JUST FRIEND

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Man, lu gak bener-bener suka kan sama gue?"

Uman menepuk nepuk dadanya kuah mie panas yang baru saja dihirupnya meluncur dengan tidak sukses ditenggorokan.

"Lu kenapa si anjir!!"

"Kenapa?"

"Ngomong ape lu, gue tonjok nih ye!!"

"Dih banci berani sama gue doang, kan gue nanya mau mastiin aja."

"Kagak!! siapa juga yang mau sama modelan elu!!"

"Yaudah biasa aja kali, gue juga ogah!!"

"Yaudah."

"Yaudah."

"Ckckckck, berantem terus gue doain jodoh lu berdua," ejek Amir cengengesan.

"Berisik!!!" jawab keduanya kompak.

"Tuh kan hahahah," ejek Amir terbahak.

Setelah Amir berlalu keduanya saling mendelik, menoleh dengan ujung mata.

Belli beranjak meninggalkan Uman yang kembali melanjutkan memakan mie nya, pemuda tengil itu menghela nafas meraba degub jantungnya yang berdetak 2x lebih cepat.

"Anjir!!! kayaknya beneran suka gua mah!! padahal cuma tes ombak aja bajigur."




"Ck! apaan si monyet pen gue tonjok aja mukanya."

Amir rasanya pengen menjitak Uman yang sedari tadi ngoceh tak jelas. Keduanya bersama Belli dan Candra sedang berjalan kaki menuju sate depan komplek malam ini.

"Berisik lu anjir!!"

"Ck!"

"Lu kek cacing kepanasan gini gak ngaruh anjir, samperin sono!!"

Lukman mendengus kesal, Amir geleng-geleng kepala melihatnya.

"Lagian kalau suka gas lah anjir, patung lo? mana bentukan Candra bening gitu lagi lu mah burik dibanding dia."

Uman menoleh menoyor Amir yang berada disampingnya.

"Cemburu bilang burik."

"Bacot sekali lagi kita gak temenan."

"Hahahah jijik Man."

"Bodo amat, kita kemusuhan," ujar pemuda itu. Kemudian berlari menyusul Belli dan Candra yang berjalan berdampingan.

"Pacaran jangan ditengah jalan woii, mau mati lo berdua!"

"Apaan sih monyet!!" jerit Belli kesal.

Candra tersenyum simpul melihatnya. "Kalian gak pacaran kan?"

Belli menoleh dengan mata membulat.

"Kagak lah bentukan kek primata gitu, ogah!"

Candra hanya mengangguk mengiyakan ucapan si keriting bermata bundar tersebut.


"Bell."

"Hmm."

"Gue mau ngomong," ucap Uman pelan sambil celingukan.

Kedua dari trio setan tersebut sedang duduk di depan tv seperti hari-hari biasanya menonton sinetron azab yang setiap hari selalu tayang.

Belli sedang menjepit kuku kakinya diatas sofa sedangkan Uman duduk disebelahnya menghadap gadis keriting itu yang sedari tadi terlihat gusar sendiri.

"Terus sekarang lo ngapain? masak air?"

"Biar mateng," sambar Uman kesal. Uman menoyor Belli dengan sadis yang langsung dibalas gadis itu lebih sadis. "Anjir, gue serius ini."

"Yaudah gue dengerin monyet."

"Soal gue confess ke elu kemarin. Gue cuma tes ombak heheh."

"Udah tau."

"Hah?"

Belli menoleh dengan wajah datar, "modelan elu mana pernah serius si Man? gue kenal lo bukan sehari dua hari keles."

Uman mendengus kesal sendiri.

"Lo tu buaya sama kaya Amir mana gue percaya ckckckck otak lu berdua tu sebelas dua belas."

Uman mengernyit dongkol.

"Lagian gue tu udah nyaman sama keadaan kita begini, sahabat dengan gelar trio setan sama si Item Amir sebenernya gue ogah dipanggil setan tapi karena gue udah nyaman temenan sama kalian yowes ikut aja gua mah."

Uman mengangguk mengerti.

"Dan gue gak mau persahabatan kita entar jadi gak enak gara-gara nanti udah berubah status, apalagi kalau putus hayo!! aneh tau dan gue gak siap kehilangan teman kaya kalian."

Lagi Uman mengangguk membenarkan ucapan panjang lebar Belli.

"Lo gak kenapa-kenapa kan? gak kecewakan gue tolak begini?"

Uman dengan cepat menjitak Belli dengan kejam, gadis keriting itu sudah terbahak sendiri.

"Sok cantik lo setan!!"

"Dari pada sok ganteng."

"Monyet."

"Itu elu," ejek Belli tertawa ngakak.

"Cieeee akur," ejek Amir yang baru saja keluar kamar.

"Ini bocah nongol terus lo setan, ada aja dimana mana kek upil lu," maki Uman kesal.

Belli sudah cekikikan sendiri, Amir bergabung ikut duduk disebelah Belli.

"Bell," panggil Amir nyengir.

"Ape lagi, ada maunya ini pasti?"

Amir ngakak sendiri karena terbaca.

"Pinjem cepek ya, bensin gue kering anjir."

"Lu kapan ada duitnya si Mir? heran," oceh Belli kesal.

"Yaelah minggu gue balikin bocah, eh senin deh gue balikin."

"Halah palingan kek yang udah-udah, lupa Bel gue pake makan," ejek Belli menoyor Amir.

Uman ngakak melihatnya. Tak urung Belli mengeluarkan dua lembar uang lima puluhan kepada Amir, pemuda bongsor tersebut sudah terkekeh melihatnya.

"Eh libur panjang ini ke Bandung yok jalan kita," usul Uman ceria.

"Males," jawab Amir dan Belli kompak.

"Yaelaah gak asik lo berdua. Ajak itu Candra sama Bagas njir biar bisa patungan beli bensin Mir, lumayan mobil lo fullteng cuy."

"Gas lah kalau begitu," timpal Amir setuju.

Belli cengok melihat keduanya.

"Dasar fakir miskin lo berdua," ejek Belli geregetan.

"Mau ikut gak lo?" tanya Uman lagi.

"Boleh, tapi gue harus ditengah duduk diantara Bagas dan Candra, eeh jangan ada yang protes ya hahahaha," urai Belli begitu melihat Amir dan Uman akan memakinya.

"Gue ngeri sama nih bocah, bisa-bisa poliandri lu entar tua."

Belli mendesis menoyor Amir, pemuda itu langsung berdiri sebelum berlalu dengan cepat menendang kaki gadis keriting itu.

"Amir setannn!! balikin duit gue lu anak dakjal."

Uman geleng-geleng melihatnya.

"Mungkin benar apa yang dibilang Belli, begini saja mereka bisa bahagia walaupun saling memaki dan menghujat satu sama lain, aah gue nyesel pernah tes ombak dulu karena ya gue gak butuh pacar sekarang justru teman yang bisa diajak gila seperti mereka lah yang gue butuhin," monolog Uman dengan cengiran tengil pemuda tampan itu.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro