•OBROLAN ABSURD DISENJA HARI•

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

BUAYA: mama nanyain kenapa gak ikut.

Jennar melempar hp nya begitu saja diatas tempat tidur dan kembali mengalihkan fokusnya ke majalah Cosmopolitan yang sedari tadi menemani siang liburnya.

Jennar menghembuskan nafasnya kasar kemudian beralih melirik benda pipih hitam yang tadi dilemparnya.

"Ngapain nanya gue anjir tanyain noh tetangga lo lucu banget lo setan!!" teriak Jennar kesal kemudian menutup majalahnya dengan tak sabar.

Hp Jennar kembali berdering Jennar mengerjapkan matanya bingung, dengan deheman suara dibuat senetral mungkin Jennar mengangkat telpon nya.

"Assalamualaikum," ucap Raga diseberang sana.

"Ehm, wa'alaikumsalam. Kenapa?"

"Kirain gak bakal diangkat."

"Yaudah matiin ya."

"Eeh jangan-jangan, aku kangen."

Jennar membulatkan matanya mendengar ucapan pelan Raga suara berat pemuda itu menghantam pertahanan Jennar, gadis itu sudah menendang nendang kakinya ke udara sangking bapernya mendengar suara Raga, jenis baru kesukaan Jennar sejak beberapa bulan lalu.

"Kok diem, aku ganggu? udah makan? lagi apa?kemana aja liburannya?"

"Banyak banget yang ditanyain!! pusing mau jawab apa," ucap Jennar pelan.

"Heheh, Mau denger sesuatu gak?"

Jennar mengernyitkan dahinya penasaran tapi gengsi takut ketahuan kalau sekarang dia sedang mencoba untuk tidak lumer dan mencair.

"A-apa?"

"Oh kekasih impianku
Coba dengarkan sejenak
Sebait janji suciku serahkan untukmu.

"Aku bukanlah lelaki sempurna
Tapi ku kan berusaha menjadi
Yang terbaik.
Selalu ada disetiap kau butuh diriku
Ini janjiku,hingga terhenti usia."

Jennar diam mencoba mencerna nyanyian yang keluar dari suara berat Raga, gadis itu mulai terisak sendiri menjauhkan hp nya agar Raga tak bisa mendengar rintihan pilu yang keluar dari mulutnya.

"Nar, aku sayang sama kamu. Ayo perbaiki, mau kan?"

Jennar mematikan hp nya begitu saja sebelum Raga menyelesaikan ucapannya.

"Gue kenapa sih, sialan," rutuk Jennar masih terisak. "Aninnnnnn!!!" teriak Jennar sambil berlari keluar kamar mencari sang maung yang sedari pagi tidur tanpa terbangun sama sekali.




"Udah nangisnya?"

Jennar mengangguk menjawab pertanyaan Anin yang sekarang duduk berhadapan dengan dirinya diruang makan. Rumah sepi sekarang hanya tinggal mereka berdua saja semua penghuni kosan pulang mudik liburan semester, Anin yang memang sudah lama tak pulang ditemani Jennar kali ini yang tak pindah tidur kerumah Eyang yang hanya berbeda beberapa blok saja.

"Minum dulu sampe sesegukan gitu."

Anin menyodorkan segelas air putih kepada Jennar yang diambil gadis itu lalu diteguknya sampai tandas.

"Gak mau cerita?" tanya Anin dengan muka sebal. "Gangguin orang tidur aja elaaah!"

"Tidur mulu udah siang juga, mayat lo."

"Si bocah, ditanyain baek baek malah marahin gue. Cerita gak ada apa?!! siang bolong nangis sampe kejer gini."

"Kangen___"

"Samperin kalau kangen jangan diem aja malah nangis."

"Bawel iih pengen gue getok," maki Jennar diselah isak tangisnya.

"Yeee si siti ada juga gue yang getok pala lu ganggu aja!"

Jennar mendelik dengan airmata yang masih tumpah dikedua pipinya.

"Berhenti jadi bego Nar ego jangan diikutin, paham lo!"

"Enggak."

"Geblek."

"Biarin."

Anin melengos beranjak meninggalkan Jennar menuju kamarnya kembali.

"Hilangin gengsi lo, jangan sampe diembat tetangga tuh bocah."

"Enak aja punya gu___e," ucap Jennar lirih agar tak didengar Anin.

"Nin, kok kita ngenes ya udah jomblo libur gini dirumah aja gak ada yang ngajakin jalan," keluh Jennar dengan tatapan mata masih kearah layar tv.

Anin menoleh mendengus kasar malas menanggapi curhatan Jennar.

Jennar menoleh menoyor Anin dengan kejam karena tak mendapat jawaban.

"Bisu lo?"

"Ck, berisik!"

Jennar membenarkan posisi duduknya yang sedari tadi selonjoran menjadi duduk disebelah Anin dengan kaki tersilang diatas sofa.

"Kenapa lo?" selidik Jennar dengan mata memicing.

"Kepo," jawab Anin menoyor wajah Jennar yang tepat berada dihadapannya.

"Gak kepo kok biasa aja gua mah," ucap Jennar ketus kemudian melanjutkan tontonannya.

"Nar."

"Hmm."

"Lo sama Raga udah pernah ginian," tanya Anin sambil menujukan kedua jari tangannya yang dibuat menguncup dan saling bertemu.

Jennar mengangguk mengiyakan, Anin sudah melongok melihatnya. "Dua kali eeh tiga kali ding," jawab Jennar polos.

"A__njirrr," saut Anin histeris.

"Kenapa sih?" tanya Jennar lagi kali ini membulatkan matanya dan menutup mulutnya dengan kedua tangan. "Jangan bilang lo belum pernah? ngapain lo nanya beginian? hah? ngaku gak?" ancam Jennar sambil menggoyang goyangkan badan Anin yang masih bengong.

Anin terbatuk batuk menetralkan suaranya dengan deheman keras, Jennar masih melihatnya dengan mata memicing.

"Amir ya?" tanya Jennar lagi kali ini kembali tepat diwajah sang maung.

"Apaan sih enggak," maki Anin sambil menoyor Jennar sehingga gadis itu terjatuh telentang diatas sofa.

"Halah, ngelak aja teros. Inget lo bukan bemo yang hobi ngelak, bohong aja teros gua sumpahin mandul lo."

"Heh kampret!!"

"Wtf!!! bener Amir??"

Anin mendelik membekap mulut comel Jennar dengan kedua telapak tangannya agar gadis berambut coklat itu tak lagi bertanya yang aneh-aneh.

"Ngomong sekali lagi gua geplak mulut lo."

"Pacaran sama siapa ciumannya sama siapa hahahah."

"Diem, gue udah putus ya mohon maaf!"

"Iya dimaafin hahah udah jadian udah sama Amir. Apa lagi coba yang dicari? Amir cakep? iya tinggi?beh pintu aja malu sama dia, cuma item doang salahnya dia mah kalau yang lain udah klop kok."

"Sialan, capek aah gak mau pacar pacaran."

"Heleh buluk, awas aja habis ini pacaran sama Amir?! diembat orang nangis lo."

"Diem."

"Gimana rasanya Nin? lu bales nggak?"

Anin menoleh dengan alis naik sebelah. "Apanya?"

Jennar memonyongkan bibir mungilnya dengan mata dibuat sesayu-sayunya, satu tamparan keras mendarat dipundak Jennar sang pelaku sudah menatap beringas kearah mangsanya yang tertawa terbahak.

"Dibales nggak?" rengek Jennar menggoyang goyangkan tubuh gadis tinggi itu.

"Apasih Nar ampun banget gue!!" hardik Anin kesal sendiri. "Nyesel banget gue tanya-tanya tadi anjir,"

Lagi Jennar tertawa terbahak mendengar umpatan Anin.

"Bales nggak?" goda Jennar lagi. "Gua mah bales anjir!! gila aja," pancing Jennar sengaja.

"Iya gue bales!!! kenapa emangnya!!!!"

"Anjir hahahaha tinggal jadian aja nih cieeeee makan noh berondong, berondong jagung mah enak hahah."

"Sialan," maki Anin dengan kaki yang sudah menghajar Jennar yang masih tertawa ngakak.

"Pengen deh kayak sinetron indosiar," ucap Jennar ngawur diselah pertikaiannya dengan Anin.

"Kenapa?"

"Belum ada satu jam udah kaya aja lihat deh," tunjuk Jennar kearah tv.

"Monkey hahahah," bentak Anin sambil menoyor Jennar. Lalu kembali memainkan hp nya.

"Liatin hp mulu emang ada yang ngechat? inget kata air mendidih goblokgoblokgoblokgoblok hahahah."

Anin kembali menoyor Jennar sambil tertawa ngakak. "Lu kenapa sih sialan, galau banget lu jadi gak berfaedah gini."

"Lu ngakak kenapa ngab gara-gara gua kan?"

"Iya sih hahahah."

"Doublyu yuk, laper!"

"Gas."

"Lu bayarin," hadang Jennar sambil nyengir.

"Kambing."


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro