GALAU NYA ANIN

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Tuhan, sama yang sekarang pengen nya sampe pelaminan.

-Raga Perwira Bumi

•••••

"Kenapa lu?"

Joy baru saja turun dari lantai atas dan mendapati Anin sedang duduk sendirian di meja makan, dengan dagu ditopang tangan serta pandangan tertuju kearah benda hitam pipih diatas meja, gadis itu melamun.

Tak ada jawaban sampai akhirnya Joy memutuskan untuk duduk disamping gadis macan itu.

"Hoii, pagi-pagi ngelamun aja lu."

Anin menoleh dengan wajah lesu, kantung mata gadis itu tampak jelas. Joy menggaruk kepala nya canggung tak biasa nya mendapatkan Anin dalam keadaan 'aneh' seperti hari ini.

"Jennar mana?" lanjut Joy kembali.

"Cari sarapan."

"Gak ikut lo? tumben?" tanya Joy penasaran, "Biasanya nempel kek sumpit."

"Dia udah jadi sendok sekarang, udah ketemu sama garpu nya."

Joy mengernyitkan dahi nya mendengar jawaban ngawur Anin. "Jadi lo aneh pagi ini gara-gara Jennar gak mau jadi sumpit lagi barengan lo?"

Anin menoleh dengan bengis siap ngamuk, "Banyak tanya gue kepang juga mulut lo."

Joy yang mendengarnya malah tertawa cekikikan tak karuan. "Sensi lu kambing, kek emak-emak menepouse."

"Musnah lo sana."

"Eh,Nin... itu serius Raga sama Jennar?"

"Emang kenapa?" kali ini Anin menoleh dengan tatapan curiga.

"Ya gak kenapa-kenapa sih, cocok malah heheh."

"Terus?"

"Kok terus?"

"Kalimat lu ngegantung kampret," maki Anin kesal.

"Ya terus gimana nasib gue yang jadi cupid ini? masa tugas pertama langsung gagal, gak lucu banget!!"

Anin menaikan sebelah alisnya diikuti dengan tarikan dari ujung bibir gadis itu. "Heh!!! belum berenti juga lu ya, mau gue geplak lo."

Joy mencebikkan bibir nya kemudian nyengir menampilkan deretan gigi rapih nya.

Dari arah depan Sega datang dengan mata masih terkantuk-kantuk bahkan beberapa kali pemuda itu menguap sembari berjalan, sesampai nya di meja makan pemuda berkacamata bulat itu langsung menyeduh teh.

"Selamat pagi."

Sapa pemuda itu kemudian, setelah di dapatinya dua gadis cantik yang tiba-tiba menghentikan obrolan nya begitu dia datang. Sega menoleh kearah kedua nya, alis pemuda itu meninggi ketika mendapatkan Anin yang sudah cemberut tak karuan dan Joy yang nyengir disebelahnya.

"Pada kenapa?" tanya Sega heran.

"Baru bangun tidur ya? udah sarapan?" sambar Joy cepat penuh antusias.

"Belum kan baru bangun," ucap Sega bingung.

Joy kembali nyengir mendengar jawaban Sega barusan, "Makanya cari pacar dong biar ada yang bangunin."

"Kolerasi nya dimana?" tanya Sega yang sudah duduk dihadapan Anin dengan dahi terlipat. "Dia kenapa?" tunjuk Sega dengan dagunya kearah Anin.

Joy hanya mengangkat bahu nya tak mengerti kenapa sang maung pagi ini terlihat aneh. "Lo tuh tidur malem terus loh Ga, gak baik buat kesehatan lo."

"Gak tiap malem kok Joy."

"Makanya buru cari pacar deh biar ada yang ngingetin."

"Alarm hp kan ada," tangkas pemuda itu sambil menyerup teh hangat nya.

"Dih, gak asik banget lo gak bisa bales-balesan anjir."


Sega tertawa ngakak mendengar makian Joy, Gadis periang ini selalu bisa menjadi moodboster dikosan mereka. "Ya, mau gimana yang di deketin semakin menjauh, gue bisa apa hahaha," tawa pemuda itu canggung.

Anin memutar bola mata nya jengah, berada di antara obrolan aneh Joy dan Sega membuat otak nya terbakar, entah lah sehabis kejadian salah paham dengan Sean kemarin Anin menjadi aneh seperti salah tingkah sendiri merengut sendiri bahkan sedari pagi tak berpindah duduk.

"Di gas lah anjir!!! lo diem aja mana tau Jennar lo suka sama dia, lagian nih ya Sega gue bilangin. Lo minta tolong Joy buat nolongin lo sementara lo tau Joy suka lo banget!! perasaan lo dimana sih gue tanya?? bego ya lo, sama lo juga Joy goblok lo berdua!!" teriak Anin dengan tangan terlipat di dada.

Joy dan Sega terdiam dengan wajah terkejut, tak menyangka obrolan aneh mereka tentang alarm hp bisa membuat Anin naik pitam.

Plak!!

satu tamparan keras mendarat ditangan Anin.

"Sakit anjir!!!"

"Lo kenapa sih hah?" seru Joy kesal. "Ada masalah apa sih lo!!"

"Apa??" timpal Anin tak mau kalah, "Denger ya Ga temen deket gue cuma mereka berdua kalo dua-dua nya ampe ribut, lo abis sama gua!!"

"Sabar Nin, sabar."

Akhirnya Sega buka suara setelah melihat kedua gadis cantik itu beradu mulut.

"Lagian ya lo," tunjuk Anin dengan jari nya kepada Sega. "Lu tuh cowok ya Sega Arlion tunjukin dong, gila aja lo. Noh liat si Raga ngegas deketin Jennar!!"

"Raga?" tanya Sega penasaran takut salah mendengar.

"Iya RAGA temen kosan lu, lu masih sibuk ngurusin cara ngedeketin Jennar gimana sementara Raga udah ngegas jauh-jauh hari, enak kan dengernya?" tanya Anin dengan songong bahkan gadis tinggi itu sudah berdiri dari duduknya.

"Woiiii woiii pada kenapa sih?? astaga Anin Joy!!?" panggil Ibas sang kakak yang rupa nya sudah sedari tadi mendengar keributan dari teras rumah. "Suara lo gede banget Nin sampe depan rumah, gak malu lo pada,hah?!"

"Sorry Bang," ucap Sega tak enak hati.

"Nin?" ujar Ibas menoleh ke gadis macan itu. "Lo kenapa? gak biasa nya lo emosian begini."

Kali ini Ibas menarik tangan Anin agar menghadap diri nya, gadis itu hanya menunduk merengut mencebikkan bibirnya menahan sesuatu yang akan segera keluar dari kelopak mata nya.

"Hei," tanya Ibas pelan.

"Kesel sama Sega, kesel juga sama Joy sama Jennar juga!!! goblok semua!"

"Si setan!" ucap Joy tak terima.

"Joy," cegah Ibas dengan aura kakak nya. "Mereka ngapain Anin?"

"Joy goblok mau aja comblangin Sega ke Jennar padahal dia suka pake banget ke Sega, Jennar juga biasa nya kemana mana sama gue ini gak ada basa basi mau ngajakin cari sarapan, hiks."

Ibas terkejut kemudian menarik Anin lalu mendekap adik nya itu agar tenang, baru kali ini Ibas melihat Anin menangis seperti ini. Gadis tangguh dengan harga diri setinggi langit itu menangis pagi ini dengan alasan tak masuk akal menurut Ibas, kerapuhan dibalik garangnya yang selama ini tersimpan akhirnya tandas juga.

Anin menangis sesegukan semakin kencang bahkan air mata gadis cantik itu sudah membasahi kaos putih Ibas. Joy diam memandang dengan wajah mewek nya tak menyangka akan berakhir seperti ini, tak pernah tampak bersedih nyata nya hari ini, pagi ini Joy menyaksikan sendiri sang maung dengan emosi tinggi itu runtuh.

"Udah berapa lama gak pulang?" tanya Ibas sambil mengelus punggung gadis itu. Pasal nya Ibas sudah lama tak melihat Anin pamit untuk pulang kerumah.

"Jangan dita-tanyain begitu," jawab Anin dengan suara tersendat.

"Ada masalah apa cerita ke Abang, hmm?"

"Sean, kemarin liat Anin sama Item di indomaret hiks, dikira pacaran terus dia marah Bang, biasa nya tiap pagi selalu telpon walupun gak Anin angkat, hiks."

Sega hanya berdehem mau tertawa tak enak dengan Ibas, Joy yang sedari tadi diam hanya mengangga mendengar penjelasan Anin ingin mengumpat karena dijadikan pelampiasan sahabat nya itu tetapi terlalu takut dengan tatapan mata Ibas.

"Lo bilang gak suka sama Sean, astaga Anin."

Alana yang berdiri dibelakang Ibas sedari tadi akhirnya angkat suara, kesal sendiri.

"Udah-udah," lerai Ibas akhirnya.

Anin menarik dirinya kembali dari pelukan Ibas dengan menyeka air mata nya gadis itu tersenyum kaku. "Anin aneh ya Bang."

Ibas tersenyum simpul menanggapi ucapan canggung Anin. "Gak ada yang aneh kok, jatuh cinta memang semenarik itu loh Nin."

"Makanya kalo suka ya digas jangan ngehindar, salah paham kan akhirnya lo yang di jauhin," kelakar Alana sambil menggelengkan kepalanya.

"Al," ujar Ibas sambil menoleh kearah gadis itu.

"Iya, maaf."

"Yaudah Nin, mandi sana gak enak liat nya lu juga Joy. Hari ini pada dirumah semua kan?"

Ketiga nya mengangguk serempak sebagai jawaban.

"Entar malem kita ke Doublyu, Abang yang teraktir. Kasih tau semua nya."

"Serius Bang? gak ngeprank kan?" tanya Joy penasaran.

"Jangan ngukur orang sama kek elu," jawab Alana dengan mata membesar.

"Dih sensi, belum juga jadi binik," ejek Joyi kemudian menarik tangan Anin dan berlalu dari ruang makan untuk naik keatas.

"Kamu juga mandi sana," perintah Ibas kepada Alana.

"Udah mandi keles."

"Eh iya lupa kan tadi mandi berdua," goda Ibas tak tahu malu.

"BANG IBAS!!!" teriak Alana dan Sega bersamaan sementara pemuda tampan itu hanya tertawa ngakak.




"Nin," tegur Jennar pelan.

Anin yang ditegur sedang asik menusuk-nusuk chiken pop nya yang sudah tak berbentuk lagi karena sudah sedari tadi jadi tempat pelampiasannya, gadis itu menoleh kepada Jennar dengan alis terangkat tanda bertanya.

Malam ini sesuai janji Ibas tadi pagi, bersembilan mereka minus Sega yang banyak tugas katanya makan di Doublyu, kafe kekinian di depan kampus yang menjadi tongkrongan favorit mahasiswa.

"Itu dimakan ngapain lu tusuk-tusuk gitu, kasian tau ayam nya udah disembelih jadi makanan masih aja ditusuk," oceh Jennar panjang lebar.

"Paan sih, lagi gak mau ketawa gue."

"Lu kalo galau ngeri ya mbak," kali ini Belli yang duduk disebelah Jennar ikut menimpali.

"Masih galau mbak?" Amir ikut menimpali, "jelasin dong, cemen katanya maung."

"Ck, gue bakar juga si Item lama-lama," imbuh Anin kesal yang kemudian disusul tawa cengengesan anak-anak kosan.

"Anin, Jennar mau nambah pesen aja ya dek," ucap Ibas yang duduk diujung meja bersama Alana disebelah nya.


"Jennar udahan ah Bang, tapi kalo ke indomaret mah hayuk," ujar gadis itu dengan alis di naik turunkan.


Anin mengangkat kepala nya menoyor Jennar dengan sadis, entah apa isi perut gadis itu barusan saja dia makan spageti plus kornet ditambah roti bakar coklat kacang dan segelas besar thai tea dan semua sudah habis dari lima menit yang lalu.

"Perut lu ada lemari nya ya mbak, banyak bener makan buset," ejek Uman yang duduk tak jauh dari Amir.

"Sirik aja si bibir, lu kalo diajak juga pasti mau ke indomaret," jawab Jennar dengan seenaknya.

"Raga harus kerja extra ya Nar buat makan lo," Alana menimpali yang diikuti cekikikan teman-teman kosan nya.

Sementara Raga hanya tersenyum dengan pandangan teduh nya, pemuda tampan itu memilih diam sedari tadi karena tak mau jadi bahan ejekan anak-anak yang bisa membuat dia dan Jennar canggung nanti.

"Pengen bunuh mbak Al ya Allah," umpat Jennar dengan lirikan tajam nya.

"Kalo Jennar ke indomaret, gue juga mau Bang," sela Joy menawarkan diri.

"Belli juga."

"Gue juga Bang," Amir ikut-ikutan.

"Ckckckck, kuras teros dikata Bang Ibas tabungan kali!!" terang Alana kesal.

"Lebay, belum juga jadi binik."

Uman menjawab dengan tawa setan nya yang kemudian mendapat geplakan dari Anin.

"Rame bener nih meja sumpah buat malu," kata Anin menggerutu tak jelas. "Gue gak ikut Bang ke indomaret mau langsung pulang mau tidur."

"Yakin Nin?" tanya Ibas bingung.

"Hmm."

"Yaudha kalo gitu selesai ini tunggu Abang di indomaret."

Yang kemudian mendapat acungan jempol dari semua adik-adik nya minus Raga yang hanya tersenyum kikuk, mulai pusing memikirkan ucapan Alana tadi jika nanti bersama Jennar dia harus benar-benar mencari kerja yang bagus agar bisa membahagiakan gadis cantik itu.


"Nin, arah jam 12 buru," perintah Joy dengan mata membulat.

Anin menoleh bersama anak kosan yang lain, pandangan mereka tertuju kearah pintu masuk kafe kebetulan mereka memang duduk dibagian meja luar kafe yang lebih luas sehingga bisa melihat seluruh isi kafe dari luar.

Anin menyipitkan mata nya penasaran begitu pun Jennar. Setelah dirasa mengenali siapa yang dimaksud Joy, Jennar hanya melebarkan mata nya kemudian menoleh ke arah Anin yang sudah memasang wajah datar.

Dari tempat mereka duduk tampak jelas Sean datang bersama dua teman nya dan satu gadis cantik putih mulus dengan rambut abu-abu monyet.

"Itu yang ketemu di indomaret kemaren kan mbak?" tanya Amir coba mengingat-ngingat.

Anin mengumpat dalam hati menyesali diri kenapa repot-repot nangis ngegalauin si setan, "Jangan ada yang ketawa, gue rebus lu semua."

"Dih, apaan si lo," kata Jenar kesal lalu menoleh kepada Raga. "Lo kenal Ga?"

Raga memiringkan kepala nya mencoba melihat kearah dalam kafe kemudian menggelengkan kepala tanda tak tau.

"Ugh, pedih nya dari semalem ngegalauin lah yang dipikirin udah punya gandengan baru," ucap Uman dramatis.


Sementara yang lain sudah tertawa cekikikan,Anin hanya menggerutu sendirian.

"Sabar ya mbak, sama Amir aja udah sikat," kata Belli sambil cekikikan mengejek.

"Sorry gue gak terima barang rekturan," umpat Amir sok ganteng yang kemudian mendapat jambakan hebat dari Anin.

Pria muda itu menjerit melengking menahan sakit berdenyut dari kepala nya akibat serangan brutal Anin sehingga menarik perhatian pengunjung kafe yang lain, termasuk Sean yang kebetulan lewat disisi meja mereka.


"Bang," sapa Raga dengan senyum simpul.

Sean hanya membalas dengan anggukan dan senyum sekilas, netra nya masih mengawasi Anin yang masih menarik rambut Amir dengan ganas kemudian berlalu karena nyata nya gadis itu sibuk sendiri sehingga tak menyadari kehadiran diri nya yang memang sengaja memilih berjalan disisi meja Anin.

'Kangen' kalau kata hati Sean sedari kemarin malahan tapi setelah mendapatkan pemandangan yang tak mengenakan mata dan hati nya pemuda tampan itu menyesali keputusannya untuk mengiyakan ajakan teman-teman nya ke Doublyu malam ini.

"Sakit mbak Anin ya Allah kepala gue," rengek Amir sambil memegang kepala nya.

"Lo ngapain si anjir," tanya Jennar sewot yamg kemudian menarik tangan Anin dari kepala Amir.

"Tadi bilang malu-maluin malah dia yang bikin malu," ejek Joy cekikikan.

"Padahal tadi Sean liat kesini loh mbak," ujar Belli geli sendiri mengingat raut wajah aneh Sean tadi untung cakep pikirnya.

"Bodo amat gak perduli, buruan cabut dah," ajak Anin sambil berdiri menyusul Ibas dan Alana yang sedang membayar makanan mereka.

"Kesambet cinta segitiga ckckck pedih pake banget," ejek Joyi sengaja.


"Jangan sampe lu yang gue jambak ya Joy!! Bang Ibas, Anin ikut ke indomaret mau borong!!" ujar Anin ketika sampai di depan kasir.

"Kenapa lu ngegas ke Bang Ibas sih? heran." tanya Joyi bingung.

Kemudian disambut tawa ngakak anak-anak yang lain, Ibas dan Alana hanya menggelengkan kepala nya tak heran lagi.

Sementara itu, Jennar dan Raga yang berjalan beriringan dari meja mereka tadi hanya melihat kelakuan Anin dengan kening berkerut.

"Ke indomaret nya barengan gue ya Nar?" tawar Raga mantap.

Jennar menoleh dengan mata membulat, "Terus Anin gimana?"

"Nar, buruan. Pacaran mulu heran!!"

"Bawel anjir!! gue sama Raga lu ikut Amir sana!!" jawab Jennar dengan lantang yang kemudian di ekori suara ejekan dan tawa setan Amir dan Uman yang membuat malu, untung sudah diparkiran pikir mereka kompak.

"Sialan," oceh Anin kemudian memasuki mobil Ibas.

"Bang Raga, jangan pura-pura lupa jalan pulang ya," suara lantang Amir.

"Kampret Amir gue gibeng lu ya!!"

"Udah-udah, pulang kita pulang," usir Ibas kepada Amir dan Uman yang masih berdiri di depan mobil masih betah mengolok olok Jennar dan Raga yang sudah duduk manis diatas motor nya.

"Baek baek lu Ga, anak orang," teriak Joyi dari dalam mobil.

"Bang Raga, Mbak Jennar fighting," ujar Belli yang melambaikan tangan nya dari balik mobil.

"Astaga bikin malu, dikira gue mau perang kali aah!! gak jelas banget."


Tanpa Jennar sadari bahwa Raga sudah tersenyum lebar sekali dibalik helm nya lantaran pelukan dari Jennar dipinggang pemuda tampan itu sedari tadi.

❤️❤️🤸🤸🤸❤️❤️

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro