Without Words

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Untuk yang pertama ini inspirasinya bukan dari lagu ya. Tapi saat sedang iseng-iseng saja wkwkwkwk.
Seperti judulnya kalau diartikan tanpa kata-kata. Jadi aku akan meminimaliskan kata-kata yang akan di ucapkan.
Semoga menyentuh kalian. Kalau mau lebih menyentuh cobalah menyetel lagu-lagu galau. Mungkin langsung menyentuh? Hehehe...
.
.
.
Di sebuah padang yang luas terlihat sesorang laki-laki yang sedang berjalan mencari sesuatu yang bisa di jual ataupun bisa di gunakan sehari-hari. Nama laki-laki itu adalah Yuu.

Tak sengaja Yuu melihat gadis yang tergeletak lemah di antara rerumputan yang terkena angin pelan. Gadis itu memakai baju tanpa lengan dan celana leging selutut. Pakaiannya terlihat sedikit kotor.
.
.
.
Gadis itu terbangun dan menerjapkan matanya berkali-kali sambil menyesuaikan pengelihatannya yang sedikit buram. Ia merasa ia berada di sebuah rumah kayu. Gadis itu melihat sekelilingnya dengan pelan. Terlihat Yuu yang sedang tersenyum ke arahnya.

Gadis itu kaget dan langsung melompat kaget ke arah yang berlawanan dengan Yuu, yang juga kaget dengan gerakan spontan gadis itu. Tak sengaja Gadis itu menjatuhkan sebuah gelas. Gadis itu melihat ke gelas yang jatuh dengan tatapan takut dan langsung bersembunyi di pojokan ruangan.

Yuu bingung melihat gadis itu, bukannya mendekati gadis itu Yuu memilih untuk membersihkan pecahan gelas itu dahulu.

"Haachi!"

Yuu melihat ke arah gadis itu yang sedikit gemetar dan mengusap-usap lengannya. Yuu mangangkat pecahan gelas dan membuangnya. Setelah itu Yuu mengambil jaket alrmahum kakaknya dan memberikannya ke pada gadis itu.

Gadis itu terlihat takut saat Yuu menyodorkan jaket itu. Akhirnya gadis itu mengambil jaket itu dengan cepat dan langsung memakainya. Yuu tersenyum karena pergerakan gadis itu yang seperti tsundere. Gadis itu diam melihat senyuman Yuu. Saat Yuu kembali melihat gadis itu, gadis itu langsung membuang muka.

Yuu hanya bisa membuang nafas pasrah seperti itu sudah biasa. Yuu menyodorkan semangkuk kue kering ke arah gadis itu yang menatapnya bingung. Yuu mendorong pelan mangkuk kue itu seperti berkata "ambilah.".

Gadis itu mulai mengulurkan tangannya dan memakan satu kue itu. Setelah memakan satu kue itu matanya berbinar-binar seperti berkata "enak!" dan gadis itu dengan rakus memakan kue itu. Yuu sekarang merasa lega lalu berdiri dan berjalan menuju kamarnya.

"(Seperti kucing)." pikir Yuu sambil berjalan menuju kamarnya.

Setelah beberapa jam Yuu keluar kamarnya berikir ingin mengambil makan ataupun minuman. Tak sengaja Yuu melihat gadis itu tertidur dengan sisa-sia kue yang ada di sekitar mulutnya.

Yuu kembali masuk ke kamarnya dan mengambil selimut untuk menyelimuti gadis itu. Yuu membersihkan sisa-sisa kue itu dari sekitar mulut gadis itu terlebih dahulu dan mengambil mangkuk kosong itu dan ditaruh di tempat cuci. Setelah itu Yuu kembali ke kamarnya.
.
.
.
Esok paginya gadis itu bangun karena cahaya matahari yang langsung mengenai matanya. Gadis itu melihat selimut yang berada di badannya. Gadis itu merasa ia tak memerlukan selimut karena ia sudah memakai jaket.

Gadis itu berjalan lurus entah ingin ke mana. Tak sengaja gadis itu melewati kamar Yuu yang pintunya sedikit terbuka dan terlihat Yuu yang sedang tertidur dengan kepala dan lengan berada di atas meja. Gadis itu berbalik untuk mengambil selimut dan menyelimuti Yuu. Gadis itu mempunyai ide dan beranjak pergi dari kamar Yuu.

Setelah beberapa menit akhirnya gadis itu kembali ke kamar Yuu dengan nasi omelet yang berada di tangannya. Saat gadis itu menaruh piring omelet itu di dekat Yuu, Yuu tak sengaja terbangun. Gadis itu kaget dan langsung bersembunyi di balik pintu.

Yuu melihat nasi omelet yang berada di dekatnya dan melihat gadis yang mengintip dari pinggir pintu yang terlihat takut. Yuu mencoba sesendok nasi omelet itu. Yuu langsung menjulurkan kecil lidahnya karena nasi itu terlalu asin. Yuu melihat ke arah gadis itu. Gadis itu mengetahui Yuu melihat ke arahnya dan langsung jongkok membelakangi pintu dengan ketakutan.

Gadis itu tambah ketakutan saat Yuu membuka pintu. Gadis itu menutup kepalanya dengan gemetar. Setelah beberapa detik gadis itu tak merasa ada reaksi, gadis itu mengangkat pelan kepalanya. Ternyata Yuu sedang berada di depannya sambil tersenyum. Gadis itu memandang takut Yuu.

Tiba-tiba senyum Yuu berubah menjadi senyum jail. Gadis itu langsung kaget plus ketakutan. Yuu memaksa gadis itu memakan satu sendok omelet yang gadis itu bikin. Pertamanya gadis itu mengunyah dengan biasa, tiba-tiba gadis itu tersedak karena terlalu asin.

Yuu tertawa puas karena gadis itu tersedak dengan wajah yang lucu. Gadis itu menunduk merasa bersalah. Tiba-tiba Yuu mengusap kepala gadis itu dengan lembut. Saat gadis itu melihat Yuu yang sedang tersenyum lembut. Yuu membuat gadis itu bingung dengannya.

Yuu berdiri dan beranjak ke dapur. Gadis itu mengikuti Yuu pelan. Sesampainya di dapur Yuu melihat gadis yang sedang mengintip apa yang Yuu lakukan. Yuu tersenyum dan memanggil gadis itu melalui gerakan tangannya. Gadis itu berjalan mendekati Yuu dengan pelan.

Yuu mulai mangambil panci dan beberapa bahan. Yuu memulainya dengan memecahkan 2 telur dan menaruh isinya ke dalam mangkuk. Gadis itu melihat isi telur yang berada di dalam mangkuk. Yuu menyodorkan pengocok ke arah gadis itu. Gadis itu mengambi pengocok itu dengan semangat dan mengocok telur dengan semangat.
.
Beberapa menit kemudian.
.
Dua nasi omelet sudah siap. Gadis itu melihat nasi omelet di depannya dengan mata berbinar-binar dan senyuman yang lebar. Yuu menunduk untuk melihat senyuman gadis itu tersenyum, tetapi gadis itu malah membuang muka saat Yuu melihat ke arahnya.

Yuu hanya bisa tersenyum pasrah. Gadis itu merasa bersalah dan menyodorkan nasi omelet yang di depannya ke arah Yuu. Yuu pertamanya bingung, tetapi ia tersenyum sambil menerima nasi omelet itu dan menaruhnya di sebelah nasi omelet yang memang di buat dua. Yuu mangambil saus dan mengambar smeily

:)

Di nasi omelet satunya dan menaruhnya di meja di depan gadis itu. Gadis itu terkejut lalu tertawa kecil. Yuu juga tersenyum bisa dekat dengan gadis itu dengan cepat. Tiba-tiba gadis itu merebut saus yang di pegang Yuu lalu membuat smeily

:D

Di nasi omelet yang tadi gadis itu berikan ke Yuu. Mereka akhirnya tertawa bersama. Setelah itu mereka membawa makanan masing-masing ke meja makan. Mereka saling menikmati makanan mereka dengan senyuman.

Walaupun tanpa kata-kata.
.
.
.
Beberapa bulan berlalu, mereka sama sekali belum pernah berbicara. Bahkan Yuu dan gadis itu belum saling bertanya mengenai nama mereka. Tetapi mereka nyaman dengan itu dan tak ada perselisihan.

Mereka membuat kue kering bersama disela itu mereka juga saling melumuri wajah mereka dengan bahan kue. Saling duduk di perapian saat musim dingin di temani oleh teh hangat yang menenangkan. Gadis itu juga iseng manggambar muka Yuu saat menulis sesuatu di selembar kertas. Yuu sempat kaget karena gambarannya sangat mirip dengannya.

Yuu akhirnya membalas menggambar gadis itu yang sedang kebingungan. Ternyata mereka mempunyai kemampuan yang sama. Gadis itu memandang gambarannya lalu melihay Yuu sambil tersenyum senang. Mereka berdua tersenyum bersama.
.
.
.
Hari ini Yuu pergi ke Desa untuk pergi ke pasar. Sedangkan gadis itu melilih tetap di rumah itu sambil membersihkan rumah itu. Setelah membersihkan rumah itu, gadis itu duduk di sofa untuk beristirahat.

Gadis itu memegang sebuah rahasia besar dari Yuu.

Namanya adalah Ayumi Madoka.
.
.
.
"Ayumi Madoka?" tanya Yuu di sebuah bar milik temannya.

"Benar! Dia adalah keturunan penyihir yang sedang di cari-cari dan di buru!" kata temannya semangat.

"Kau terlalu bersemangat." kata Yuu.

"Hei itu benar! Rumor itu sangat benar! Seharusnya kau tinggal di sini saja denganku dan bantulah aku." kata teman Yuu dengan suara memohon.

"Hentikan suara itu Aoi! Kau membuatku tak enak." kata Yuu dengan wajah tak suka.

"Hahahaha... Oh iya, bagaimana dengan gadis yang kau temukan itu?" tanya teman Yuu, Aoi.

"En... Aku rasa tak ada bedanya." kata Yuu sambil mengingat-ingat.

"Hah?! Jadi sampai sekarang kalian belum berbicara sama sekali?!" tanya Aoi kaget.

"Kau tak perlu sekaget itu." kata Yuu yang menenangkan Aoi

"Habisnya itu aneh. Kalian sudah tinggal di satu rumah tetapi belum berbicara sama sekali." kata Aoi dengan nada sedih.

"Memangnya kau siapaku hah?!" tanya Yuu kesal juga.

"Aku ini sahabatmu loh... Kita sudah bagaikan saudara." kata Aoi dengan senyum sinis.

Yuu hanya bisa diam dan menggerutu dalam hati.

"Apa kau sama sekali belum mendengar suaranya?" tanya Aoi sambil mengelap gelas yang baru saja di cuci.

"En... Saat ia bersin dan tertawa." kata Yuu sambil tersenyum kecil dan melihat ke gelasnya yang setengah kosong.

"Oh... Kau mulai jatuh cinta rupanya." kata Aoi dengan senyum sinis yang lebar.

"Hentikan senyum anehmu itu! Kau bisa membuat semua orang lari ketakutan! Aku pulang." kata Yuu sambil berdiri dari duduknya.

"Eh sudah mau pulang?" tanya Aoi dengan nada sedih.

"Tentu saja, dia pasti menungguku. Da.." kata Yuu sambil membawa barang-barangnya.

"Baiklah, hati-hati." kata Aoi sambil melambai.

Yuu berjalan sambil mengangkat tangannya sebentar lalu di turunkan lagi.
.
.
.
Sesampai di rumah, Yuu melihat gadis itu ketiduran di sofa ruang tengah. Yuu mengambil selimut dan menyelimuti gadis itu. Ternyata gadis itu terbangun saat Yuu menyelimutinya. Yuu memberikan senyuman hangat ke gadis itu, tetapi gadis itu malah mendorong dahi Yuu.

Yuu membalasnya dengan mencubit kedua pipi gadis itu, yang membuat wajah aneh karena kesakitan. Yuu tersenyum sinis karena gadis itu kesakitan. Saat gadis itu diam, Yuu juga diam kerena bingung. Tiba-tiba gadis itu menjulurkan lidahnya dengan pipi yang masih di cubit Yuu.

Yuu langsung melepaskan tangannya dari pipi gadis itu dan membalik badannya sambil tertawa lepas. Gadis itu menyingkirkan selimut yang menyelimuti badannya dan melompat ke arah Yuu yang membuat Yuu terjatuh dengan gadis itu di atasnya.

Yuu sempat kaget lalu melihat ke belakangnya. Gadis itu sama seperti posisinya tetapi gadis itu menindih Yuu. Mereka berdua diam sebentar lalu tertawa bersama.

Hanya mereka berdua yang mengerti apa yang mereka lalukan.

Yuu mulai bangkit dengan tiba-tiba yang membuat gadis di belakang Yuu jatuh. Yuu mengulukan tangannya ke arah gadis itu yang di terima baik oleh gadis itu. Mereka berjalan ke dapur untuk memasak makan malam. Tak lupa canda dan tawa selalu menghiasi kegiatan mereka.
.
.
.
Esok paginya terdengar ketukan pintu yang keras dan terburu-buru. Yuu memutuskan untuk membuka pintu itu, sedangkan gadis itu berada di dapur.

Saat Yuu membuka pintu terlihat prajurit dari istana dengan wajah-wajah mereka yang serius.

"Ada yang bisa saya bantu?" tanya Yuu sopan.

"Adakah yang bernama Ayumi Madoka di sini?" tanya salah satu prajurit yang paling depan dengan wajah marah sambil menunjukan sebuah poster yang tergambar wajah gadis yang selama beberapa bulan bersama Yuu.

Yuu terlalu shock melihat gambar itu sampai-sampai ia tak bergerak sama sekali.

"PERIKSA RUMAHNYA!" teriak prajurit yang paling depan itu.

Para prajurit yang di belakangnya langsung masuk dan membongkar isi ruangan itu.

"Tunggu dulu..-" cegat Yuu.

Tiba-tiba Yuu di dorong ke arah dinding dengan keras.

"Kalau kau tidak ingin rumahmu hancur, katakan di mana wanita itu!" kata prajurit itu dengan kasar sambil menarik kerah baju Yuu dangan cepat.

"Ugh..."

Gadis itu yang bersembunyi di tembok dapur memegang sendok sup dengan gemetar. Akhirnya gadis itu telah membuat keputusan. Gadis itu menjatuhkan sendok sup yang ia bawa dan pastinya para prajurit akan menengok ke arah dapur. Gadis itu meremas lengan jaket itu yang selalu ia pakai itu untuk bersiap.

Gadis itu akhirnya berlari dengan cepat ke arah pintu luar dan melewati beberapa prajurit yang belum bergerak. Yuu terkejut karena gadis itu menunjukan dirinya di depan prajurit.

Gadis itu berhenti di atas batu sambil melihat ke arah prajurit-prajurit yang berada di dalam rumah Yuu dan Yuu yang melihatnya tak percaya. Ekspresi gadis itu seperti ingin menangis.

"TANGKAP DIA!" teriak prajurit yang memegang kerah baju Yuu itu sambil mendorong Yuu kembali ke tembok.

Para prajurit itu berlomba lari ke arah gadis itu. Gadis itu mulai melompat lagi.

"KEJAR DIA SAMPAI TERTANGKAP!" teriak prajurit itu.

Yuu hanya bisa diam di tempat dengan wajah tak percaya. Yuu menunduk dan mulai menutupi wajahnya.
.
.
.
"Sudahlah, jangan murung terus." kata Aoi menyemangati sahabatnya itu.

Sekarang Aoi dan Yuu berada di pasar yang ramai.

"Apa dia tak apa? Ini sudah 2 hari." kata Yuu kawatir.

"Ya... Aku tidak pasti, aku juga belum melihatnya. Tetapi tetap saja aku kaget dialah Ayumi Madoka." kata Aoi sambil berpikir.

"Ngomong-ngomong kenapa saat itu para penyihir di bunuh?" tanya Yuu

"Oh... Kau belum dengar ya? Saat itu...-" perkataan Aoi terputus karena ada seseorang berteriak.

"SIAPKAN SENJATA KALIAN!" teriak seseorang dengan semangat.

"Ada apa? Apa yang terjadi?" tanya Yuu.

"Apa kalian tidak tau? Itu artinya satu-satunya penyihir sedang menuju kemari." kata pria di sebelah Yuu sambil tersenyum.

"(Kenapa kalian tersenyum? Apakah menyenangkan membunuh orang?)" pikir Yuu bingung.

Tiba-tiba ada seseorang yang datang dari atas berlari menuju ke tengah-tengah kerumunan. Orang-orang langsung mencoba untuk menusuk dan menggores dia. Seseorang tadi melindungi kepalanya dengan lengannya. Untung saja jaketnya sedikit tebal, jadi ia tak tergores begitu dalam.

Sampailah seseorang itu di depan Yuu. Ternyata dia adalah Ayumi. Yuu melihat rambut Ayumi yang berantakan dan pipi yang terdapat goresan-goresan kecil. Baru Yuu ingin memegang Ayumi, dia malah di dorong Ayumi dan Ayumi melindungi sebelah kepalanya dengan lengannya. Tiba-tiba pisau dapur menancap lengan Ayumi.

Ayumi dengan cepat melepas pisau itu dan langsung melompat ke atas. Di atap sudah ada ibu-ibu yang siap dengan pisau dapurnya. Dengan lincah Ayumi menghindari serangan ibu-ibu itu ke gedung di sebrangnya. Ayumi diam sementara di sana dan menoleh ke arah Yuu dengan datar.

Yuu melihat Ayumi dengan ekspresi kawatir. Melihat itu Ayumi menekuk alisnya dalam seperti merasa bersalah lalu melanjutkan melompat menjauh.

Aoi yang melihat itu menepuk sahabatnya untuk menenangkannya dan mengajak Yuu ke barnya agar bisa diam di sana sejenak.
.
.
.
Sesampainya mereka di bar Aoi, Yuu hanya melihat bayangannya di gelas yang hanya ia pengang.

"Wajahmu udah ganteng jangan bikin orang kesel." kata Aoi sambil menyusun gelas.

"Eh?"

"Kau melihat pantulan wajahmu terus berarti kau sedang mengaca, kalau kau mengaca berarti kau mengejek yang lebih jelek dari padamu!" kata Aoi dengan gaya ngambeknya.

"Eh bukan seperti itu." kata Yuu kaget.

"Kalau begitu jangan murung terus. Kau bisa tambah tua tau." kata Aoi dengan senyum sinisnya.

"Bukannya kalau sering marah baru tambah tua?" tanya Yuu bingung.

"Itu sama saja di kamusku." kata Aoi sambil duduk di sebelah sahabatnya.

"Hahaha... Baiklah." kata Yuu lebih tenang.

"Jadi, apakah kau penasaran kenapa saat itu para penyihir tiba-tiba di buru?" tanya Aoi.

"Ya, ceritakan kepadaku!" kata Yuu sedikit memaksa.

"Baiklah baik... Sebenarnya saat itu ada pembunuhan seorang mentri terpandang dan belum di ketahui bagaimana bisa dia terbunuh. Saat itu mentri sedang berada di suatu ruangan yang tertutup rapat. Karena itu banyak yang menebak para penyihirlah yang membunuh mentri itu." cerita Aoi.

"Hanya itu?" tanya Yuu kaget plus bingung.

"Ya... Beberapa pembunuhan lainnya juga ada dan pembunuhnya tidak di ketahui. Akhirnya semuanya berpendapat penyihirlah yang membunuh orang-orang itu." kata Aoi.

"Itu hanya dugaan bukan?" tanya Yuu tak percaya.

"En... Dugaan kuat? Entahlah aku juga tak mengerti. Akhirnya ada perintah untuk membunuh para penyihir. Ayumilah satu-satunya penyihir yang berhasil selamat tapi..." kata-kata Aoi terputus karena ia berpikir sambil menunduk.

Yuu juga ikut menunduk. Ia tak percaya dengan semua itu. Ia berpikir semua itu tak ada hubungannya dengan penyihir.

Di tengah keheningan tiba-tiba pintu terbuka.

"Ada apa dengan suasana toko ini? Seharusnya kalian lebih ceria." kata seorang bapak-bapak yang tiba-tiba masuk.

"Kenapa?" tanya Aoi.

"Kalian tau... Penyihir tadi telah di bunuh! Katanya di pinggir kota dia di sergap dan langsubg di bunuh!" kata bapak itu dengan antusias.

Yuu langsung berdiri dan berlari dengan cepat.

"Hei ada apa?" tanya bapak itu.

"Maaf, bisa titip sebentar." tanya Aoi sambil berlari mengikuti Yuu.

"Ah... Ya...?"

Yuu POV

Bodoh!
Aku sungguh bodoh!
Seharusnya aku bisa menyelamatkannya dan melindunginya!

Aku hanya berlari tanpa memperdulikan sekitarku.

Entah kenapa aku teringat lagi saat pertama kali aku bertemu dengannya.

Sikapnya...
Senyumnya...
Tawanya...

Semua! Semuanya terulang lagi dikepalaku yang membuatku menitikan air mata.

Kumohon! Bertahanlah!

AYUMI!

Arthor POV

Sesampainya Yuu di pinggir kota, terlihatlah banyak orang-orang berkumpul. Yuu mencoba melihat sekeliling untuk menerobos orang-orang itu.

"Yuu... Tung...gu..." kata Aoi sambil menenangkan nafasnya.

Yuu menghiraukan panggilan Aoi dan langsung menerobos kerumunan orang-orang yang bersorak-sorak.

"Yuu! Urgh..." akhirnya Aoi mengikuti Yuu dengan terpaksa.

"Oh tidak..." kata Aoi sesudah sampai di bagian palibg depan kerumunan itu.

Terlihat Ayumi tergeletak tak berdaya di jurang pinggir kota itu. Nafasnya panjang-pendek dan luka di perutnya yang membuat darah mengenai bajunya.

Tampa basa basi Yuu langsung turun menghampiri Ayumi.

"Yuu!" panggil Aoi.

Ayumi POV

Ada apa? Apa yang terjadi sekarang?

Seingatku aku tertusuk di bagian perut dan di biarkan oleh prajurit-prajurit itu.

"Yuu!"

Yuu? Apakah dia datang?

Aku tidak ingin ia melihatku seperti ini. Rasanya... Menyakitkan.

Kenapa tiba-tiba kepalaku terasa terangkat?

Kenapa aku merasakan air? Apakah hujan? Mengapa asin?

Aku membuka mataku pelan. Aku melihatnya sedang menunduk. Entah mengapa aku mengangkat tangan kananku dan memegang pipinya yang basah.

"Ayumi? Bertahanlah kumohon!" serunya sambil memegang telapak kananku yang berada di pipinya.

Aku hanya menggeleng. Aku rasa aku tak bisa bertahan.

"Kumohon Ayumi..." katanya dengan nada penyesalan sambil mendekatkan dahinya ke dahiku.

"Yuu..." panggilku.

Dia mengangkat wajahnya dan menatapku dengan tatapan sedih.

Sekali saja...

Ini yang terahir kalinya...

Aku mulai tersenyum.

"Gommennasai to arigato... Gozaimasu..., Yuu." kataku sambil memasang senyumku yang paling lebar.

Lama-lama pengelihatanku buram dan akhirnya menggelap dan tanganku melemas. Tetapi aku masih bisa merasakan hangat tangan Yuu yang memegang telapak tanganku dan mendengar Yuu menganggilku...

"Ayumi! AYUMI!"

Maaf dan terimaksih untuk segalanya ya... Yuu...

Arthor POV

Ayumi menutup matanya dengan senyuman di wajahnya.

Yuu akhirnya memeluk Ayumi dengan erat sambil terus menangis. Aoi hanya bisa terdiam di sebelah sahabatnya.

Semua orang yang dia sana ada yang merasa bingung dan iba.
.
.
.
Beberpa minggu kemudian...

"Apakah sudah semua?" tanya Aoi.

Yuu hanya menjawabnya dengan mengangguk.

"Akhirnya Yuu mau tinggal denganku!" kata Aoi sambil menangis terharu.

Yuu hanya bisa tertawa garing.

Yuu mangambil barang di bawahnya lalu menoleh ke belakang, ke dalam rumahnya yang tinggal perabotan itu. Ia mengingat saat-saat bersama Ayumi, walaupun tanpa berkata-kata. Hanya ada tawa dan keusilan mereka.

Yuu masih ingat dengan jelas tawa gadis itu, tatapan ketakutannya, ekspresinya yang beragam dan senyuman terahirnya.

Aoi melihat sejenak sahabatnya itu. Tiba-tiba Aoi merangkul Yuu yang menyebabkan Yuu kaget dan tak sengaja menjatuhkan barang yang di bawanya. Akhirnya barang itu terjatuh mengenai kaki Aoi.

"AWW!" jerit Aoi sambil memegang kakinya yang kesakitan.

"Maaf! Lagian kenapa kau bergerak seperti itu?" tanya Yuu.

"Aku lagi... Soalnya kau murung terus sih... Tenang saja! Kalau kau bekerja di barku kau akan menjumpai gadis-gadis cantik." kata Aoi dengan senyum khasnya.

"Kalau banyak gadis-gadis cantik mengapa kau masih singgle hah?" tanya Yuu yang mengambil barangnya dan mulai berjalan.

"Hei! Kau mengejekku ya?" tanya Aoi sambil mengejar Yuu.

Yuu hanya tertawa.

"Itterasai Yuu."

Yuu berbalik.

"Ada apa?" tanya Aoi.

Yuu malah tersenyum sambil berkata "ittekimasu!"

"Apa maksudmu?" tanya Aoi bingung.

Yuu malah mulai berjalan lagi.

"Hei! Jangan membuatku merinding dong! Hei Yuu!" panggil Aoi karena Yuu tetap berjalan.

"Rahasia." kata Yuu dengan senyumnya.

"Jangan main rahasia denganku! Cepat beritahu!" teriak Aoi memaksa.

Yuu malah tetap berjalan menjauh.
.
.
.
.
.
Hai... Bagaimana? Menadapat sedihnya? Aku berusaha agar para readers mendapat sedihnya. Yah.. Beberapa kali aku baca ulang sih... Biar nggak ada typo yang menganggu, masih ada ya? Aduh... Maklumi saya ya... Saya juga manusia.. Bentar-bentar bisa bilang aku, bisa bilang saya hehehe..

Comment klo kalian dapet sedihnya ya, votenya klo kalian suka. :)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro