Kapal Belanda

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Bagaimana rasanya jatuh cinta? Percaya atau tidak menurutku rasanya seperti jatuh keselokan, bila cintamu bertepuk sebelah tangan.

"Siapa nama pacarmu sekarang?" Tanya Sasa padaku.

"Aku mahasiswa perantauan, jadi aku tidak pacaran," jawabku, aku adalah mahasiswa perantauan bagai serigala yang sendirian.

"Kenapa kau mau jadi pacarku waktu itu?"tanya Sasa lagi, aku pernah pacaran dengan Sasa, nanti akan aku ceritakan.

"Karena kita teman seperjuangan."

"Apa hubungannya? Kau dulukan memang naksir aku," Sasa memang wanita yang penuh percaya diri. "Apa kau masih suka denganku?" dia bertanya lagi sambil berjalan disampingku, "suka atau tidak, suapaya jelas."

Jelas apa? Aku merasakan hawa keberadaan Dewi muncul dari dalam diriku, lalu aku menghayal Dewi muncul dibelakang kami sambil memeluk punggungku, Dewi memberiku sebuah pistol dan berbisik kepadaku, "habisi bocah sok manis ini sayang, demi cinta kita, demi anakmu yang ada dikandunganku."

Dalam hayalanku Sasa menangis dengan linangan air mata, "apa yang kau lakukan? Bukankah kita teman seperjuangan! Aku yang lebih dulu mengenalmu!" Sasa meangis sambil melihat Dewi memelukku dari belakang.

Dewi mencium pipiku dan berbisik, "tembak dia suamiku."

DOOOR!

Hasta La Vista Sasa.

Aku melihat kearah mata Sasa dengan selembut mungkin dan berkata kepadanya, "kita teman, teman seperjuangan."

Ini bulan Desember mendekati akhir tahun, dan dibulan Desember adalah bulan dimana kaus kaki para mahasiswa sangat bau, dibulan Desember kami juga memasuki Ujian Akhir Semester, dibulan ini juga sering hujan dan macet luar biasa di Jakarta Selatan. Tepat awal bulan kami para mahasiswa sedang menghadapi Ujian Akhir Semester, "Auuuu!" Para mahasiswa melolong seperti serigala saat keluar ruang ujian, "auuuuu!"

Aku melihat Nana adik kelasku, dalam beberapa mata kuliah aku sering sekelas denganya, Nana adalah cewek tomboi, rambutnya pendek seperti laki-laki, baju kaos dan jas, Nana bahkan menyebut dirinya Neji-kun, aku seriang salah sebut Neji-kun menjadi NAZI-kun. Aku melihat Neji-kun berjalan sambil menenteng mainan tama gochi dan teh botol, melalui ruang ujian dimana aku berada, karena aku duduk dibagian paling depan jadi aku bisa melihatnya, Neji-kun tadi aku kira dia sudah berlalu, namun tiba-tiba kepalanya muncul mengintip didekat pintu ruang ujian, dia melihat kearahku dan "Auuuu!" si Neji-kun melolong kearahku, dasar serigala Jerman!

Dengan penuh perjuangan kami akhirnya keluar dari ruang ujian, aku melihat wajah Adit tersenyum puas, sementara aku tidak henti-hentinya memanjatakan doa, aku tidak yakin dengan jawabanku, aku asal jawab saja. Adit temanku adalah mahasiswa semester 7 dan aku mahasiswa semester 5, walaupun begitu wajah Adit terlihat seperti bocah SMA dari pada anak kuliaan, karena itulah banyak cewek yang suka novel dan komik tergila-gila denganya bahkan termasuk Sasa. Adit juga seorang idealis yang netral dan moderat, tidak seperti aku, Husain dan Julius, kami bertiga sangat rasis, apa lagi menyangkut masalah gender.

Kami beruda berjalan melalui Neji-kun yang duduk disebuah kursi panjang diruang teori, "auuu!" Neji-kun melolong kearah kami, Adit melihatnya sambil tersenyum-senyum, entah kenama didalam senyuman itu aku merasakan adalah hal yang tidak beres.

"Werewolf Prusia," bisikku pada Adit, Prusia adalah kekaisaran Jerman zaman dulu.

Adit membalas bisikanku, "tapi dia manis," sial si Adit!

Setelah pulang dari ujian kami berkumpul diasaram, Husain ternyata banyak sekali menyewa komik, kami langsung berebut, ada Nube, Komang, P-MAN, Ninja Hatori, dan Kapten Kids, aku langsung menyambar Komik Komang, saat kami sedang membaca komik Adit mengajakku bicara, "bagaimana menurutmu Nana?"

"Jangan dia Dit, banyak cewek normal bertebaran, Neji-kun itu cewek tomboi, para cewek tomboi itu perwujudan Facisme Mussolini,"Jawabku yang membuat kami semua tertawa, kecuali Adit, dia tidak senang dengan candaanku.

"Ini masalahnya, kau tidak paham," kata Adit menjelaskan pada kami, saat ini kami ada diruang tamu asrama, ada aku, Husain, Adit dan Edo, "cewek tomboi memang memiliki gaya hidup yang sedikit berbeda pada cewek umumnya, namun bukan berarti mereka memiliki keterbelakangan masalah kejiwaan, dan perlu kalian ketahui gaya hidup seseorang bukan untuk dibuat lawakan, facisme Mussolini apa kau sinting?" Adit marah padaku.

"Apa aku salah?" kataku dengan tampang seimut mungkin agar Adit tidak terlalu marah.

"Iya, kau sangat salah," kata Adit dia tambah marah, "wanita umumnya sangat sulit melakukan gaya hidup sesuai keinginannya, karena mereka terikat dengan budaya, agama, norma, keluarga dan kodrat mereka, dan sekali lagi semua itu bukan untuk kita jadikan bahan lelucon, bayangkan kita ada diposisi mereka, gerakan para wanita terbatas, tidak seperti kita yang bebas asal bicara dan berkelahi, para wanita juga ingin menikmati gaya hidup, seperti kita."

Mendengar itu kami semua tertawa, bahkan Husain yang tertawa paling keras.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro