58

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Mblo, punya teman di Wattpad? Ayo ajakin dong baca cerita ini. Hihi. Biar kalian bisa ngerumpiin Abang Arthur yang ketcheh ini.

Mblo, mari ramaikan lapak ini agar bahagia kita bersama. *ngawur*

Anyhoe ... enjoy!

.
.
.

Athena hanya diam sementara Quentin terus berceloteh di mobil. Dia melirik ke ponselnya untuk memastikan apakah ada panggilan masuk.

Tidak ada.

Malam sudah hampir pukul sepuluh dan Quentin hanya membawanya berputar mengelilingi kota. Mata Athena mulai mengantuk.

Rasanya, dia menyesal karena sudah terbawa emosi dan justru pergi bersama pemuda yang dari tadi terus bercerita soal klub renang SMA-nya. Seandainya tahu bakal begini, Athena lebih memilih tinggal di rumah sambil menghabiskan stok bir di kulkas Arthur.

Atau mungkin untuk pertama kalinya, dia akan pergi ke kamar tempat lelaki itu menyimpan koleksi action figure miliknya.

Athena tahu Arthur punya koleksi mainan tersebut di ruang kerjanya.

Hah! Biar lelaki itu panik karena tahu ada yang mengacak koleksinya, batin Athena.

Tapi dia kemudian menyadari kalau itu bukan ide yang bagus. Gadis itu membayangkan kalau ada yang mengacak koleksi make up miliknya, dia tentu tidak akan menyukai hal itu.

Athena tahu, dia tidak bisa terus-terusan begini. Dia terlalu kekanakan dan bereaksi berlebihan. Padahal, belum tentu pengakuan wanita itu benar.

I mean, Arthur kaya, tampan, dan punya daya tarik yang kuat. Sekali lagi, nurani Athena berbisik. Wajar saja ada perempuan yang nekat mengaku-ngaku.

Dia kemudian memerintah tanpa melihat Quentin, "Antarkan aku pulang."

"Tapi---"

"Tidak ada tapi-tapi. Aku ingin pulang. Sekarang juga."

Athena menyadari kalau dia terus-terusan keras kepala seperti ini, situasi tidak akan menjadi lebih baik. Jadi, untuk kali ini, dia ingin mencoba untuk bersikap dewasa dan berhenti berpikiran dangkal terhadap Arthur.

Arthur sudah sering bersabar kepadanya selama ini. Tidak seharusnya dia memperlakukan pria itu seperti tadi. Arthur sudah menyelamatkan hidupnya. Memperlakukan dia dengan baik pula meski dirinya bukan suami sungguhan.

Pemuda yang tengah mengemudikan mobil di samping Athena diam. Alih-alih mengikuti perintah si gadis, dia mengerem mobilnya.

Mobil menepi di lingkungan yang sepi, membuat perasaan Athena tidak enak. Gadis itu mengernyit curiga karenanya.

Quentin yang biasanya memasang tampang seperti orang bodoh, malam itu berbeda. Matanya berapi-api dan dia melempar tatapan bengis kepada Athena. "Oh, hell no! Sudah cukup kau permainkan aku, Jalang! Sekarang, aku bakal mengambil apa yang seharusnya kau berikan kepadaku sejak lama!"

Tubuh Athena membeku, tetapi sedetik kemudian, dia berusaha membuka pintu mobil.

Sialnya, Quentin memanfaatkan central lock untuk mengurung Athena. Pemuda yang sudah sinting itu tertawa. "Sekarang, kau tidak bisa lagi mengelak."

Nyonya McClain yang terjebak cuma bisa mengutuk kebodohannya. Tidak ada lagi jalan untuk dia melarikan diri.

Dia hanya bisa menjerit ketika Quentin mulai mencengkram dua tangannya.

***
Betapa kecewanya Arthur tatkala menemukan rumah dalam keadaan kosong. Athena tidak bisa ditemukan di ruangan mana pun.  Padahal, dia pikir akan membicarakan masalah ini dengan Athena.

Mata Arthur nanar melihat ke seisi ruang keluarga yang tadi merupakan tempat Athena menunggunya pulang kerja. Kini sudah nyaris tengah malam. Mungkinkah Athena pergi ke tempat temannya?

Dia mengambil tempat untuk duduk di sofa. Detik berikutnya dia ubah posisi tubuhnya menjadi berbaring. Kakinya mengantung di udara seperti biasa karena tinggi tubuhnya. Arthur lantar memejamkan mata membayangkan Athena.

Padahal gadis itu tadi mungkin punya sesuatu untuk dikatakan kepada Arthur. Akan tetapi rupanya nasib pria itu tidak beruntung. Ada saja kejadian yang mengganggu.

Sejujurnya, Arthur merasa kasihan kepada Shailene. Dia ingat kalau perempuan itu dulu pernah bercerita bahwa orang tuanya memutus hubungan dengan dia karena memilih untuk menikahi pemuda berandalan di usianya yang masih delapan belas.

Kini, sudah sepuluh tahun, dia tidak bertemu dengan keluarganya, terlalu malu karena ternyata pemuda itu berselingkuh dengan banyak wanita dan pria. Dan di Portland ini, Shailene tidak punya banyak teman dekat. Hanya teman kerja yang sekadar bertukar sapa.

Namun, rasa kasihan Arthur luntur manakala mengingat perbuatan perempuan itu yang mau menjebaknya. Seandainya Shailene jujur dari awal kalau dia butuh bantuan, Arthur tentu akan menolongnya. Sayangnya, kini Arthur terlanjur kehilangan simpati.

Arthur menghela napasnya kasar. Entah di mana istrinya kini berada. Barangkali benar dia ada di tempat Fonda?

Mata lelaki itu langsung terbuka cepat lantaran mengingat ancaman Athena tempo hari.

"... aku akan kembali ke Lakeville!"

Arthur tersentak saat kalimat sarat ancaman itu kembali terngiang di telinganya. Tidak mau sampai semua terlambat, Arthur langsung mengambil telepon genggamnya. Dia berusaha menelepon Athena.

Namun, berapa kali dihubungi, panggilan Arthur tidak diangkat dan teralih ke voicemail. Lelaki itu punya firasat buruk soal ini. Dia berharap dugaannya keliru.

.
.
.

25 Februari 2017
187K views 31,3 votes
#49 in Romance

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro