sudah bangun Nanase Riku?" Suara familiar ini, Rai-san?! Aku tersentak, lalu aku merubah posisiku menjadi duduk. Aku menoleh ke arah Rai-san namun sosoknya kini sudah mulai memudar. "Rai-san? Tubuhmu?" Tanyaku kepada Rai-san yang kini tubuhnya mulai memudar sedikit demi sedikit. "Mungkin ini karena aku memberitahukan semuanya kepadamu. Semua serpihan sihir yang tersisa aku gunakan untuk memberitahukan 'semua kebenaran' kepadamu." Ujarnya sambil menatapku sendu. "Oh iya, kau sudah tahu kebenarannya bukan?" Rai-san kembali bertanya, tubuhnya sudah memudar sepenuhnya kini hanya terlihat setengah dari tubuhnya saja dan itu transparan. Aku mengangguk sebagai jawaban. "Kalau begitu, kau bisa memecahkan semua masalah yang ada didunia ini. Nanase Riku, tolong ubahlah dunia ini menjadi lebih baik dari sebelumnya " Rai-san mengucapkannya dengan serius, sepertinya Rai-san percaya jika aku bisa mengubah dunia ini. Namun... Aku bisa apa? Aku hanyalah orang biasa yang memiliki penyakit, selalu merepotkan orang lain, bahkan... Tidak! Rai-san berharap penuh padaku, jika aku berpikir seperti itu maka, semua yang dilakukan oleh Rai-san akan sia-sia. "Arigatou, Rai-san. Aku akan berusaha sekuat yang aku bisa untuk mengubah dunia, sesuai dengan keinginan Rai-san"

~Riku POV Off.

.

Matahari telah tenggelam, langit yang awalnya jingga kini berganti dengan langit gelap yang berbintang. Hampir seluruh aktifitas di kota menurun, diakibatkan waktu yang sudah menunjukkan pukul 8 malam dimana aktifitas apapun dilarang diatas waktu tersebut.

"Riku-kun belum sadar, ini sudah hampir 3 jam berlalu... " Ucapan Sougo memecah keheningan sekitar ruangan, "Apakah keadaan Nanase separah itu?" Guman Gaku sambil melihat tubuh Riku yang kini terbaring lemah di ranjang. "Hal ini pernah terjadi sebelumnya, aku harap bukanlah hal yang buruk" Ujar Momo dengan wajah yang penuh akan kekhawatiran terhadap Riku. "Oh, aku menemukan sesuatu, sepertinya ini berguna" Ucapan pria bersurai hijau terdengar, semuanya tampak menoleh ke arahnya. "Memangnya apa yang kau temukan Nikaido?" Tanya Gaku kepadanya, Yamato memberikan sebuah gulungan kertas. Gaku hanya terdiam lalu membuka gulungan tersebut. "Ini adalah... " Gaku menggantung kalimatnya, membuat sekitarnya menunggu.

"...Peta dunia ini" Imbuhnya setelah menggantung cukup lama. "Heh? Coba kulihat" Momo mulai menghampiri Gaku, dan mengambil gulungan kertas tersebut lalu meletakkannya di meja. "Semuanya persis dengan apa yang dikatakan oleh Shan-san. Nama kotanya, bahkan elemen yang menguasai daerah tersebut." Ucap Sougo setelah melihat dengan teliti peta tersebut. "Jadi kota Windner ada di sebelah timur ya. Kurasa insting Nikaido benar saat itu" Puji Gaku sambil melirik Yamato, "Tunggu, Yaotome apakah itu pujian?".

World Map 'RPG Game'

"Jadi saat itu, kita terbangun di hutan Ledfre's yang berada tepat ditengah-tengah daratan?" Ujar Sougo sambil menunjuk 'Hutan Ledfre's' yang dimana merupakan tempat pertama kali mereka terbangun didunia ini. "Dan dibagian Selatan, ada Kota Icecly dan Fyins, dan juga Darkworld." Jelas Gaku yang kini sepertinya mencoba memahami lebih dalam peta tersebut. "Bahkan dipeta Darkworld digambarkan seperti ini, aku rasa daerah tersebut sangatlah berbahaya" Ucap Yamato yang kini memperhatikan sebuah pulau yang bertuliskan 'Darkworld'. "Aku dengar dari beberapa penduduk, ada seorang pemuda yang memiliki elemen kegelapan?" Ucapan Momo membuat beberapa dari mereka terkejut. "Tapi elemen Kegelapan hanya bisa dimiliki jika dirinya merupakan keturunan asli dari kegelapan, namun rumornya mengatakan jika dirinya merupakan anak seseorang yang cukup terkenal." Imbuh Momo sambil mengingat-ingat. "Anak seseorang yang cukup terkenal?" Guman Yamato. "Apakah mungkin!" Sougo dengan cepat menyadarinya, "Kau benar Sougo, dia adalah anak dari 'Julius-sama' ".

.

Beberapa menit telah berlalu, kelima orang yang tadinya sibuk memikirkan beberapa hal mulai merasakan kantuk yang luar biasa. Momo sudah tertidur lelap dipundak Yuki, sedangkan Yuki sendiri mencoba menjaga agar dirinya tetap terjaga mengingat bahwa kouhai-nya tersebut masih belum sadar. Yamato dan Gaku kini sudah tertidur dengan posisi duduk, sedangkan Sougo masih terjaga disamping Riku. "Tidurlah Sougo-kun, kau terlihat lelah. Aku akan menjaga Riku-kun sementara kau tidur" Ucapan Yuki sedikit menyentak Sougo yang setengah dari kesadarannya menghilang akibat rasa kantuk. "Iie Yuki-san, aku akan tetap terjaga. Aku tidak bisa tidur jika keadaan Riku-kun seperti ini", "Souka, kalau begitu aku akan istirahat sebentar. Bangunkan aku jika Riku-kun sudah sadar." Ucapan Yuki diangguki oleh Sougo, setelah itu Yuki sudah terlelap menuju alam mimpi. Kini hanya ada Sougo seorang yang menjaga Riku, ia terus mencoba terjaga namun lama-kelamaan rasa kantuknya tak tertahankan dan dirinyapun tertidur di samping ranjang.

.

"Sougo-san? Sougo-san?"

Sougo merasa ada yang memanggilnya, dirinyapun membuka matanya perlahan. Menolehkan kepalanya ke arah dimana seseorang memanggilnya. "Sougo-san?" Remaja bersurai merah itu menatap bingung tatapan Sougo. Beberapa menit setelahnya Sougo telah sadar, bahwa Riku sudah sadar. "Riku-kun?!" Sougo yang tersadarpun memanggil namanya dengan perasaan terkejut, namun juga perasaan bersyukur. "Apakah kau baik-baik saja? Bagaimana perasaanmu?" Tanya Sougo beruntun membuat Riku terkekeh kecil. "Aku baik-baik saja Sougo-san. Dan juga Sougo-san jangan berisik, nanti bisa membangunkan Yamato-san, Yaotome-san, Momo-san dan juga Yuki-san" Ujar Riku pelan membuat Sougo mulai terdiam. "Sebenarnya ada yang ingin aku katakan kepada kalian, namun sepertinya kalian semua terlihat lelah, jadi---aku akan memberitahukan semuanya besok saja" Ucap Riku sambil memainkan ujung rambutnya menatap ke arah lain, Sougo yang mendengarnya hanya tersenyum lalu meminta Riku untuk kembali istirahat.

.

.

"Ohayou Gozaimas", "Ohayou Sou, tumben sekali kau yang terakhir bangun" Ujar Yamato sambil menatap Sougo yang baru saja keluar ruangan. "Aa---kemarin malam, Riku-kun sudah sadar, dan kemarin aku terbangun karenanya." Ucapan Sougo seketika membuat sekitaran hening. "Tu-tunggu! Riku/Riku-kun/Nanase sudah sadar?!!" Ujar mereka semua terkejut, habisnya mereka tidak tahu, dikarenakan sudah terlelap duluan kemarin malam. "Aa---aku minta maaf karena tidak membangunkan kalian kemarin malam, Riku-kun memintaku untuk diam saja." Ujar Sougo mencoba menenangkan situasi yang cukup panas di hadapannya. "Jadi begitu, Riku tidak ingin mengganggu kita yang sudah tertidur kemarin malam." Ucap Yamato, lalu diangguki semuanya. "Dan juga, Riku-kun ingin memberitahukan kita semua tentang sesuatu" Imbuh Sougo, membuat semuanya heran. " Sesuatu? Apa maksudnya Sougo-kun?" Tanya Yuki, Sougo menggeleng pelan "Riku-kun hanya bilang padaku seperti itu, aku tidak tahu 'sesuatu' apa yang ingin dirinya beritahukan kepada kita semua" Jelas Sougo mengingat perkataan Riku kemarin malam yang ingin memberitahukan sesuatu kepada semuanya pagi ini. "Sebaiknya kita kembali ke ruangan Nanase terlebih dahulu" Ujar Gaku dibalas anggukan oleh semuanya.

.

.

"Aa---Kalian sudah kembali, aku menunggu kalian semua" Riku menyambut kelima orang yang masuk ke dalam ruangannya tersebut. "Riku-kun? Sejak kapan dirimu menggunakan bahasa formal pada kami?" Tanya Yuki yang menyadari sambutan dari Riku merupakan sambutan Formal. "Entahlah Yuki-san, ucapan tersebut keluar begitu saja, maafkan aku." Riku kembali menggunakan bahasa non-formal membuat yang lainnya mulai mendekat. "Tidak apa-apa Nanase, bahasa Formal bisa saja digunakan disaat tertentu, misalnya saja disaat jumpa dengan fans" Jelas Gaku. "Tunggu, Yaotome. Disini kita bukan Idol lagi, kita adalah pemburu monster" Ucapan Yamato membuat Gaku sedikit tersentak, "Aa---benar juga..." Gaku terlihat kecewa, di dunia mereka sekarang mereka bukanlah idol lagi, mungkin bisa kita sebut sebagai 'Mantan Idol'.

Riku terkekeh pelan, membuat semua orang disekitarnya merasakan kehangatan miliknya. "Riku-kun, kau ingin memberitahukan kami semua tentang 'sesuatu' bukan?" Tanya Yuki to the point, membuat sekitaran hening. "Itu benar" Riku merespon pertanyaan Yuki dengan cepat. "Tenn-nii, dalam bahaya" Ucap Riku secara blak-blakkan membuat Yamato, Sougo, Momo dan Yuki terkejut. "Apa maksudmu Tenn dalam bahaya, Nanase?" Tanya Gaku dengan sedikit menaikkan suaranya, membuat Riku sedikit terkejut. "Itu benar Riku, jelaskan pada kami. Apa maksudmu kalau 'Kujou dalam bahaya' " Ujar Yamato memperjelas maksud Gaku yang sepertinya sedikit kaget dengan ucapan Riku.

"Sougo-san mengetahuinya bukan?" Riku menatap Sougo yang berada di sampingnya, "Jika Tenn-nii terlihat ingin sekali melindungiku" imbuh Riku, membuat Sougo mengangguk pelan. "Elemen kegelapan bisa dimiliki dengan 2 cara. Cara pertama adalah 'natural' atau menurun dari gen keluarga, keluarga bisa menjadi poin utama 'kenapa generasinya mewarisi elemen kegelapan. Dan Cara yang kedua, adalah..." Riku menjeda kalimatnya, melihat sekeliling dan memperhatikan raut wajah teman sekaligus rekan kerja di dunia 'sebelumnya' . "...Tekat yang kuat." Lanjutnya. "Tekat yang kuat? Bukankah itu adalah hal yang cukup umum di Adventure Guild? Kenapa hal tersebut bisa menjadi penyebab utamanya?" Ujar Momo panjang lebar, karena ia begitu mengenal arti dari pemburu monster, memiliki tekat yang kuat merupakan salah satunya. "Maksudku bukanlah 'Tekat yang kuat' tersebut, melainkan 'Tekat yang kuat' untuk mencapai sesuatu dan rela melakukan apapun untuk mencapai hal tersebut" Jelas Riku, kepalanya menunduk ia meremas selimut yang kini membalut tubuhnya tersebut. "Kujou-san pernah bilang... "

~Flassback (Sougo POV)

Saat itu Aku, Riku-kun, Tsunashi-san, dan Kujou-san sedang perjalanan pulang dari pondok milik Holius-san. Aku berhenti disaat Riku-kun dan Kujou-san berhenti, sepertinya Kujou-san sangat mengkhawatirkan keadaan Riku-kun. "Entah kenapa, Katie-san terasa familiar. Apakah Tenn-nii tidak merasakannya? Seperti, sosok yang sangat kita kenal." Aku mendengar dengan jelas perkataan Riku-kun tentang Hydrega-san, yaitu teman Holius-san. "Apa maksudmu Riku? Bukankah kita baru saja bertemu dengan Katie-san? " Kujou-san terlihat menyangkal penjelasan Riku-kun, Riku-kun sedikit tersentak, lalu ia menunduk. "Riku?", "Gomen... Lupakan saja yang aku katakan barusan." Ucap Riku-kun lalu mulai berjalan kembali, melewati Kujou-san, Tsunashi-sam dan juga diriku. Aku menatap khawatir Riku-kun, aku menoleh dikarenakan suara Kujou-san. "Jujur saja... " Kujou-san menggantung kalimatnya, aku dan Tsunashi-san menunggu lanjutan dari kalimatnya "...aku khawatir dengan Riku semenjak kita terbangun di 'dunia' ini. Kesehatannya menurun, sikapnya aneh, dan terkadang aku ingin sekali melindunginya, walaupun harus menghabisi siapapun yang menyakiti Riku sekalipun" Kujou-san melanjutkan kalimatnya, membuat diriku dan juga Tsunashi-san terkejut, aku menoleh ke arah Riku-kun untunglah dia cukup jauh kuharap dia tidak mendengar ucapan Kujou-san tadi.

"Apakah kau serius mengatakannya, Tenn?" Tsunashi-san angkat suara, sejujurnya aku ingin sekali berkomentar tentang ucapan Kujou-san yang cukup ekstrim, namun Tsunashi-san melarang ku untuk melakukannya. Setelah itu Aku, Tsunashi-san dan juga Kujou-san melanjutkan berjalan menyusul Riku-kun melupakan kejadian tersebut, berlagak seolah tidak terjadi apapun tadi.

~Flassback off (Sougo POV off)

"Dia berkata seperti itu?!!" Gaku terkejut dan menaikkan suaranya untuk kesekian kalinya, ia tak percaya 'mantan center grup'-nya itu mengatakan hal yang cukup ekstrim. "Riku-kun?" Sougo memanggil pelan Riku yang kini sedang menunduk. "Terima kasih sudah memberi tahukannya Sougo-san, dengan ini aku bisa melakukan sesuatu untuk menyelamatkan Tenn-nii" Ucap Riku dengan senyuman terukir di wajahnya, namun semua yang ada di sana tahu, bahwa Riku menyembunyikan perasaan sebenarnya, perasaan yang sesungguhnya tentang kejadian tersebut.

"Oleh karena itu aku ingin meminta bantuan kepada kalian" Ucapan Riku membuat suasana sekitar berubah menjadi begitu serius, Riku yang biasanya dikenal kurang mengerti dengan hal yang cukup rumit kini mengatakan permintaannya dengan serius tanpa sedikitpun keraguan. "Jadi Nanase, dirimu meminta kami untuk mengawasi keseharian Tenn tanpa dicurigai?" Tanya Gaku disaat Riku sudah menyelesaikan perkataannya, Riku mengangguk. "Sebenarnya aku meminta kalian agar tidak dicurigai adalah bukan karena Tenn-nii yang mencurigai kalian, melainkan 'DarkHeart' yang kini berada didalam tubuh Tenn-nii" Jelas Riku sekali lagi. "Riku-kun benar, sekali kita ketahuan olehnya maka Tenn-kun akan menyerang kita, walaupun kita bisa menandingi kekuatan Tenn-kun sekalipun, kemungkinan terburuknya adalah jiwa Tenn-kun akan semakin tenggelam dalam kegelapan yang diciptakan oleh 'DarkHeart'. Apakah aku benar Riku-kun?" Jelas Yuki panjang lebar, diangguki oleh Riku. "Sementara kalian sibuk mengawasi Tenn-nii, aku akan mencari cara untuk memurnikan jiwa Tenn-nii kembali." Ucapan Riku terlihat serius, maniknya menggambarkan sebuah tekad untuk menyelamatkan kakak kembarnya itu. Semua yang ada disana hanya tersenyum. "Serahkan Tenn pada kami Riku! " Ujar Momo mulai melingkarkan tangannya pada pindah Yuki membuat Yuki hampir terjatuh. "Itu benar", Riku menoleh ke arah Gaku, "aku tidak ingin sebutannya sebagai 'malaikat modern' menjadi 'iblis modern' disini." Ujar Gaku dengan yakin, membuat Yamato tersenyum jahil. "Wah-wah Yaotome, perkataanmu sangatlah menyentuh, mungkin Kujou akan menghajarmu setelah mendengarnya" Ucap Yamato sambil membenarkan kacamatanya. "Aku terima sebagai pujian Nikaido".

"Minna, Arigatou." Riku mengukir senyum kepada kelima temannya tersebut, dan merekapun memulai rencana mereka diesok harinya.

.

.

"Kujou? Apa yang kau lakukan malam-malam begini di luar?" Tanya seseorang bersurai orange yang terlihat baru saja kembali dari pekerjaannya. "Izumi Mitsuki? Kau sudah kembali, dan juga dimana yang lainnya." Tenn merespon pertanyaan Mitsuki dengan dingin membuat Mitsuki merinding di malam itu. "Aa---maksudmu Iori dan Nagi? Mereka harus menginap di Adventure Guild untuk menyampaikan laporan tentang misi kami." Jawab Mitsuki mulai melangkah memasuki halaman rumah dan melangkahkan kakinya di teras rumah dan bersiap membuka pintu. Namun tida-tiba, Tenn sudah didepannya.

"Woah?!! Kujou? Apa-apaan itu?! Kau mengejutkanku--" Ujar Mitsuki terkejut, habisnya Tenn mengejutkannya. Mitsuki perlahan menengok ke arah halaman dimana Tenn berdiri, ia membulatkan matanya disaat ia melihat Tenn yang masih berdiri di sana, lalu siapakah yang ada dihadapannya ini? Tak lama pandangannya memburam dan kesadarannya pun hilang.

.

.

Bersambung...

#Penjelasan 1 "DarkHeart"

'DarkHeart' atau dalam bahasa Indonesia Hati gelap, merupakan sebuah kondisi psikologis yang sulit dijelaskan terhadap seseorang dimana orang tersebut akan rela melindungi orang yang sangat ia sayangi walaupun harus membunuh siapapun yang mendekati dan mencoba melukai orang yang ia sayangi tersebut. Kondisi ini cukup menguntungkan dikeadaan apapun, namun bisa menjadi pisau bermata dua yang siap menyerang kawan dan melukai jiwa dari orang yang menderita kondisi psikologis ini. Kondisi ini bisa dipicu jika orang tersebut melihat orang yang ia sayangi terluka ataupun lebih dekat dengan orang lain selain dirinya seorang. (Di dunia game RPG Story ini tentu saja)

Yah maapkan diriku ini, karena bikin cerita yang cukup ruwet. Jadi aku tambahin '#Penjelasan' diakhir Chapter buat jelasin secara rinci 'hal' yang dibahas dimasing-masing chapter. Biar memudahkan pemahaman misteri/konflik di Story ini. Ehhe---sampai jumpa di chapter berikutnya.

(Maap with typo yang entah ada dimana, diriku males ngecek ulang)

Next Chapter: Chapter 7 : Determination and Jealousy

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro