14. QnA Seputar Kepenulisan Scfi

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

QnA sesi 1

Question: Kak, biasanya kalau aku nulis, walaupun udah menulis dan menetapkan karakter tokoh, aku tetep kehilangan feel dari tokoh tersebut. Misalnya begini, dalam satu cerita aku menceritakan 2 orang di tempat yang berbeda. Nah, awalnya aku menggarap tokoh A, ketika aku beralih ke tokoh B, kadang karakter dari tokoh A terbawa ke tokoh B. Jadi, pembawaan karakter keduanya tampak tidak ada perbedaan, apalagi dari segi bahasa. Nah, kira-kira apakah kakak punya tips supaya aku tidak mudah terpengaruh oleh pembawaan karakter lain?

Answers: Tentang menulis karakter yang berbeda2, tapi terasa sama. Kamu gak sendirian. Ini masalah umum, dan saya juga masih sering kayak gitu. Ada beberapa cara untuk mengatasinya. Pertama, memperkuat karakterisasi tokoh-tokohnya sebelum kita mulai menulis, terutama mengenai latar belakangnya. Dari mana ia berasal, golongan sosial, kebiasaan, keinginan, pemikiran, interest, trauma, rasa takut dll. Semua itu bisa berpengaruh ke sifat, sikap dan gaya bicara, serta narasi. Tambahkan juga hal-hal unik yang bisa membuat dia tampak berbeda dibanding karakter lain. Yang unik biasanya akan lebih berkesan bagi pembaca. Sebelum menulis kita juga perlu banyak melakukan riset dan observasi. Banyak mengamati orang di sekitar kita, atau karakter-karakter yang ada di film. Pelajari gimana mereka berbicara. Kadang kita juga perlu berlatih peran, seperti aktor. Berdiri di depan cermin, kemudian berbicara sesuai profil karakternya. Atau menulis dialog antara tokoh-tokoh yang punya karakter berbeda tentang beberapa hal, walaupun dialog ini nantinya tidak akan muncul di dalam cerita. Setelah itu, saat menulis kita harus konsisten dalam menerapkan sudut pandang (POV) orang pertama atau orang ketiga terbatas. Jika kita menulis dengan menggunakan POV orang ketiga terbatas tokoh A, misalnya, berarti gaya bahasa dalam narasi dan pemikiran yang disampaikan harus sesuai dengan karakter dia. Namun, teori memang selalu lebih mudah daripada praktek. Tak ada jalan pintas. Supaya hasilnya benar-benar pas kita perlu lebih banyak menulis, berbuat kesalahan, lalu memperbaikinya.

Question: Kak, bagaimana cara membuat karakter villain yang mempunyai sisi hitam dan putih' secara bersamaan? Aku ingin menampilkan sisi 'gelap'nya, tapi tidak ingin membuat dia menjadi sepenuhnya 'gelap'. Aku ingin menonjolkan sedikit sisi 'putih'nya dan membuat readers iba terhadap karakter villain ini, misalnya karena masa lalunya atau motivasinya. Karena semua orang jahat berawal dari orang baik yang disakiti (seperti joker) atau orang baik yang melakukan sesuatu dengan dalih 'kebaikan' tetapi ternyata semua hanya demi egonya sendiri (seperti thanos)

Answers: Tentang bagaimana membuat karakter villain. Karakter yang terasa bagus dan multidimensi tentunya gak muncul tiba-tiba dan harus dibangun lewat proses yang panjang dan dilakukan dengan cermat. Seperti di pertanyaan sebelumnya, latar belakang tokohnya harus jelas seperti apa, sehingga pada saat si villain ini tampil, pembaca bisa mengerti alasan kenapa dia bertindak atau melakukan sesuatu. Dia akan tampil seperti tokoh yang nyata dan manusiawi, tidak hanya seperti karakter kartun yang hanya sekadar jahat. Pembaca akan iba karena sebelumnya ada proses panjang yang ditunjukkan oleh penulis, dan bukan hanya sekadar diberitahu di akhir.

Question: Kak, bagaimana cara membuat tokoh-tokoh yang kita buat memiliki character  voice-nya masing-masing?

Answers: Tentang character voice. Hampir sama seperti penjelasan sebelumnya, pertama kita perkuat dulu karakterisasinya, gimana latar belakang dan motivasinya. Tentukan juga tokoh-tokoh itu punya tipe dasar yang kayak gimana, apakah natural leader, follower, disruptor, peacemaker atau antagonis. Bagaimana sifatnya, apakah dia terbuka atau tertutup, pemarah atau tenang, ceria atau cool, dan sebagainya. Tambahkan juga kebiasaan unik yang mungkin ada. Semua ini bisa jadi pembeda saat tokoh-tokoh itu berdialog atau bernarasi.

Question: Kak, bagaimana caranya agar cerita yang kita buat alurnya gak lari kemana-mana. Oh ya, menurut kakak, bagaimana cara menyampaikan pesan di dalam cerita agar mudah ditangkap pembaca? Terima kasih, kak.

Answers: Tentang cerita yang lari ke mana-mana. Kalau tidak ingin ceritanya ke mana-mana, dari awal kita harus membuat premis, plot dan outline yang jelas dari bab pertama sampai bab terakhir. Setelah itu kita konsisten menulis sesuai outline tersebut, dengan menyisakan sedikit ruang kalau kita ingin menambah atau mengurangi isinya. Lalu mengenai pesan cerita, kita mesti paham dulu segmen pembaca yang dituju. Ada yang cocoknya dikasih pesan tersurat, ada yang lebih suka tersirat. Pembaca dewasa umumnya lebih suka pesan yang tersirat dan ditunjukkan oleh adegan atau tindakan, dibanding pesan langsung lewat dialog atau narasi yang kelihatan menggurui. Tinggal sekarang gimana caranya agar yang tersirat itu dipahami pembaca. Ada banyak cara. Tapi kalo dari saya, yang penting gunakan bahasa dan kata yang mudah dipahami, sehingga walau ceritanya mungkin berat, pembaca tetap bisa mengerti dan menangkap maksudnya.

Question: Kak, salah satu kendalaku saat menulis adalah menyeimbangkan antara dialog dan narasi, Kak. Terkadang aku ngerasa kebanyakan dialog, dan gak ada narasi. Pertanyaanku adalah, gimana sih tips menyeimbangkan antara dialog dan narasi pada cerita? Selain itu, aku juga kesulitan dalam menyisipkan pesan dalam setiap bab, kasih tips dong, Kak, supaya bisa menyisipkan pesan tapi agar gak terkesan menggurui, hehe. Terima kasih sebelumnya, Kak.

Answers: Tentang dialog dan narasi yang tidak seimbang. Yang jelas kalau misalnya kamu merasa ada yang gak seimbang antara dialog dan narasi, berarti kemungkinan memang begitu. Trust your feeling. Sama halnya kayak jika kita merasa ada sesuatu yang salah di cerita kita, kita harus periksa. Lalu gimana proporsi dialog dan narasi yang baik? Tidak ada aturan aku. Kalau saya, biasanya punya kecenderungan bikin narasi lebih banyak di awal sampe pertengahan bab, lalu di pertengahan sampai akhir bab biasanya lebih banyak dialog. Narasi di awal biasanya adalah bridging atau jembatan yang menghubungkan bab ini dengan bab sebelumnya. Setelah bridging, cerita bergerak maju lewat narasi dan dialog. Kemudian di akhir ditutup dengan kalimat yang bisa bikin penasaran untuk masuk ke bab berikutnya. Biasanya begitu, walau kadang berbeda polanya. Tentang pesan cerita, seperti di penjelasan sebelumnya, jika tak ingin terkesan menggurui, kita harus tunjukkan lewat adegan dan tindakan tokohnya, secara apa adanya, tanpa ditambahin pesan macam-macam.

QnA sesi 2

Question: Kak, untuk yang menggunakan alur mundur-maju kira-kira apa aja yang perlu disiapkan? Mungkin seperti risetnya harus sedetail apa, keterangan waktunya biar nggk bingungin gimana, gitu kak?

Answers: Tentang alur maju mundur. Sebelum menulis kita perlu membuat kerangka ceritanya terlebih dahulu. Istilahnya plotting. Plot ada dua jenis: Plot Kronologis dan Plot Naratif. Plot Kronologis adalah urut-urutan kejadian yang memiliki hubungan sebab akibat yang disusun secara kronologis dari awal sampai akhir. Misalnya kejadian A berakibat ke B, lalu berakibat ke C, ke D dan seterusnya, disusun berdasarkan urutan waktu yang sebenarnya. Urut-urutan ini harus jelas dulu buat kita sebagai penulis. Namun, apakah kemudian ceritanya harus ditulis sesuai urutan kronologis itu? Tentunya tidak. Kita bisa memulai cerita dari titik mana saja. Misalnya dari kejadian C, lalu ke D, kemudian flashback ke A, lalu ke B. Atau bisa juga kombinasi lain yang lebih rumit, seperti memulai cerita dari D, lalu ke C, lalu ke B, lalu ke A. Plot yang disusun sesuai kebutuhan cerita ini, yang nanti ditunjukkan ke pembaca, adalah yang dimaksud sebagai Plot Naratif. Saya sarankan, sebelum menulis berdasarkan Plot Naratif ini, kamu menyusun lebih dahulu Plot Kronologisnya, supaya sebab akibatnya jelas dan masuk akal. Tentang risetnya, lebih detil akan lebih baik, tapi tidak semuanya nanti perlu disampaikan ke pembaca. Sedangkan keterangan waktunya, bisa ditulis di awal setiap terjadi perpindahan waktu, bisa juga cukup disampaikan di dalam narasi. Yang jelas jangan sampai membingungkan pembaca.

Question: Kak, apakah dalam Sci-fi, segala teknologi yang kita buat di dalam cerita harus dijelaskan secara detail? Apa ada tips khusus agar cerita dengan genre ini bisa dicerna dengan mudah oleh pembaca yang baru mengenal sci-fi?

Answers: Tentang teknologi dalam cerita sci-fi.Tergantung ceritanya, apakah mau masuk kategori Sci-Fi berat atau Sci-Fi ringan. Kita perlu lihat elemen mana yang mungkin akan menarik bagi pembaca yang kita tuju (selain elemen yang memang paling menarik bagi kita sebagai penulis). Apakah detil dari teknologi robot-robotnya, misalnya? Atau interaksi antara si robot dengan manusia di sekitarnya? Atau malah ke kehidupan dan kebudayaannya sebagai akibat dari teknologi itu? Setiap cerita akan punya pendekatan berbeda. Saat melakukan riset dan worldbuilding kita pasti akan kepikiran banyak hal, dan wajar jika kita menuliskan semua yang ingin kita tulis. Namun saat menulis, kita perlu benar-benar selektif, dan tahu mana detil teknologi yang unik dan bisa membuat pembaca tertarik, dan mana yang tidak. Saat memulai cerita, sampaikan detil yang ringan dulu, baru setelah cerita berjalan kita sampaikan lebih banyak detil, yang mungkin lebih berat, jika memang diperlukan.

Question: Hal-hal apa saja yang harus dihindari saat menulis cerita agar pembaca tidak bosan? Tips membuat opening menarik itu apa saja, Kak?
Answers: Tentang pembaca yang bosan. Pembaca menjadi bosan biasanya karena ceritanya terlalu biasa, tidak ada sesuatu yang unik, yang baru atau bikin penasaran. Atau karena penyampaiannya yang monoton dan tidak hidup. Mereka bisa bosan di pertengahan cerita, bisa juga langsung di bab pertama. Untuk membuat cerita yang tidak biasa kita perlu banyak membaca, agar wawasan kita luas. Untuk membuat cerita yang tidak monoton pun kita harus banyak membaca, dan mencari tahu sendiri mana gaya bercerita yang membuat kita bosan dan mana yang tidak. Begitu juga untuk tahu seperti apa opening yang menarik, kita perlu banyak membaca. Kalo kita google ‘best opening lines’, ada banyak sekali contoh-contoh yang bisa kita pelajari, atau kita tiru. Tidak ada tips khusus, selain bahwa semua hal bisa jadi menarik, asalkan ada yang unik di dalamnya, baik dalam hal isinya, ataupun penyampaiannya.

Question:  Kak, dalam penulis pemula yg ingin membuat genre ini pastinya merasa kesulitan kan kak. Karena di dalamnya terdapat alasan2 yg harus disertai ilmiah. Nah, adakah tips untuk penulis pemula ingin membuat genre sci fi, kak? Lalu saat kita membuat sebuah cerita dengan genre sci fi bolehkah kita membuat teori sendiri yg tidak sesuai dengan sains? Terima kasih kak.
Answers: Tentang tips untuk menulis sci-fi. Saya ada tulisan khusus mengenai Worldbuilding di sini yang semoga bisa membantu. Di sana saya menulis tentang elemen-elemen saja yang bisa kita gali saat membuat worldbuilding, termasuk cerita sci-fi, dan juga tips-tipsnya. Tips pertama, tentu saja perbanyak membaca cerita sci fi, lalu amati, tiru, modifikasi, alias ATM. Perhatikan bagaimana cara penulis favorit kita bercerita. Tips kedua, perbanyak riset, sedalam dan seluas mungkin. Ketiga, pilah mana detil yang perlu ditulis dalam cerita dan mana yang tidak. Plot dan karakter tetap harus yang utama dalam cerita, sedangkan sisi saintifiknya hanya sebagai pendukung saja, jangan sampai kebalik. Lalu apakah kamu boleh bikin teori sendiri yang tidak sesuai sains, tentu saja boleh. Tidak ada yang melarang imajinasimu. Namun, agar pembaca nanti tidak bertanya-tanya, kamu harus menjelaskan seperti apa duniamu, seperti apa hukum alam yang ada di sana, yang berpengaruh pada ceritamu.

QnA Sesi 3

Question: Kak, bagaimana cara membangun konflik yang menarik biar kesannya tidak datar. Dan bagaimana cara merangkai 100 kata di awal paragraf yang menarik dan membuat penasaran?

Answers: Tentang membangun konflik. Sederhananya, cara membangun konflik supaya tidak terasa datar, pertama, harus jelas dulu apa tujuan atau keinginan karakternya. Apa tujuan besarnya, apa tujuan-tujuan kecilnya, serta kenapa ia menginginkan hal itu. Artinya jelas, karakterisasinya harus dibangun (atau minimal kita mengerti) dulu sebelum kita mulai menulis. Setelah itu letakkan hambatan-hambatan di depannya. Semakin sulit semakin baik. Kemudian buat tokohnya gagal mengatasi hambatan-hambatan itu. Semakin dia menderita, semakin baik. Kegagalan-kegagalan ini akan membuat konfliknya berkembang, dan menuntut tokohnya untuk berubah, dan mungkin menemukan tujuan baru. Buat tokohnya senantiasa berpikir atau berpendapat atas hal segala di sekelilingnya, dan hadirkan tokoh-tokoh lain yang memiliki pendapat berlawanan. Setiap perbedaan ini akan menghadirkan konflik. Ada banyak cara membuat paragraf pembuka yang menarik. Yang menarik itu seperti apa? Beberapa cirinya adalah: membuat penasaran, langsung menghadirkan hubungan emosional dengan pembaca, menghibur lewat humor, atau menyajikan suatu kejutan. Bentuknya bagaimana? bisa berupa kalimat dialog, adegan aksi, maupun pernyataan atau pemikiran unik dari tokohnya. Hal apa yang bisa disampaikan? Bisa berupa: 1. Konsep atau premis yang menjadi tema utama ceritanya, 2. Detil unik tentang sesuatu yang terpikirkan oleh tokohnya, 3. Mood atau suasana yang akan dihadapi pembaca dalam ceritanya nanti (apakah dark atau ceria, misalnya), dan masih banyak lagi. It’s an art, and it’s not easy. Membuat paragraf pembuka memang tidak gampang. Karenanya kita memang perlu membaca lebih banyak buku dan melihat bagaimana contoh-contoh pembuka yang bagus.

Question: Kak, saya ingin meminta tips dari kakak tentang cara memulai sebuah bab. Apa saja yang perlu diperhatikan saat memulai sebuah bab? Terus apa yang perlu dihindari saat memulai sebuah bab?

Answers: Tentang bagaimana memulai bab. Sebelum ada pertanyaan ini, mungkin kita perlu bertanya lebih dulu. Apakah kita sudah tahu apa yang ingin kita tulis? Apakah benar-benar masih blank, atau sebenarnya sudah tahu, tapi bingung harus memulai dari mana? Jika benar-benar masih blank, ada baiknya susun kerangka terlebih dulu. Jika sebenarnya sudah tahu tapi masih bingung, tulis saja dulu apa pun yang terbayang di kepala. Mulai dengan cara yang paling mudah: lewat narasi adegan aksi, atau dialog. Bisa juga dimulai dengan penyampaian informasi baru yang penting ke pembaca. Apa yang harus dihindari? Yang pasti contohnya adegan-adegan klise yang terlalu biasa, seperti adegan bangun tidur, terus mandi, terus sarapan, terus ke sekolah. Jika tidak ada hal unik yang bisa disampaikan di hal-hal semacam itu, lebih baik jangan dipakai. Langsung saja mulai dengan adegan aksi atau dialog penting.

Question: Kak, aku ngerasa kalau pemilihan kata aku itu-itu aja. Takutnya pembaca merasa bosan. Apa yang harus aku lakukan? Dan juga kasih tips dong kak, cara jabarin sebuah adegan tapi tidak terkesan bertele-tele. Terima kasih.

Answers: Tentang pemilihan kata. Kalau saya sebagai pembaca, saya tidak pernah bermasalah dengan pemilihan kata yang itu-itu saja. Kata-kata yang sederhana tetap bisa terasa indah, jika disampaikan dengan baik dan tidak monoton. Kalau untuk penjabaran adegan, saat sedang menulis saya belum memikirkan apakah itu nanti bertele-tele atau tidak. Kalau buat saya, yang penting semua imajinasi di kepala bisa keluar dulu. Setelah selesai menulis, baru kemudian saya melihat lagi adegannya. Saya baca ulang dari awal, saya coba rasakan mana yang bertele-tele. Buang adegannya jika memang tidak dibutuhkan, dan bikin jadi lebih ringkas. Setiap kata harus ada fungsinya dan mendukung cerita. Kalau tidak ada, buang. Intinya, untuk mencapai tahap di mana cerita tidak bertele-tele, itu ada prosesnya. Kita tidak bisa berharap semua langsung bagus dan tidak bertele-tele saat kita baru menulis.

Question: Kak, apakah penggunaan teknik analogi dan prosa ungu itu baik dalam sebuah narasi?

Answers: Tentang teknik analogi dan prosa ungu. Saya pribadi, sebisa mungkin tidak menggunakan analogi atau kata-kata yang berbunga-bunga dalam narasi, karena saya tidak cocok. Saya lebih suka penyampaian yang lugas. Jikapun memakai analogi, sebisa mungkin tidak klise, dan sesuai dengan pemikiran yang dimiliki tokoh yang menjadi sudut pandang cerita, sehingga terasa unik. Apakah baik atau tidaknya prosa ungu, saya rasa itu tergantung selera. Ada orang yang suka, ada yang tidak.

Question: Halo kak, saya pernah dengar, genre sci-fi agak sulit masuk penerbit jika dibandingkan dengan genre lain. Apa kakak ada tips khusus? Apa yang harus dilakukan author scifi agar karyanya dapat terbit dalam bentuk cetak?

Answers: Tentang sulitnya genre sci-fi masuk penerbit.Ya, itu betul, memang sulit, tapi bukan berarti tidak bisa. Peluang selalu ada, walau kecil. Untuk memperbesar peluang, pertama kita perlu membuat cerita yang memang bagus dalam penulisan, dan juga menarik dan unik dalam hal ceritanya. Kedua, sebagai penulis kita harus tahan banting, dan gak pernah berhenti menyerah untuk terus berkarya, membuat karya baru sambil terus mencari peluang. Dunia penerbitan buku cetak itu pelik, banyak faktor yang berpengaruh, dan tidak bisa kita kendalikan hasilnya. Pada akhirnya menulis fantasi dan sci-fi itu harus benar-benar merupakan passion. Ada kemungkinan hasilnya baru dipetik jauh-jauh hari nanti, kalau kita mau bertahan. Sekarang kita tinggal bertanya pada diri sendiri, apakah mau bertahan?

QnA Sesi 4

Question: Riset seperti apa yang diperlukan untuk membuat genre ini? Apakah ada tips agar genre ini dibuat mudah dibuat dan tidak belibet? Bagaimana caranya supaya kita yang kelihatannya sederhana dulu. Kalau memang ternyata suka dengan genre ini, tinggal mencari cerita lain yang mungkin lebih rumit.dak suka berpikir rumit, lebih menyukai genre ini?

Answers: Tentang Riset, riset perlu dilakukan di apa pun hal dalam ceritamu yang menurutmu penting. Agar mudah dibuat dan tidak belibet, ya berarti mulai dari membuat yang sederhana aja. Jangan langsung berupaya membuat cerita yang rumit. Dari sisi pembaca juga sama, jika memang dasarnya tidak suka berpikir rumit, ya mulai dari mencari cerita yang kelihatannya sederhana dulu. Kalau memang ternyata suka dengan genre ini, tinggal mencari cerita lain yang mungkin lebih rumit.

Question: Saat membuat cerita scifi, apa saja hal-hal dasar yang perlu diperhatikan? Seperti judul, isi, unsur-unsur, outline, dsb apakah semuanya harus berhubungan dengan science? Lalu untuk mereka yang tidak menyukai sains, tapi ingin membuat genre scifi, apa sub genre yang cocok untuk mereka?

Answers: Tentang apa saja yg perlu diperhatikan dalam sci-fi.Saya ada tulisan khusus mengenai World building di sini yang semoga bisa membantu. Di sana saya menulis tentang elemen-elemen saja yang bisa kita gali saat membuat world building, termasuk cerita sci-fi, dan juga tips-tipsnya. Tergantung ceritanya, sci-fi bisa berwujud macam-macam, ada yang berat di sains, ada juga yang ringan-ringan saja. Pada akhirnya yang penting dalam sebuah cerita adalah karakter dan plotnya. Sains adalah pendukungnya. Bagi penulis yang ingin menulis sci fi tapi gak terlalu suka sains, pintu tetap terbuka lebar.Saya juga membuat semacam cerita sci-fi di sini. Yang unsur sainsnya juga ringan-ringan saja.

Question: Hal yang paling utama dalam genre Sci-Fi itu apa sih, kak? Apakah ada cara khusus dalam penyampaian pesan di genre ini? Makasih.

Answers: Tentang yang utama dalam sci-fi. Tentunya harus ada unsur saintifik di dalam ceritanya. Unsur itu bisa cukup besar porsinya dalam cerita, bisa juga kecil. Semuanya sah-sah saja. Pembaca penggemar berat sci-fi akan berharap pesan-pesan yang nanti disampaikan memang benar-benar terkait dengan unsur saintifik itu, bahwa hal itu benar-benar berpengaruh dalam cerita dan bukan hanya sekadar tempelan. Namun penggemar saintifik ringan akan lebih tertarik pada hubungan antar karakternya, dan tidak masalah jika pengaruh sainsnya dalam cerita hanya sedikit.

Question: Kak, kesulitan dari genre ini kebanyakan untuk membuat logis sebuah rancangan yang diinginkan dengan materi yang ada, jika ada sebuah riset yang tidak cocok atau tidak sesuai dengan ekspektasi kita apakah kita bisa membuatnya seolah ada,  jika begitu bagaimana agar tidak terlihat seperti mengada-ngada? Mohon sarannya agar terlihat realistis.

Answers: Tentang yang logis dan realistis.Memang tidak mudah membuat detil dari sebuah teknologi dalam sebuah cerita sci-fi, jika ini yang kamu maksud. Apalagi jika kita tidak punya dasar pengetahuan yang cukup di sana. Namun kita adalah penulis, bukan ilmuwan. Walaupun kita sudah riset segala macam, kita punya keterbatasan. Di sisi lain kita juga punya kelebihan. Yaitu membuat cerita. Daripada coba menjabarkan sesuatu yang sulit ke pembaca (dan belum tentu juga mereka bisa menikmatinya), kita bisa lebih banyak menghadirkan soal interaksi tokohnya, atau apa yang terjadi di dunianya. Selama pembaca bisa menikmati jalan ceritanya, mereka akan mengabaikan kerumitan sainsnya. Contohnya kayak film Terminator. Apakah penonton mikirin soal kerumitan teknologi robotnya, yang dari besi cair bisa berubah langsung menjadi robot? Enggak. Toh penonton tetap kagum dan menikmati.

Question: Halo kak, izin bertanya. Biasanya banyak sekali tulisan genre scifi yang bahsanya berat, bahkan banyak yang bilang bahasanya kadang sukar dimengerti. Nah, untuk penulis pemula seperti kami, apakah ada gaya bahasa sendiri yang mudah untuk ditulis? Karena saya pribadi ketika sedang menulis genre tersebut masih sering sekali menulis dengan berbelit-belit kak. Terima kasih sebelumnya.

Answers: Tentang gaya bahasa. Tidak ada gaya bahasa khusus dalam genre sci-fi. Jika bacanya terasa berat, itu lebih karena materi yang disajikan di dalamnya. Bagi penulis pemula, berusaha saja untuk menggunakan bahasa yang sesederhana mungkin. Fokus saja pada ceritanya. Gunakan bahasa yang mudah dimengerti, gunakan kalimat yang ringkas dan lugas. Mulai dari yang mudah, sebelum mencoba yang susah. Dan ini berlaku di semua genre, tidak hanya sci-fi

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro