-2 || Undercover-

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Seminggu setelah bertemu dengan JiNa membuat HyunAe merasakan apa itu muak. Setiap kali anak itu datang ke kelas dan menyapa HyunAe layaknya mereka adalah sahabat sungguh mengganggu HyunAe, padahal dia baru saja membuat kawan dengan anak-anak di kelasnya dan di luar kelas. Bisa dikatakan HyunAe cukup populer dan dia merasa beruntung tidak ada yang mengenalinya.

"Malam ini akan ada re-run untuk film terbaru itu! Kau tau, yang mendapatkan juara internasional!" seru JiNa yang menggenggam kursinya begitu kuat.

HyunAe mengernyit sebelum menjawab, "Maaf, hari ini aku ada acara."

"Eh? Acara klub resmi dibuka minggu depan! Apa yang akan kau lakukan? Aku ingat sekali kau bahkan berkata kalau di rumah lebih sering menyendiri. Jangan bilang kalau kau akan menghabiskan malammu dengan membaca buku saja dan memasang lagu sedih?"

Sebagian dari perkataan JiNa memang benar sehingga HyunAe mengernyit semakin dalam. Dia memang sering melakukannya di saat dia tidak memiliki jadwal latihan atau kegiatan lainnya dari sang ayah, namun kali ini berbeda. Dia memiliki sebuah pekerjaan yang harus dilaksanakan atas perintah ayahnya. Ucapan JiNa yang menusuk itu berhasil membuat HyunAe menghela kasar.

"Bukan," jawabnya dingin. "Aku ada pekerjaan lain. Cari orang lain atau ajak saja sahabatmu itu."

"Ey. Mereka para lelaki selalu pergi di akhir minggu, entah apa yang mereka lakukan sebenarnya."

JiNa tidak pernah mempertemukan HyunAe dengan sahabat-sahabat yang selama ini dia sebutkan, namun hanya dari mendengar ceritanya mereka terdengar cukup buruk. Jika suatu hari HyunAe akan diperkenalkan dengan mereka, dia tentu akan memilih untuk kabur, dia enggan harus berkumpul dengan anak-anak berandal, walau dia sendiri bisa dikatakan berandalan.

Karena tidak kunjung mendapatkan jawaban dari HyunAe, JiNa terlihat memajukan bibirnya karena tidak terima dengan sikap 'teman'nya itu. Kegiatan JiNa tidak luput dari beberapa anak laki-laki lain sehingga mereka langsung berteriak-teriak menyoraki betapa imutnya JiNa sekarang. Sang korban hanya bisa terkekeh kecil sebelum menutupi wajahnya yang mulai memerah karena malu, membuat HyunAe menghela napas berat.

"Aku tidak akan pergi hari ini atau besok. Lagipula, tidakkah kau memiliki tutor nanti malam? Mereka mengganti kelas kemarin, kan?"

JiNa yang mendengar ucapan HyunAe kembali membulatkan matanya takjub. "Eh? Bagaimana kau bisa tau?" HyunAe yang menyadari ucapaannya yang barusan langsung menutup mulut dengan tangan kirinya.

"Tidak, abaikan saja aku. Intinya, jangan ajak aku atau memaksamu untuk ikut denganmu. Aku sibuk."

Bertepatan dengan ucapan HyunAe, bel tanda pelajaran selanjutnya dimulai menyelamatkannya. JiNa terdengar menghela napas sembari dia membalikkan tubuhnya untuk menatap ke arah depan lagi. Sebuah senyum kemenangan tergambar di bibir HyunAe, sebisa mungkin dia berusaha agar tidak ada yang melihatnya karena dia tau senyumannya terlihat mengerikan. Terjadi saat pelajaran olahraga di hari ketiganya.

Tepat ketika semua anak sudah keluar dari kelas, termasuk  JiNa yang sempat menatap kesal ke arah HyunAe, gadis yang mengenakan jaket abu itu segera mengeluarkan tas kecil dari dalam tas ranselnya. Sekali lagi dia mengedarkan matanya untuk memastikan tidak ada yang memperhatikan sebelum dia mengeluarkan isi dari tas kecilnya. Sepatu boots tanpa heels dan juga celana training polos berwarna hitam terlihat.

HyunAe melepas sepatu sekolahnya dan langsung mengenakan celana trainingnya, setelah terpasang rapih dia langsung melepas rok sekolahnya yang sering dikomplain ke ayahnya terasa tidak enak. Dia melanjutkan kegiatannya dengan mengenakan sepatu boots, memasukkan ujung celananya ke dalam sepatunya. Sebuah senyum kepuasan terukir ketika dia berhasil menggunakan sepatunya dengan benar. Dia juga mengeluarkan topi senada dengan jaketnya sebelum mengikat rambutnya ke dalam topinya.


"Baiklah, saatnya kita lihat siapa yang memanggil." HyunAe menyampirkan tas sekolahnya pada satu pundak, menggenggam ponsel yang berbeda dari biasanya. Di saat ponselnya yang biasa terkesan imut, ponsel yang ada di genggamannya membuat dia terlihat sedikit menyeramkan.

"Nona Shin, Anda diharapkan berada di tempat sekarang juga."

HyunAe mendongakkan kepalanya untuk menatap orang yang mengajak dirinya berbicara. "Ah, appa yang menyuruh?" Pertanyaan tersebut dijawab dengan anggukkan kecil. "Baiklah. Aku akan meninggalkan tasku di mobil, dan seperti biasa, aku akan mengambil ini."

HyunAe terlihat memasukkan tas sekolahnya sebelum mengambil tas ransel lain yang berwarna hitam dengan highlight merah darah. Lagi-lagi dia tersenyum ketika menggunakan tas tersebut, seperti merasa puas dengan kegiatannya yang sekarang. Setelah membuka pintu belakang mobil, HyunAe mengambil sesuatu yang terlihat seperti hoverboard dan menggunakan gelang yang diberikan oleh sopirnya.

"Berhati-hatilah," saran sopir HyunAe.

"Ini tidak seperti pertama kalinya bagiku dalam keadaan hampir mati."

"Tetap saja, Nona. Klien kita yang kali ini ... terkenal karena sungguh brutal." HyunAe terkekeh kecil sebelum menepuk pundak sopirnya. "Ah, benar. Anda tentu saja akan bisa melakukan segalanya. Saya akan menunggu di blok ketiga."

"Jangan lupa kode back-up kita!" seru HyunAe yang kini sudah menaiki hoverboard-nya dan melaju menuju jalanan yang sepi.

Di pertengahan jalan HyunAe terlihat menggunakan kacamata sebelum mencari tempat yang lebih sepi lagi. Dia mengeluarkan salah satu kotak dalam tasnya yang baru untuk membuka tempat penyimpanan contact lens miliknya. Kini matanya yang cokelat telah berubah jauh menjadi abu-abu terang, sama seperti jaket dan topi yang dia kenakan. Ini adalah salah satu penyamaran yang disukai oleh HyunAe.

Tidak lupa HyunAe mengeluarkan kerah seragamnya dan memasang sebuah bros bergambar panah dan anaknya. Dia kembali melanjutkan perjalanannya ketika sudah merasa puas dengan semua outfit yang sekarang dia gunakan. Satu-satunya yang perlu dilakukan sekarang hanya berharap tidak ada yang bisa mengenalinya dengan semua pakaiannya sekarang. HyunAe yang memiliki image sebagai gadis imut dan polos telah hilang digantikan dengan seorang HyunAe yang terlihat sarkastik.

Citra yang dia ciptakan di sekolah terbentuk dengan sendirinya, dia sama sekali tidak ada maksud untuk terlihat lemah di hadapan anak-anak lain. Terlebih setelah kejadian di mana dia tergelincir di loker ketika selesai pelajaran olahraga, dari sanalah JiNa mulai terus mengganggunya tanpa henti layaknya esok hari adalah dunia akhirat.

HyunAe berhenti di depan sebuah apartemen yang kecil dan masuk, mencari nomor rumah yang ada di data ponselnya. "Permisi, apa ada orang?" HyunAe memencet bel yang ada dan memanggil-manggilnya. "Permisi? Ini aku, ShiHyun!"

Pintu tersebut otomatis membuka ketika mendengar kode nama milik HyunAe. Bukannya membuka secara lebar, pintu tersebut terlihat tersegel dengan rantai yang ada, membuatnya hanya terbuka sedikit saja. Ini membuat HyunAe kembali memicingkan matanya curiga. Apa dia sudah terlambat dan ada sebuah kejadian yang dia lewati?

"Kenapa kau datang lama sekali? Apa kau tidak tau setiap detiknya sungguh berarti?" ucap orang dari dalam tanpa menunjukkan wajahnya.

Awalnya HyunAe ragu untuk menjawabnya, tapi keputusannya sudah bulat. "Mian, tadi ada beberapa berkas yang harus diurus," bohong HyunAe lancar. "Apa aku boleh masuk sekarang?"

"Tidak perlu!" seru orang tersebut dengan cepat. "Sekarang kau pergi saja. Lift yang tadi kau naiki hanya bisa ke arah atas, mereka tidak akan membuka untuk penumpang turun."

Ucapan orang yang di dalam membuat HyunAe mengerutkan keningnya. Mana ada lift yang bekerja seperti itu! Meski ucapannya terdengar janggal, HyunAe masih menganggukkan kepalanya kecil, sekarang merasa lebih was-was dengan keadaan sekitarnya. Dia tidak boleh sampai lengah, jika hal tersebut terjadi, dia akan langsung habis tanpa sisa.

"Gunakan saja tangga, di lantai tiga akan ada penjaga, jadi jangan sampai kau terlihat mencurigakan," lanjut orang tersebut. "Terlebih dengan pakaian yang kau gunakan."

"G-gomawo," jawab HyunAe bingung. Apa ada yang salah dengan pakaiannya? Atau itu hanya sebuah alasan saja?

"Cepat pergi!" Teriakan orang itu mengejutkan HyunAe namun menyadarkan dirinya dari lamunan tidak berdasar miliknya.

Kakinya melangkah menuju tangga yang hanya ada satu di ujung lorong tersebut. Matanya menuju ke atas dan menemukan kekosongan sebelum menatap ke bawah, menyadari penjaga yang disebut oleh orang tersebut. Keningnya kembali berkerut ketika menyadari itu adalah orang yang sama dengan yang dia temui di gerbang depan. Apa dia memang selalu berada di situ atau dia memiliki shift kerja?

Sepatu boots HyunAe yang berat menggema di tangga yang kosong tak ada orang. Matanya terpicing berusaha untuk menangkap kejanggalan apapun itu yang ada. Tepat ketika HyunAe berada di lantai empat, dia melihat sebuah bercak darah pada gagang pintu yang setengah menutup. HyunAe yakin terhentinya langkah kakinya membuat penjaga yang disebut-sebut menyadari kalau HyunAe menemukan sesuatu.

"Ada masalah, Nak?" panggil penjaga tersebut yang sudah mulai naik. Dia terlihat menggenggam sebuah senter tanpa menyalakannya. "Lantai empat tidak bisa dibuka pintunya, itu untuk kamar-kamar elite."

"Ah, begitu." HyunAe segera menutupi gagang pintu yang memiliki bercak darah, menggunakan jaketnya untuk mengusap darah tersebut, siapa tau akan berguna nantinya. "Berarti aku salah alamat. Sahabatku berkata kalau dia tinggal di apartemen ini, di lantai empat."

Penjaga itu kini berada di hadapan HyunAe, dia mengerutkan kening seperti orang yang bingung. "Apa kau yakin? Kau tidak membaca tanda di depan tadi? Apartemen ini hanya bisa dihuni dari lantai tujuh."

Ucapan penjaga itu membuat tenggorokkan HyunAe terasa tercekat. Orang yang memanggilnya berada di lantai enam, tetapi penjaga yang ada berkata kalau lantai tujuh baru bisa digunakan. Siapa yang berbohong di sini? Siapa yang mengatakan sejujurnya? Senyuman penjaga itu juga membuatnya merasa sungguh takut, siapa yang harus dia percayai sekarang?

"Nak, lebih baik kau keluar sekarang. Kau ... berasal dari lantai enam, kan?" Tubuh HyunAe sontak menegang ketika lantai tersebut diutarakan. Genggamannya pada case hoverboard miliknya semakin menguat, sedangkan tangannya yang lain sudah menyusup ke kantong bawah tas miliknya.

"Siapa Anda?"

"Nak, jangan curigai aku. Kakek tua ini sudah sering pergi ke medan pertempuran, meski aku tau caranya berbohong agar selamat, aku yakin kau juga bisa mendeteksi kebohongan." Mata HyunAe kini menyipit, dia memanjangkan lehernya untuk mendengar ucapan selanjutnya dari sang penjaga. "Kau ini berasal dari Shin Group, kan? Kau ... adalah penerus mereka, bukan? Shin HyunAe, anak dari Shin SeungWoo."

⚔️🥊⚔️

(22/03/2021)

Update terbaru! Gimana chapter yang satu ini? Berhasil bikin tegang? Tunggu lanjutannya minggu depan ya!

Jangan lupa tinggalkan vomments kalian dan share cerita ke temen2 kalian! Masukin reading list dan follow aku untuk update lainnya ^^

See you next week~

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro