6. Fact n Rain

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Menjadi suatu hal yang tidak biasa untuk Luna bisa beradaptasi dengan Jaemin, sang model baru. Berbeda cerita apabila dengan Lady Orcia, ia cepat akrab karena model cantik tersebut mendekatinya terlebih dahulu. Meskipun ia sedikit kerepotan karena harus membalas dengan ketikan demi ketikan di ponselnya, namun hatinya senang melihat ada orang sebaik dan setulus ini.

Sudah dua minggu berjalan tanpa ada halangan apapun. Konsep sudah mulai diterapkan dengan demo terlebih dahulu supaya ada ketepatan antara produk, gaun model dan juga alat fotografi. Bagi Luna pun demikian, menggunakan kamera yang bagus menjadikan objek yang dipotret akan mendapatkan hasil maksimal. Ia cukup profesional.

Belakangan ini Eric juga menjadi lebih dekat dengannya-setelah tahu bahwa perempuan yang dimaksud oleh Jaemin adalah Luna. Reaksinya cukup lebay dan ada aksi dramatis yang dibuat-buatnya hingga Jaemin kesal dan Bomin tertawa melihat kelakuan kocak Eric. Untungnya, Eric yang seperti ini masih dianggap wajar karena ia memang suka sekali dekat dengan orang lain.

Pagi ini Luna masih saja di studio pemotretan. Ia ketiduran di sana karena harus membereskan barang-barang dan memback up data penting. Nanti sore ia harus kembali ke rumah sebelum malamnya bertemu Jerry di dekat terumbu karang lepas di dekat tebing curam.

"Astaga, kenapa foto-foto ini tidak dipindahkan ke laptop Eric dulu sih? Duh, aku harus membeli memori lagi karena sudah semakin sedikit space-nya," kata Luna di dalam hati, meruntuki sikap bodohnya yang terlalu banyak menyimpan foto hasil pemotretan di laptol pribadi dan bukan milik studio.

Salahkan komputer studio yang terkena virus berat dan beresiko hilangnya semua file penting. Makanya, untuk foto-foto disimpan oleh sang fotografer disertakan back upannya di suatu tempat, lalu untuk file penting lainnya disimpan oleh atasannya.

"Hei, belum pulang?" Bomin, lelaki misterius baginya sejak pertemuan mereka berhasil membuatnya tersentak ke depan.

"Ah, ... maaf jika membuatmu terkejut. Aku ke sini mampir karena ada barang Jaemin yang tertinggal dan juga barang milikku juga," terang Bomin yang sama sekali tidak begitu Luna pedulikan alasan kedatangan lelaki tersebut.

Pemindahan file masih berlangsung, dan Bomin—yang telah selesai mengambil barangnya—mendekat dan duduk di sampingnya. Melihat bahwa Luna masih bekerja sepagi ini membuat ia kagum dan mengulas senyum tipis kepada gadis itu. Bomin memperhatikan Luna dengan amat lekat, cukup lama ia berpikir sesuatu hingga Luna pun bisa tahu apa yang ada di dalam isi pikiran Bomin saat ini.

File yang sudah ada di dalam laptop langsung di kunci folder, lalu Luna segera mematikan daya laptop sebelum pergi dari sana. Ia harus pulang ke Apartment sesegera mungkin.

Namun, Bomin menahan lengannya untuk tidak pergi terlebih dahulu. Matanya menatap dan memperlihatkan iris mata yang berubah secara tiba-tiba dan membuat Luna terkejut. Tidak mungkin ... rasanya mustahil jika Bomin adalah makhluk selain manusia. Pantas saja, Luna terus memikirkan Bomin yang bertingkah aneh setiap didekatnya dan menunjukan ketertarikan lebih.

Bomin mengendurkan cengkraman tangannya lalu berlutut di hadapan Luna, tangan yang di satukan di atas kepala dengan kepala yang menunduk penuh rasa hormat kepadanya.

"Lord Alluna Maria, sang penerus dan penguasa lautan yang teramat agung di bumi ini."

Luna terhenyak sejenak. Tunggu ... siapapun yang bisa mengucapkan kata-kata ini adalah mereka pengawal setia dari kerajaan Ocenia. Dan tentu saja, hanya bangsa Siren dan Mermaid saja yang bisa mengerti bahwa ia adalah putri kerajaan!

Siapa Bomin ini sebenarnya? Mengapa dia bisa mengucapkannya dengan nada begitu pasti dan meyakinkan, atau mungkin, jangan-jangan Bomin adalah...

"Aku diutus oleh kakakmu, Pangeran Jerry Margale Hurricane, untuk mencarimu dan mengawasimu, Tuan Putri. Aromaku sebagai siren memang tidak begitu tercium secara jelas, karena aku masih setengah manusia. Iya, aku menjadi siren atas dasar kutukan dan pangeran memberikan kekuatannya untuk mengubahku kembali menjadi manusia—hanya saat kakiku tidak bersentuhan dengan air saja."

"Kakak...?" Seketika mata Luna tertuju ke arah laut. Awan mengepul di langit, gemuruh menggelegar dengan kencangnya. "Poseidon, ada sesuatu yang terjadi pada lautan dan kerajaanku?"

Firasat seorang Alluna tidak pernah salah. Pertanda dari langit, menjadi pembawa pesan. Jika langit mulai menggelap akan ada sebuah bahaya besar yang datang, ada musuh yang sedang merencanakan untuk menyerang kembali kerajaan bawah laut. Sekarang, hanya ada satu pikiran di kepala Luna; bagaimana cara dia membantu? Laut, benar-benar sedang dalam kondisi bahaya.

Luna kembali berbalik, menatap Bomin yang masih menunduk hormat kepadanya. "Kamu, rahasia identitasku dari siapapun termasuk pada Jaemin! Rahasiakan bahwa aku sebenarnya bisa berbicara, karena aku candu pada suaraku terutama saat bernyanyi. Jika bertemu siren lain, jangan beritahu juga bahwa aku adalah putri dari Ocenia."

"Sesuai perintahmu, Yang Mulia. Hamba akan menurutinya, merahasiakannya dari siapapun."

"Kekuatan apa yang kamu miliki saat ini? Sebagai seorang siren, tidak mungkin kekuatanmu hanya dipinjam oleh kakakku saja."

Bomin berdiri, lalu membuka lebar tangannya di hadapan Luna. Percikan api keluar dari sana, dan semakin besar serta panas. "Ini kekuatanku, tercipta karena kutukan yang kudapat karena kemarahan datang dan membakar isi hatiku." Api itu menghilang ketika Bomin menutup tangannya.

"Xymofire, pengendali gunung api di bawah lautan." Luna merasakan kekuatan besar itu dari api tersebut. "Seharusnya, kau adalah salah satu siren terkuat di lautan sekaligus penjaga kedamaian laut. Bagaimana bisa siren atas dasar kutukan dapat memiliki kekuatan sebesar ini? Sedangkan kau sendiri pun meminjam kekuatan dari Jerry untuk mengubah ekormu menjadi sepasang kaki utuh."

Luna bingung, siren di hadapannya ini tidak biasa. Seorang penjaga alam terlahir murni dari sesama bangsa siren, manusia yang memiliki kutukan siren hanya pengendali kecil air. Tidak mungkin seorang Bomin semata-mata mendapatkan kekuatan besar tersebut dari takdir leluhur?

Aroma siren tak biasa mulai tercium dari diri Bomin. Ada energi jahat dan baik yang menyatu di dalam tubuh itu, mereka masih berhantam dalam aliran darah dan berusaha menjadi dominan. Alluna masih tidak menyangka, pasti Bomin memiliki rahasia lain yang tidak diketahuinya. Andai saja ia memiliki kekuatan kembali ke masa lalu, pasti bisa mengidentifikasi siapa sosok di hadapannya ini.

"Yang Mulia, Alluna. Hamba memang belum tahu bagaimana cara mengendalikan kekuatan. Dan kekuatan untuk mengubah ekor menjadi kaki adalah hal yang cukup besar, dibandingkan dengan kekuatan api yang saya dapatkan empat tahun belakangan ini. Karena patah hati dan menjadi seorang siren, saya diberi kesempatan untuk bertemu keluarga dan sekaligus mengemban tugas besar ini sebagai balas budi saya kepada Tuan Jerry," jelas Bomin tanpa dibuat-buat, ia mengatakan yang sejujurnya.

"Bomin, aku belum bisa mempercayaimu seutuhnya karena ada kekuatan lain di dalam dirimu. Namun ketika kamu menyangkut pautkan dengan Jerry, aku harus memastikannya sendiri. Sore nanti aku akan bertemu kakakku, akan kupastikan kebenaran ini."

"Saya bersumpah jika berbohong maka Dewa Laut akan mencabut nyawa saya detik itu juga."

"Rahasiakan percakapan kita dari siapapun. Aku harus mengerjakan pekerjaanku sebelum pergi nanti sore sendirian." Nada bicaranya yang sudah seperti puteri kerajaan membuat Luna begitu dihormati oleh Bomin yang mengetahui rahasianya.

Kaki ramping itu bergerak keluar dari studio dengan membawa beberapa perlengkapan miliknya. Sedangkan Bomin masih terdiam lalu ikut keluar ke arah yang berbeda.

Apa yang dikatakan Luna memang benar jika di dalam tubuhnya terdapat sesuatu di dalam tubuhnya yang sulit dikendalikan. Meskipun terlahir menjadi siren karena kutukan, ia tidak tahu mengapa sering sekali memimpikan kerajaan laut yang ia sendiri belum pernah mengunjunginya. Bahkan pertemuannya dengan Jerry ada di pertengahan laut saat Pangeran dari Kerajaan Ocenia sedang kabur dari kejaran siren jahat.

Percikan api kecilnya tak hanya bisa menimbulkan sebuah kebakaran semata, bahkan jika ia tahu sedang berada di dekat gunung berapi, kekuatannya akan memicu gunung api bawah laut menjadi aktif.

"Aku sudah bertemu dengannya, sekarang tinggal bagaimana cara untuk menghentikan orang itu."

Masih di dalam studio, Jaemin yang awalnya tertidur di bawah sofa karena tidurnya secara tidak langsung menggelinding ke arah sana terkejut. Di satu sisi, Alluna dan Bomin bukanlah seorang manusia—ralat, Bomin pernah menjadi manusia—dan di sisi lain, Alluna adalah seorang puteri dari kerajaan yang tidak bisa dijangkau oleh manusia.

Selama mendengar percakapan tadi, Jaemin terus membekap mulutnya sendiri agar tidak bersuara sama sekali, dan menahan napasnya agar hembusannya tidak terdengar.

Rasa penasaran sudah terjawab, munculah pertanyaan lain di pikirannya. Apa tujuan Luna selain kabur dari siren yang enggan menerimanya di kerajaan laut? Tidak mungkin bagi seorang puteri bisa pergi semudah itu. Di buku dongeng yang Jaemin baca tertulis demikian.

Tidak mungkin 'kan bila Luna datang ke daratan layaknya Ariel yang mencari pangerannya? Mustahil. Mata Luna mengatakan hal yang berbeda, hal lain yang sangat tidak ingin diungkapkan oleh siapapun, baik manusia maupun siren.

***

Cuaca semakin memburuk tiap jamnya. Angin laut bertiup kencang menuju daratan, menerbangkan setiap banda ringan di dekat sana. Rumah-rumah di tepi pantai mulai dibuat pagar supaya angin tidak merobohkan rumah mereka yang terbuat dari kayu dan rawan hancur.

Kacamata hitam, topi floppy, dan gaun sebatas lutut itu cukup membuatnya tampil mencolok untuk datang ke laut di tengah badai yang hampir tiba. Setelah melakukan telepati dimana spesifik Jerry berada, Luna pun akhirnya tahu. Mereka bertemu secara sembunyi-sembunyi, mirip sekali seseorang yang mau berbuat hal-hal aneh karena mereka bersembunyi di dekat semak belukar.

Penampilan Jerry masih berwujud siren utuh dengan sisik di punggung dan lendir yang berada di ekornya. Orang akan melihat akan bergidik ngeri lalu kabur. Atau justru mendekat dan memanfaatkan keadaan dengan menculiknya. Itu hanya dugaan.

Luna membuka kacamatanya, memperlihatkan iris mata indah yang tidak dimiliki oleh siapapun. Gelombang besar yang ia lihat menunjukan firasat tidak bagus, tepat seperti tebakkannya.

Gadis itu menghembuskan napasnya, "Telah terjadi sesuatu pada Laut, benar?" Tepat sasaran, Jerry menganggukkan kepala. "Ada apa lagi ini? Kenapa beberapa tahun belakang setelah aku pergi, justru laut semakin memburuk? Apa Poseidon tidak bisa menghentikan kekacauan di Kerjaan Ocenia?"

"Poseidon tidak bisa mencegah takdir, Luna. Dia sudah berusaha menghentikan semua pemberontakan yang ada, namun ternyata Magle lebih licik daripada yang aku duga," balas Jerry menatap lautan dan ekor yang mengepak.

"Raja dan Ratu, mereka...—"

Jerry menunduk. "Tewas, ditangan pengawal Magle. Aku saat ini sedang kabur ke kerajaan lain, berlindung, dan memulihkan keadaanku," tukas siren jantan tersebut. "Tujuanku ke sini, untuk memberitahukan sesuatu yang amat penting bagimu, Luna. Untuk menyelamatkan kerajaan kita."

"A ... pa?"

Belum pernah Jerry merasakan jantungnya dipacu dengan cepat. Jika ini satu-satunya cara untuk menyelamatkan Kerajaan Ocenia, maka ia harus mengorbankan sebuah nyawa yang tak berdosa.

"Carilah seorang manusia, memiliki tanda lahir Siren di punggung dan pastikan itu bukan tato. Ada lambang horoscop dan juga laut, beserta tombak Poseidon. Dia adalah kunci untuk menyelamatkan kerajaan kita sebelum hancur lebur. Carilah dalam waktu satu minggu ini, Luna. Harus."

Tegas, dan jelas. Jerry begitu serius dan tak main-main dalam perkataannya. Ia mengatakan apa yang dikatakan oleh Poseidon sendiri sebagai jalan keluar.

Satu minggu? Bagi Luna itu hal yang mustahil. Di dunia ini, hidup milyaran manusia, dan tidak mungkin baginya mencari seseorang yang memiliki tanda-tanda seperti Jerry ucapkan. Belum lagi, ia menjadi seorang Photografer menjalankan tugas barunya. Kini, ia justru berada dalam dilema.

"Membunuh manusia? Itu tidak mungkin!" Luna menolak dengan tegas. "Aku sudah berjanji pada diriku sendiri bahwa aku tidak akan membunuh mereka. Dua nyawa tak berdosa sudah aku ambil. Ada yang jadi kehilangan seorang ayah, dan ada yang kehilangan seorang anak."

"Jika tak mengorbankan dia, maka seluruh umat manusia juga akan hancur, Luna! Pikirkan baik-baik. Poseidon berkata hanya inilah jalan satu-satunya."

Tidak, ada jalan lain. Hanya saja Luna belum menemukan titik terang jalan itu. Luna pastikan bahwa jalan lain akan segera ia temukan secepatnya.

"Satu lagi," interupsi dari Jerry tak berhenti sampai di situ saja. "Cari Magle di daratan, bawa dia ke kerajaan laut untuk dihukum. Saat ini pasti dia sedang menyamar sebagai seseorang. Magle, penghianat yang sebenarnya. Gunakan kekuatan istimewamu jika kamu mau membunuhnya di dasar lautan nanti."

"Kak ...." Luna tidak harus merespons apa, ia justru bertanya, "Jika aku mendapatkan tugas sebanyak ini, lantas apa yang Kakak lakukan?"

"Aku akan ... ke gunung api bawah laut, menemui penjaga dan meminta kekuatan api darinya. Aku harus mengumpulkan berbagai kekuatan supaya bisa memusnahkan semua penghianat itu," jawab Jerry.

Mendengar kata 'gunubg api bawah laut', Luna teringat dengan Bomin. Ini waktu yang tepat untuk menanyakan siapa sebenarnya Bomin itu. "Kakak, aku bertemu seseorang yang mengetahui bahwa aku adalah puteri dari kerajaan laut." Jerry terkejut mendengarnya, "Kamu ketahuan oleh manusia?" Tetapi, Luna menggelengkan kepala. "Bukan."

"Lantas? Siapa dia?" Jerry penasaran.

"Kudengar orang ini adalah orang suruhan Kakak dengan mengaku mendapatkan pinjaman kekuatan untuk mengubah ekornya menjadi kaki, tapi dia mendapatkan kekuatan api (xymofire) karena kemarahan di hatinya. Ini aneh," kata Luna masih belum menyebut nama Bomin bahkan di dalam pikirannya.

Semakin penasaran saja Jerry. Meminjamkan kekuatan kepada seseorang? Ia pikir tak pernah melakukannya, apalagi kekuatan mengubah ekor menjadi sepasang kaki.

"Siapa namanya?"

"Bomin, Cha Bomin."

Mata Jerry membelalak. "Bomin? Manusia yang dikutuk menjadi siren itu kah?"

"Iya, jadi apakah benar kalau dia diutus oleh Kakak?"

"Memang benar. Dia orang yang ku utus untuk mencarimu dan membawa pesan ini. Tapi ... untuk kekuatan itu, aku tidak pernah meminjamkannya karena dia sendiri memiliki kekuatan luar biasa di dalam tubuhnya itu. Bukankah aneh jika manusia yang baru saja menjadi siren mendapat kekuatan layaknya anugerah dari Poseidon?"

Penjelasan Jerry sedikit bertolak belakang. Kalau Jerry tidak pernah meminjamkan kekuatannya, lalu darimana Bomin mendapatkan sepasang kaki itu selain dari batu permata dari kerajaan laut?

Gemuruh makin menggelegar dan hujan pun turun dengan lebatnya. Pikiran Luna semakin kacau, menebak sosok Bomin tak semudah yang dia pikirkan. Aneh saja baru tadi pagi Bomin berkata dengan begitu meyakinkan, kini ucapannya menjadi sebuah keraguan bagi Luna.

"Temukan jawaban itu, Luna. Aku akan kembali ke dasar lautan dan menemui penjaga gunung api di sana. Ingat, waktumu tinggal satu minggu lagi."

Usai mengucapkan kata-kata terakhir sebelum berpisah, Jerry melompat dari trumbu karang di tepi pantai dan sosoknya sudah hilang di antara gelombang besar. Saat berenang, ekornya semakin menajam, mata itu mengeluarkan cahaya biru terang dan semua makhluk akan menjauh karena takut padanya.

Badai besar kali ini datang bukan karena siren usil yang ingin menenggelamkan para pelaut, melainkan pertanda dari Poseidon tentang waktu Luna yang harus ia manfaatkan untuk mencari manusia itu.


🐚🐚🐚

Halo, apa kabar?
Work ini kembali update
(Hampir lupa ㅠㅠ)

Konflik ke depan sepertinya akan
sedikit lebih rumit ditambah dengan
teka teki siapa Bomin dan tujuannya
dan siapa penghianat kerajaan Ocenia

Semoga aku bisa update segera
Salam, Matcha-Shin

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro