POSESIF SISTERS

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Abang!!"

Ibas tersenyum, untuk pertama kalinya merasa sangat bersyukur mendengar teriakan cempreng Jennar hari ini.

Pemuda itu menoleh dengan kedua alis terangkat, Jennar tak sendiri ada Joy dan Anin mengikuti disampingnya.

"Abang? kangen tau!!" rengek Joy

Anin menoleh dengan sengit, "gue yang paling kangen ya jangan ikut-ikutan anjirr!!"

"Ya Allah anak orang, berisik bikin malu," Jennar menanggapi dengan suara cemprengnya.

Ibas sudah tertawa cekikikan, "duduk dulu sini adek-adek abang," ujar Ibas disela pertempuran kecil ketiganya.

Ketiganya serempak duduk berhadapan dengan Ibas dan dengan kompak nyengir kuda.

"Kok bisa tau Abang ke kampus hari ini?"

"Amir yang kasih tau, kenapa gak mampir?" tanya Jennar jutek.

Ibas tertawa melihatnya.

"Takut dipalak bakso ya Bang?"

"Lu semua sih kalau minta jajan gak tau malu," ejek Anin polos.

Jennar menoleh sengit, "ngaca anjir!!!"

"Stop stop, udah pada pesen?" tanya Ibas sekali lagi menengahi pertengkaran kecil si trio macan.

"Belum," jawab ketiganya kompak.

Ibas ngakak melihatnya, sampai-sampai pemuda itu harus menyingkirkan laptopnya yang terbuka karena tau salah satu diantara ketiganya kalau sedang tertawa mesti gebuk meja atau apapun yang ada dihadapannya.

"Bastian."

Ibas menoleh diikuti pandangan si trio macan, Jennar mendelik membuang muka Joy sampai menoyor gadis itu.

"Anjir itu si Donna bukan Nar?" tanya Anin berbisik. Jennar mengangguk mengiyakan.

Joy sudah menatap tak suka pada sang gadis, pasalnya gadis bernama Donna itu sudah duduk menempel bahu disebelah Ibas.

"Mbak siapa?" tanya Joy langsung.

Donna yang tadinya tersenyum manis beralih menatap Joy dengan dahi berkerut.

"Saya?"

"Iyalah, masa satu kantin gue tanyain."

"Oh, hai saya Donna. Temen deket Ibas."

"Deket gimana?"

Jennar dan Anin sudah menahan tawa mereka sedari tadi melihat muka cengok Donna yang sudah menjulurkan tangan untuk berkenalan dengan Joy tapi diacuhkan sang Matahari.

"Ya deket aja kaya kalian."

"Kaya kita? berarti Mbak pernah tidur disatu atap sama Abang? pernah dijajanin bakso ampe mau muntah? pernah diajak borong di indomaret alfamart?berarti pernah konsul percintaan juga dikamar Abang?"

Donna bengong, Anin dan Jennar sudah terbahak tak tahan lagi, Ibas mengerjap menahan tawanya.

"Maksudnya?" tanya Donna tergagap.

"Maksudnya temen saya itu Mbak, kalau belum pernah ngerasain apa yang disebut dia ini berarti mbak sekedar kenalan bukan temen deket gitu," ujar Anin menjelaskan. Jennar sudah manggut manggut mengiyakan.

"Oh, berarti temenan ada syaratnya ya sekarang."

"Yakin mbak gak ada perasaan sama Abang?" kali ini Anin yang bertanya dengan polos.

"Hah?"

"Cieeee gua bener kan mbak?"

Donna sudah tersenyum simpul dan merona, sementara Ibas kelabakan sendiri.

"Tapi mbak," ujar Jennar menimpali. "Abang udah punya calon binik abis wisuda mereka mau nikah mbak," lanjut Jennar dengan cengiran polos.

Donna berdehem membetulkan letak tasnya, "ya kalau belum ada kata sah masih milik bersama kan?"

"Pelakor dong?" sambar Joy terkekeh.

Donna berdeham mukanya memerah menahan malu.

"Udah-udah, ada apa Don?" relai Ibas kemudian.

"Udah makan siang?"

Ketiga gadis cantik tersebut sontak memalingkan wajah menahan geli mendengar ucapan Donna.

"Udah kok, ini."

"Ooh."

"Kenapa?"

"Enggak heheh."

"Mbak," panggil Jennar dingin. Donna menoleh melihat Jennar dengan senyum mengembang.

"Loh Jane?" ucap Donna terkejut.

"Yaelah mbak gue dari tadi kali disini."

"Heheh maaf ya, Mbak gak lihat."

"Mbak, please deh jangan jadi pelakor!! kan udah tau Abang udah punya pacar, gak malu?"

Anin dan Joy melotot mendengar umpatan Jennar sementara Ibas sudah terbatuk batuk.

"Maksudnya?"

Jennar berdiri menghadap Donna tepat dimata gadis cantik itu.

"Women rescpect women."

"Hah?"

"Ngertikan maksud gue? gue gak bakal terima lo ngancurin hubungan Abang sama Mbak gue!! lo berhadapan sama kita kalo lo masih nyolot!!"

Anin dan Joy berdiri mengangguk mengiyakan ucapan Jennar, Donna sudah memerah dan seluruh kantin melihat kepada mereka.

Donna kembali berdehem menetralkan suaranya, Ibas mencoba menengahi.

"Nar udah dek."

"Apa? Abang juga mau Jennar marahin?"

"Gak gitu dek."

"Abang mau ngebelain dia," umpat Anin nyolot.

"Ho o," Joy si tim hore juga mengikuti.

"Gak gitu maksud Abang."

"Terus!!" jawab Anin kembali nyolot.

"Bastian, saya duluan ya," pamit Donna panik.

"Dari tadi kek," umpat Joy sinis.

Ibas sudah menghela nafas melihat ketiga adiknya tersebut, pemuda itu memasang wajah masamnya.

"Kenapa? Abang mau marah?" tanya Jennar langsung.

Anin dan Joy mengangguk membenarkan.

Ibas meraup wajahnya kesal.

"Bukan gitu, maksud Abang kalian kenapa jadi brutal gini sih? Donna salah apa?"

"Ya salah lah wong mau mepet Abang kok!" cibir Anin judes. Joy kembali mengangguk diikuti Jennar.

"Ya caranya gak gitu dek."

"Abang ini kenapa sih, orang kek gitu kok dibela dia bukan pahlawan ya Bang mesti banget dibela, lagian kan Abang denger sendiri dia sendiri mau nikung Abang," urai Joy kesal.

"Jadi orang jangan baik-baik banget deh Bang, dimanfaatin orang noh!!" umpat Anin kembali.

Ibas kembali menghela nafas membetulkan letak duduknya.

"Duduk dulu kalian, ayo."

Ketiganya serempak menoleh dan duduk kembali ditempat semula.

"Bukan maksud Abang belain si Donna, tapi kalian mesti lihat tempat dek."

Joy akan menyaut tapi dengan capat Jennar membekap mulut gadis itu.

Ibas menghela nafas lagi sebelum melanjutkan pembicaraannya.

"Respect women to women, tapi kalian nyerang Donna, itu respek gak namanya?"

Diam tak ada yang menjawab, ketiganya menggeleng serempak.

"Tolong jangan lagi diulang ya? kasihan dia nanti jadi gibahan orang, sampe sini paham?"

"Lagian Abang juga salah yang begitu dikasih muka!!" ucap Jennar pelan.

Ibas kembali menghela nafas, "abang tau kok Nar, tapi kita gak bisa kan berhenti nyuruh orang suka sama kita? hak asasi loh itu? bener kan Joy?"

Joy mengangguk pelan dengan wajah masam.

"Yaudah Abang awas aja deket-deket sama dia lagi, gue Jennar sama Joy jadi cctv Mbak Al!! awas aja."

Ibas tertawa ngakak mendengarnya, ketiga gadis dihadapannya membola tak terima.

"Iya iya ampun punya adik posesif gini, pusing gak bisa main belakang!! eh keceplosan."

"ABANG!!!" jerit ketiganya serempak.

Dan sekali lagi Ibas terbahak.

"Jajanin ke indomaret gak mau tau!!" tukas Joy tanpa dosa.

"Iya," jawab Anin dan Jennar serempak.

Ibas hanya meraup wajahnya frustasi pemuda tampan itu ngakak sampai garis matanya menyipit dan hilang.

Sementara itu sang trio macan sudah mengangguk puas berhasil memalak Ibas.



J.Bastian:ampun yang aku dikeroyok trio macan hari ini :'(

Alana.S:wkwkwkwkwke emang enak, rasakan bacotan trio macan, mantep kan?!!


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro