Pelukan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Kami duduk di tepi bendungan sambil mencelupkan kaki ke air, "Kita temankan?" Tanya Neji-kun sambil mengerakan alis matanya.

"Tentu saja kita teman."

"Teman selamnya."

"Tentu, selamanya."

"Kalau ada perlu apa-apa cari saja aku, aku pasti akan menolongmu," kata Neji-kun sambil menatap kearah danau.

Aku hanya bisa berkata, "Terimakasih banyak."

"Teman selamnya," kata Neji-kun sambil mengajakku berjabat tangan, tangan Neji-kun begitu lembut dan kecil, dengan cepat aku melepaskan tanganya, ada sebuah benda biru di bahu jaket Neji-kun, aku ingin tersenyum dan mencoba mengambilnya, konyol sekali. Namun tiba-tiba Neji-kun merangkul bahuku, dia juga mengelus rambutku yang baru saja dipotong, "Rambutmu seperti tentara."

"Tentara Amerika sir," kataku dengan gaya has Marinir Amerika, "Kemarin baru saja potong rambut, sir."

"Sir?" Neji-kun tertawa kecil dan rangkulannya menjadi semakin kuat, "Kenapa Cuma rambutmu yang di potong Onii-chan?"

"Tentu saja, kalau kepalaku yang dipotong aku bisa mati."

"Biar saja," katanya tertawa.

Neji-kun tertawa nyaring didekat telingaku, dia tiba-tiba memelukku dari samping. Aku melihat jam tanganku, dua puluh menit lagi jam 10 malam, namun aku merasakan sebuah hembusan nafas di dekat hidungku, wajah Neji-kun begitu dekat dengan wajahku, dia sengaja mendekatkannya.

"Ayo kita pulang, ini hampir jam 10," kataku sambil meniup rambutnya yang pendek, dia terlalu dekat.

"Sebentar lagi," katanya sambil mendekatkan ke palanya ke kepalaku.

"Tidak bisa, kita harus pulang sekarang, kita sudah terlalu jauh dari perkomplekan, aku takut ada apa-apa," aku berusaha meyakinkannya, namun pelukanya semakin erat, aku merasakan bibirnya mengesek pipiku, ada apa denganmu Neji-kun? Aku menangkap tanganya yang memeluku dan menurunkanya, lalu kami berdiri dan berjalan pulang. Entah mengapa aku merasa Neji-kun Nampak tidak senang, dia menendang tanah dengan kesal.

"Kauini kenapa? Bisa kan dipaskan jam 10," kata Neji-kun dengan nada tidak senang.

"Jangan, saat jam 10 angin malam tidak bagus, kita bisa sakit pingang," kataku sok tahu.

Kami berjalan pulang menyusuri jalan yang tadi kami masuki, keadaan di sini sangat sepi, padahal malam ini malam minggu tapi tidak ada satupun orang terlihat lagi. Aku merasakan hawa lembab dan tanah di sini menjadi berair, ternyata air mulai pasang dan menggenangi tanah karena efek geravitasi bulan, malam ini malam bulan purnama, bulan purnama menarik air ke daratan.

Kami berjalan menyusuri jalan kecil yang diapit oleh tembok, kami tiba-tiba berhenti, terlihat banyak sekali kunang-kunang disekitar sini, dan itu artinya malam ini sudah memasuki pase romantisme, tidaaak! Kunang-kunang ditempat ini semakin banyak, "Mereka inikan kuku orang mati,"  kataku sok tahu.

"Jahat! Kaujangan menakutiku," Neji-kun mendorongku kedinding, kedua tanganya menahanku, aku tidak bisa bergerak. "Kau laki-laki paling jahat!" Neji-kun marah dan berteriak kearahku yang tersandar didinding, "Badboy! Playboy!" kemudian dia mengerakan bibirnya tanpa bersuara, aku bisa membaca gerak bibirnya, "Kau bajingan," kira-kira itu yang diucapkannya.

Namun tiba-tiba muncul suara anjing menyalak, mendengar suara anjing Neji-kun terlihat ketakuatan dan lari meninggalkanku yang tersandar di dinding seperti setiker jagoan neon. Aku benar-benar bingung, apa sebenaranya yang sudah terjadi? Aku sudah bersikap ramah dan menjaga kelakuanku, tiba-tiba saja dia marah dan meninggalkanku, wanita memang suka membuat orang bingung dan membuat setiap pria merasa bersalah, aku bertanya pada diriku sendiri, apa aku memang salah? Diriku menjawab, "Kau memang salah bodoh! Minta maaf sana," tuhkan, selalu aku yang salah, aku kecewa dengan diriku sendiri.

Aku berjalan cepat kedepan, aku takut ada apa-apa dengan Neji-kun, bagaimana kalau dia diculik polisi rahasia karena terlalu manis? Culik saja, memangnya dia semanis itu. Mengapa malam ini aku terlihat bodoh? Menjaga seorang wanita saja aku tidak bisa. Ditengah jalan aku melihat sebuah pohon akasia, terlihat Neji-kun bersembunyi ketakutan di balik pohon itu, aku berdiri didepan pohon dan memangil Neji-kun, "Nana."

Neji-kun muncul dengan marah dan memukul-mukul tubuhku dengan kedua tanganya, lalu dia menarikku ke balik pohon akasia dan dia tiba-tiba memelukku, aku sangat gugup, Dewi jahat! Dulu dia tidak pernah memelukku.

"Kau jahat! Antar aku pulang ke asrama," bisiknya di telingaku, dia bukan hanya berbisik tapi sengaja mengehembuskan nafasnya kebagian telinga dan leherku, si Neji-kun benar-benar tukang cari masalah! Aku merasakan nafasnya dihebuskan dengan sengaja di leherku, aku juga merasakan bibirnya perlahan menyentuh kulit leherku dan gigitan kecil yang membuatku merinding dan beku, aku langusng mendorongnya. Demi Van Helsing! terkutuklah kauwahai Vampir Transilvania! Teganya kaumelakukan itu di leher sahabatmu.

Aku meraba leherku untuk memeriksa apa leher ini sudah berlubang, apa semua baik-baik saja? sialan! Ada bekas gigitan dan liur encer beraroma nasi goreng, Iyuk!

Kami kembali berjalan, sepanjang jalan kami hanya saling diam, mana mungkin kau berani bicara setelah mengigit leher sahabatmu, dan memang saat ini bukan momen yang pas untuk bicara. Kami sampai di perkomplekan, aku terus mengikuti Neji-kun untuk mengantarnya ke asrama putri, saat ini listrik masih mati, namun jalan masih terlihat karena cahaya bulan.

Kami sampai ke asrama putri dan itu akhirnya aku bisa pulang dan membersihkan leherku, baru saja seorang bocah derakula mengigit leher seorang Mahasiswa non-blok. Sebuah benda biru terlihat di jaket bagian bahu Neji-kun, aku berusaha mengambilnya, "Nana, jangan marah ya, sebenarnya mulai dari tadi..." Tidaaak! Aku ingin mengambil benda biru itu malah menangkap tangan Neji-kun tidak sengaja, ups! sorry sir.

  Aku salah tangkap! Neji-kun berbalik dan mendorongku ke pagar, dia dengan cepat langsung memelukku, aku tidak bisa bergerak, dia menghimpitku dengan kuat, aku meraskan pipinya yang basah menempel di pipiku, kelihatanya dia menangis, dia menempelkan pipinya dan bibirnya mendekati telingaku, "Kamu tahukan setelah kita lulus, kita akan berpisah, apa kamu ingin kita saling melukai? Kamu sudah tahukan? Tolong jangan katakana apa-apa, kita sudah berjanji jadi teman selamanya, tolong jangan katakana apapun."

Lampu tiba-tiba menyala, tapi cahaya lampu terhalang oleh bayangan pohon sehingga tidak menerangi kami, Neji-kun mendekatkan wajahnya tapi matanya tidak mau melihat kearahku, bibir kami cukup dekat, tapi aku tidak bisa melihat bibirnya yang ternyata sudah cukup dekat dengan bibirku, bibirnya menangkap bibir bawahku dan menjepitnya lalu menarik perlahan, apa-apaan ini? Apa kami baru saja berciuman? Kenapa hanya bibir bawah saja? Ciuman hanya separu bibir, Dasar cewe pelit!

Dia melepaskan pelukannya, aku memberanikan diri melihat wajahnya, namun dengan cepat dia menutupu wajahnya yang basah dengan tangannya. Dia menangis terisak-isak dan dengan cepat masuk ke asrama sambil membanting pintu tepat dihadapanku.

Malam ini terasa sangat tidak enak sekali, tubuhku lebih besar dari Neji-kun, aku bisa saja mendorongnya saat tahu ada gelagat aneh yang dilakukannya, tapi aku hanya diam saja, aku membiarkan dia melakukan itu, kyaaah! Aku memang pria murahan!

Aku kini berjalan pulang dengan hati tidak karuan, si pecundang non-blok dan malam minggu yang juga pencundang dan bodoh, kenapa hal seemosional ini bisa terjadi? Di malam ini? Wanita memang benar-benar gila, padahal tadi aku hanya ingin mengatakan pada Neji-kun ada penjepit jemuran berwarna biru di jaketnya, tapi sialan benar! Kacau semua! Benar-benar kacau.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro