Anin dan Jennar

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Nar temenin ke Teknik ya," pinta Anin kepada Jennar.

"Ngapain?"

"Makan siang," jawab Anin sambil nyengir.

"Jauh bener makan disana?" kali ini Jennar bertanya penuh penekanan. "Makan dirumah aja lah."

"Kak Sean ngajakin makan siang bareng."

"Jemput dong kesini, cupu bener gebetan lo."

"Diih banyak omong nih bocah buruan," Anin yang lelah mendengar ocehan Jennar akhirnya menarik tangan sahabat nya itu untuk ikut.

Jennar yang pasrah ditarik Anin hanya tertawa cekikikan, kedua nya berjalan sambil bergandengan tangan. Berteman sejak remaja membuat mereka tak lagi mempunyai rasa malu satu sama lain, Anin yang selalu on point ketika melakukan apa pun berbanding terbalik dengan Jennar yang terperinci dari A sampai Z semua harus ada ditempat nya.

"Nar lo harus bahagia ya Nar janji sama gue," ucap Anin tiba tiba, Jennar yang berjalan disamping Gadis tinggi itu menoleh dan menaikan alis nya tinggi tinggi tanda bertanya.

"Sakit lo."

"Gue serius."

Jennar yang bingung lantas mengangkat tangan nya memeriksa dahi Anin untuk mengecek apakah teman nya itu baik baik saja. "Lo lagi ninggalin wasiat ya?"

"Ada atau tanpa gue lo harus bahagia," cetus Anin sambil menyingkirkan tangan Jennar yang masih meraba dahi nya.

"Masih ada Joy kok kalau gak ada lo," Jennar menjawab dengan cekikikan.

"Gue serius, gue sama Joy gak mungkin selama nya ada sama lo."

"Iyee ribet banget lo baru juga ketemuan sama si Setan setan itu udah mau ninggalin wasiat aja."

"Sean anjir gue gampar juga lu," kesal Anin kepada Jennar. "Lo gak ada yang digebet gitu?"

"Gak ada tapi, yang deketin gue banyak."

"Sok cantik lo kampret," kali ini Anin menoyor Jennar sadis yang ditoyor malah ngakak tak karuan.

"Hai Jane." sapa Richi sang Pangeran fakultas dengan wajah sumringah.

Anin dan Jennar yang sedari tadi cengengesan dan asik dengan dunia mereka sendiri tak sadar kalau sedari tadi sosok Richi sudah mengikuti langkah kedua Gadis itu. Keduanya terdiam saling melirik dengan alis terangkat tinggi.

"Ooh hai Richi," balas Jennar terbata.

"Mau apa lo?" kali ini Anin maju berdiri dihadapan Jennar.

"Santai Nin, gue cuma mau nyapa Jane aja."

"Jangan pernah deketin temen gue apalagi Jane gak ada cerita nya ya gue tau lo mau modusin Jane, kenapa kehabisan cewek lo!!" maki Anin dengan sekali nafas. Jennar yang berada dibelakang Anin hanya menganga takjub mendengar gaya bicara Anin.

"Gue tau lo masih gamon sama gue tapi lo gak punya hak buat ngelarang gue buat deket sama Jane kan?" ucap Richi terkekeh.

Anin yang mendengarnya tertawa sinis. "Pede banget lo njing hahaha gue masih gamon sama lo?hello yang ada gue nyesel kenalan sama lo."

"Udah Nin udah jangan ngamuk disini lo," Jennar yang merasa kalau Anin sudah tak main-main langsung menengahi. "Udah ya Richi lo udah nyapa gue kan jadi kita jalan dulu ya." Dengan cepat Jennar menarik tangan Anin meninggalkan Richi yang masih tersenyum kaku ditempat.


"Lo jangan pernah sampe ke bujuk sama si setan ya Nar," tunjuk Anin ke wajah Jennar. "Lo yang gue hajar." Jennar yang mendapat ancaman dari Anin hanya mengulum senyum merasa bahagia mendapat perhatian dari seorang Anindhia si maung dari Fakultas Kedokteran.

Tidak ada yang bisa mengenal Anin lebih baik dari Jennar, dari luar Anin adalah sosok cantik yang luar biasa otak encer dengan segudang prestasi tapi ketika harga diri nya atau Jennar yang sudah dianggap nya sebagai separuh hidupnya direndahkan maka wujud cantik itu akan berubah kasar tanpa ampun dan ganas.

••••

"Lo berdua masih lama gak sih tatap-tatapannya?gue laper," kesal Jennar yang sedari tadi melihat pemandangan ngeri dari dua mahluk dihadapan nya ini yang masih betah bertatapan.

Sean yang agak sedikit kaget dengan celetukan Jennar langsung menundukan kepala nya malu, Anin langsung menyerang Jennar dengan tatapan tajam mata nya.

"Yaudah pesen aja sana gue samain aja," ucap Anin mengusir Jennar yang mulai tak betah.

"Sini dompet lo," pinta Jennar kepada Anin. "Kak Sean mau pesen apa biar sekalian."


"Samain aja Jane," jawab Sean agak canggung sambil menyerahkan satu lembar uang seratus ribuan. Jennar yang sudah mendapat persetujuan langsung melenggang pergi meninggalkan dua mahluk yang sedari tadi menjadi bisu dan saling tersenyum satu sama lain tersebut.

"Maafin Jennar ya kak dia emang resek kalo laper."

"Jennar?"

"Jane maksud gue kak."

"Deket banget ya lo berdua seneng lihat nya, gak pernah berantem ya."

"Pernah lah tapi ya gitu ujung ujung nya pasti saling merasa bersalah, gak bisa lama."

Sean yang mendapat jawaban tulus dari Gadis cantik dihadapan nya ini pun tersenyum penuh.


Jennar masih berdiri mengantri pesanan ayam geprek ketika seseorang menepuk pundak nya yang membuat gadis itu sedikit terlonjak kaget, Jennar berbalik dan mendapati Raga dengan muka datar yang juga ikut mengantri dibelakangnya.

"Pesen makan aja pakek ngelamun lo."

"Suka suka gue la resek lo," maki Jennar sedikit kesal.

"Sendirian?" tanya Raga penasaran pasalnya jarak FK ke FT lumayan jauh dan Jennar bukan lah orang yang repot kalau urusan makan, nasi dikasih garam aja abis sama Jennar dan setahu Raga kantin FK adalah salah satu penyediah menu terbaik di Universitas ini.

"Tu nemenin temen lu ketemuan sama si setan," jawab Jennar sambil menunjuk ke arah Anin dan Sean yang sedang asik ngobrol berdua.

"Sean Nar kualat lo."

"Bodo amat."

Raga yang melihat kelakuan teman kos sekaligus yang punya kosan nya ini hanya geleng-geleng kepala, tanpa sengaja netra cowok tampan itu melihat pemandangan lain di sudut kantin yang mulai sedikit sepi.

"Nar. Bang Ibas lo tu," tunjuk Raga kepada Jennar yang mengalihkan pandangan nya sesaat.

"Anjir sama siapa tuh?" Jennar yang penasaran sedikit berjinjit untuk melihat lawan bicara Ibas yang memang membelakangi mereka saat ini. "Samperin yuk Ga?" pinta Jennar kepada Raga yang dimintai langsung menggeleng dengan cepat.

"Pesanan lo noh buruan__" Belum selesai Raga berbicara Jennar sudah ngacir duluan menuju meja Ibas. "Heran nggak ada yang bener isi kosan aneh semua nya," rutuk Raga kesal dengan sedikit ocehan laki laki itu membawa pesanan Jennar tadi kemeja Anin.

"Bang Ibas."

"Lah Jennar?" Ibas yang kaget mengangkat kedua alis nya tinggi tinggi karena tak menyangka bisa bertemu adik kosan nya itu disini. "Ngapain disini?"

"Makan siang lah," jawab Jennar acuh sementara mata nya menangkap sosok cantik yang sedari tadi duduk anggun dihadapan Ibas.

Ibas yang mengerti arti pandangan Jennar sedikit tersenyum Jennar yang terkenal gak neko neko itu ternyata bisa sekepo ini. "Kenalin Nar Donna, temen abang." Donna yang sedari tadi memang menunggu untuk diperkenalkan terhenyak dari kegiatan nya.

"Jane," sapa Jennar kearah Donna yang menyambut uluran tangan gadis cantik dihadapan nya itu.

"Jane? anak FK?" selidik Donna yang memandang lurus Jennar yang sudah duduk dihadapan nya.

"Iya," jawab Jennar singkat.

"Tau lah siapa coba yang gak kenal kamu, primadona FK waah saya beruntung banget bisa ketemu kamu disini."

"Waduuuh," Jennar sedikit kaget dengan pernyataan Donna barusan perasaan Jennar dia biasa biasa saja malah tak pernah tau dengan anggapan sang primadona itu.

"Kamu kan punya fansclub Jane, kamu gak tau ya?Saya boleh gak foto sama kamu? mau saya pasang di snap biar anak anak lain bisa lihat," pinta Donna sedikit memohon.

Jennar yang mendengar nya malah tersenyum kaku melirik Ibas yang sudah menahan tawa nya sedari tadi, niat Jennar ingin menggoda Ibas karena tertangkap basah makan siang bersama teman cewek nya tapi sekarang malah dia sendiri yang kewalahan.

"Si anjir dicariin juga ngapain lo disini," Anin yang baru saja datang menatap Jennar heran.

"Nin ayok cabut gue mules nih udah selesai lo pacaran nya," pinta Jennar memelas mata gadis itu memohon dengan sangat kepada Anin.

"Udah ayo pulang, makanan lo gue bungkus makan dirumah aja lo."

"Iye buruuuan," tanpa basa basi Jennar menarik tangan Anin untuk menjauhi meja Ibas tadi. "Bang Ibas duluan ya Kak Donna duluan ya."

"Yaa... udah mau balik ya Jane padahal fans fans kamu baru mau jalan kesini lo, gak mau ketemu mereka dulu?"

Anin yang mendengar celotehan Gadis yang sedari tadi duduk dihadapan Jennar sedikit menganga tak percaya fans Jennar kata nya. "Buset Nar, seriusan lo?" pecah lah tawa Anin yang kemudian di ikutin hantaman keras pada rusuk nya. "Pantes saja minta buru buru pulang."

"Maaf ya kak Donna lain kali aja ya," dengan cepat Jennar menarik Anin untuk keluar dari area kantin.


Kebetulan mobil gadis itu diparkir tak jauh dari pintu masuk kantin yang membuat Jennar tak harus menundukan kepala nya lama lama, pasal nya dari ujung lorong Fakultas sebelah kiri Jennar melihat gerombolan beberapa orang pria menuju kantin yang Jennar tebak adalah bagian dari fansclub nya.


••••

"Hahahhahaha si senggol bacok punya fansclub lo?" Joy yang mendengar cerita dari Anin tentang kejadian dikantin FT tadi ngakak sepuas puasnya.

"Si Anin gue bacok juga tu anak."

"Itu yang bikin club kek begitu pada buta kali Nar mata sama hati nya," lanjut Joy menambahi keduanya sedang berada di ruang tv menunggu acara kesukaan mereka yang akan tayang lima belas menit lagi.

"Sialan," maki Jennar kasar yang dimaki malah makin ngakak gak karuan. "Ada aja ya kelakuan manusia, heran."

"Coba lu cek Nar jangan jangan temen nya Bang Ibas tadi ketua club nya," sela Joy sambil tertawa menahan perutnya.

"Gak ada yang lucu ya setan," maki Jennar sambil memukul Joy dengan bantal yang sedari tadi dipeluknya.

Dari arah dapur Sega datang dengan dua gelas kopi susu ditangan nya lalu duduk tepat dihadapan Joy membelakangi gadis itu yang memang bersama Jennar sedari tadi duduk diatas sofa. Jennar mengernyitkan dahi nya menoleh ke arah Joy yang disambut dengan senyum pasta gigi oleh gadis itu.

"Jangan ngadi ngadi ya lo berdua?"

"Kenapa?" tanya Sega sedikit heran kemudian menyerahkan satu gelas kopi susu nya kepada Joy.


"Sejak kapan lo berdua ada kemajuan begini? lagian lo Sega kok bisa sih?" tanya Jennar heran kepada Sega pasal nya pemuda tampan tersebut bukan lah bagian dari pria-pria macam Amir.


"Lo nya asik sendiri jadi gak pernah perhatian lagi ke gue," maki Joy sambil menoyor Jennar yang masih diam tak percaya.

"Tau aah pusing gue, banyak orang aneh di dunia ini termasuk isi kosan gue," teriak Jennar binggung kemudian tanpa permisi gadis itu beranjak meninggalkan kedua teman kosan nya menuju kelantai atas kamar nya. Joy yang menyaksikan tingkah Jennar malah tertawa cekikikan puas mengerjai salah satu sahabatnya itu.

"Thanks ya Joy," Sega yang sedari tadi diam tersenyum simpul menyaksikan kepergian Jennar.

"Sama sama Ga," ucap Joy pelan dengan senyum dipaksakan. "Buat bantu lo bikin Jennar sadar dengan apa yang udah lo tunjukin emang gak mudah tu anak emang terlalu cuek sampe gak paham kalau ada orang yang suka sama dia, kadang gue sama Anin sampe bingung loh seriusan."

Sega kembali tersenyum kali ini mengacak rambut Joy pelan, Joy bengong kemudian kembali tersenyum lebar.

"Please lah hati gue yang ambyar njir," umpat Joy dibalik senyum lebarnya.

••••

Anin yang sedari tadi menahan kantuk karena sedang sibuk dengan jurnalnya sedikit membulatkan mata begitu mendengar suara Jennar yang dengan brutal menggedor pintu kamarnya.

"Apa sih Nar? sumpah ya ini tu udah malem jangan sampe lo gue gebukin."


Jennar yang masih berdiri di depan pintu terdiam dengan bibir yang sedikit manyun mata gadis itu bahkan memerah menahan air mata nya.

"Sakit," rengek Jennar kepada Anin. Anin yang melihat hal tersebut paham dan tanpa basa basi menarik Jennar ke pelukan nya.

"Jangan ditahan," bujuk Anin sambil mengusap kepala Jennar.


"Hati nya sakit," kali ini tangis Jennar pecah gadis itu menangis kejar di pelukan Anin.

"Sssttt udah-udah, tidur sama gue ya biar hati nya gak sakit lagi," ucap Anin pelan yang kemudian dijawab dengan anggukan oleh Jennar tanda setuju. Lalu dengan pelan Anin menutup pintu dan membawa Jennar ketempat tidurnya agar gadis itu merasa aman.

Satu yang tak pernah orang lain tau sisi lain dari Jennar gadis itu sebenarnya rapuh kejadian dimasa lalu dan luka hati nya yang mendalam membuat Jennar membentengi dirinya sendiri sebisa mungkin Anin akan menjaga teman nya itu, ketika Jennar mulai cemas maka hal seperti ini akan terjadi mendatangi Anin kemudian merengek menangis tersedu, Anin hanya bisa menenangkan dan menemani gadis itu sampai semua nya kembali normal.


Jennar kecil tanpa sengaja berada di dalam situasi yang salah umurnya enam tahun saat itu, Ayah dan Ibu nya berselingkuh dan saling menuduh dihadapan nya keributan besar terjadi, sampai sang Ayah menarik pelatuk hitam yang menghantam sang Ibu yang tewas seketika, Jennar yang saat itu berada di gendongan sang Ibu pun tak terelakkan serpihan peluru menghantam tangan dan perut gadis kecil tersebut, Jennar terpental jatuh menghantam lantai tepat disebelah jasad Ibu nya gadis kecil itu meraung menahan sakit tak sampai disitu dengan kedua mata polos nya pula dia menyaksikan bagaimana sang Ayah menghabisi dirinya sendiri.


"Loh harus bahagia Nar, please," mohon Anin kepada Jennar yang sudah terlelap dalam tidur nya sisa air mata masih menempel diujung bulu mata lentik gadis itu. "Please gue gak bisa liat lo gini terus, suatu saat lo harus dan pasti bahagia Cay lo harus janji sama gue." Anin menghembuskan nafas nya pelan dielus nya rambut sahabat nya itu lembut lalu mulai menyusul Jennar si gadis cantik bermata indah yang selalu membuatnya terpesona itu ke alam mimpi.

"Good nite Nar, gue pasti selalu ada disisi lo."



••••👯👯👯👯👯••••

Joshua svt as Richi

Sehun Exo as Sean

kemarin sebenernya pengen masukin cerita tentang Alana tapi kok ngerasa aneh sama penulisan sendiri huhuhu jadi lah satu bab dihapus dan revisi ulang,kadang kehilangan ide ditengah jalan itu luar biasa menyiksa loh rencana pengen update mas malem mingguan malah molor 2 hari🤦🤦

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro