Sihir Menari di Lidah Nostradamus

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Nostradamus pernah berkata bahwa aku adalah jelmaan hyena hutan hujan. Untuk tiap-tiap kata yang melayang di koran hari Jumat, dua di antara banyak-banyaknya menghilang dibawa berlari. Kemudian aku akan menari-nari di kepalanya hingga tulip menetas di Lembah Madagascar.

"Ada sihir. Aku suka. Sihir aku suka. Aku vampir." Pernah kulihat pria kota merokok pada Sabtu malam di jalan-jalan rusak. Tubuh mereka keras dan lidah-lidah tidak tahu harus tertidur di barak nomor berapa. Nostradamus tidak menyukainya, kemudian ia akan meraung di puncak-puncak ilalang.

Ia tidak menyukai lukisanku. Kanvasku adalah pelangi. Lantas hidupnya dipenuhi oleh deliberasi. Pot-pot perunggu menunggunya di ujung jalan laut, menanti dipanen pada bulan ketujuh.

"Abrakadabra! Kemudian hipiti hopiti!" Siulan adalah mimpi buruk bagi merak-merak Amerika. Setiap sore, kakinya dibawa berjalan mengelilingi rumah tanpa rak sepatu.

Nostradamus tidak pernah mengatakan apa-apa kepada istriku. Ia senang memasak pai apel di siang hari untuk diberikan kepada ubin rubanah tetangga sebelah negara. Ia mencintainya, sebagaimana aku mencintai anak-anak dari cicit-cicit ayam tak bertelur di taman kota.

Jadi, ketika Nostradamus mengatakan bahwa aku tidak cukup mati untuk dipahatnya menjadi roti tawar, apa yang harus aku lakukan?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro