43 Akhirnya

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Kesehatan Ana setiap harinya mulai membaik. Dokter Trisna spesialis penyakit dalam pun sudah memperbolehkan Ana pulang.

"Alhamdulillah Ky, akhirnya aku boleh pulang juga. Bosen aku tahu di sini mulu," ungkap Ana senang. Ia tersenyum bahagia setelah mendengar kabar tersebut.

"Iya Na. Aku senang kamu sudah sembuh hehehe...," ucap Ricky mengelus pipi Ana lembut.

Semburat rona tipis muncul di kedua pipi Ana. Ia tak bisa menyembunyikan hal itu.

"Ihh Iky lepasin!" rengek Ana karena kedua pipinya di cubit gemas oleh Ricky.

Tak sengaja tatapan keduanya saling bertemu hingga berhenti beberapa detik saja. Debaran di jantung berdetak kencang, lalu seakan ada banyak kupu-kupu berterbangan di perut.

"Ehmm... aku mau urusin administrasi kepulangan kamu dulu ya," ucap Ricky pamit menutupi kegugupan. Aslinya ia menghidari momen yang menurut dirinya manis dan sederhana.

"Oke Ky. Aku mau mandi juga," balas Ana tersenyum kecil.

Sebelumnya Suster Jannah melepaskan infusan di punggung tangan kiri Ana. Ana jadi bisa bergerak bebas.

Ricky langsung pergi mengurus administrasi. Ia berjalan dengan hati bahagia meningat momen tadi.

"Aaa... inikah rasanya jatuh cinta kembali serasa dunia milik berdua," gumam Ricky.

Tanpa disadari Ricky, ia menabrak seseorang. Keduanya hampir saja terjatuh bila tak memiliki keseimbangan yang bagus.

"Maaf ya, gue tadi nggak sengaja nabrak," ucap Ricky merasa bersalah.

"Bang Iky," ujar seseorang yang ditabrak oleh Ricky.

"Aji!" seru Ricky setelah mengetahui identitas Pemuda di depannya.

Ricky membantu Fajri berdiri. Ia membolak-balikkan badan Fajri takut ada yang lecet.

"Aji gapapa kan? Nggak ada yang luka kan?" tanya Ricky cemas.

"Aji gapapa Bang, tapi hati Aji yang terluka."

Jawaban Fajri membuat Ricky memegangi kedua bahu Fajri. Ia menatap Fajri meminta penjelasan.

"Aji, mau cerita sama Abang?" tanya Ricky pelan.

Fajri tak menjawab. Kedua netra sudah berkaca-kaca. Dan... Fajri mendekap tubuh besar Ricky.

Tangisan Fajri akhirnya pecah. Ricky mengelus punggung Fajri pelan menyalurkan ketenangan.

"Aji... kalau mau nangis sepuasnya gapapa kok. Ada Abang Iky di sini," ucap Ricky tulus.

"Hiks... makasih ya Bang Iky. Aji kangen main sama Bang Iky," jawab Aji masih terisak.

Ricky tersenyum kecil di balik pelukan. "Gue juga kangen main sama lo Ji, tapi... gue masih belum bisa."

Fajri sudah mulai tenang. Ia membersihkan airmata bercampur ingus menggunakan sapu tangan pemberian Ricky. Keduanya berpisah untuk mengurusi hal penting masing-masing.
.
.
.
.

Ricky telah selesai mengurus administrasi dan obat pulang Ana. Ia kembali menuju ke ruang rawat Ana berada.

"Assalamualaikum," ucap Ricky.

"Wa'alaikumsalam. Eh kamu Rick," balas Ana sedang merapikan pakaian dan barang-barang pribadi selama di rawat.

"Kamu mau pulang sekarang?" tanya Ricky duduk.

Ana menolehkan kepala cepat. "Mau banget!" jawabnya semangat.

Ricky tersenyum kecil. Ia menatap Ana penuh makna. "Semoga rencana ini sukses," gumamnya.

Pria berbadan atletis ini sudah memiliki sebuah rencana besar. Kemungkinan akan dilaksanakan pada hari ini juga.

Setelah limabelas menit berlalu, Ana dan Ricky sudah berada di dalam mobil. Barang-barang selama Ana di rawat telah dimasukkan ke dalam bagasi mobil.

Selama perjalanan, Ana lebih sering melihat pemandangan di luar. Cukup lama kira-kira seminggu Ana berada di dalam kamar ruang inap. Ia sangat bosan dengan pemandangan yang sama, tetapi kehadiran Ricky setiap hari membuat Ana tak bosan sepenuhnya.

Apakah Ana sudah memiliki perasaan lebih kepada Ricky??
.
.
.
.

Kurang lebih satu jam lamanya, mobil Ricky tiba di depan milik Ana. Suasana dilingkungan rumah Ana terbilang sepi.

"Sunyi benar," ucap Ana keluar dari dalam mobil setelah dibukakan pintu oleh Ricky.

"Hmm... bukan ya memang selalu sepi," sahut Ricky.

Ricky mulai mengeluarkan satu persatu barang milik Ana. Ana ingin membantu, tetapi Ricky mencegahnya. Katanya Ana baru saja sembuh dan tidak boleh terlalu capek.

Ana melihat Ricky membawa semua barang miliknya dalam sekali saja membuatnya tersenyum tipis. Ada sebuah getaran di hati yang tak bisa ia ungkapkan.

"Ky... kamu selalu baik kepada Ana. Maaf ya dulu Ana malah suka cuekin kamu," ucap Ana.

Mereka pun masuk ke dalam rumah. Hal pertama yang Ana lihat adalah sebuah pemandangan yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.

"Kejutan!"

......RZ......

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro