24

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Mayat Kevin yang hanya terdapat setengah karena setengahnya lagi sudah meleleh menyisakan cairan berwarna merah pekat serta bau busuk.

Pemandangan itu saja membuat perut Judith mual. Ia melangkah mundur dan menjauhi kamar tersebut.

"Ke-kevin...."

Judith tidak percaya bahwa kini Kevin sudah tiada. Apalagi dalam kondisi yang menyedihkan seperti itu.

Tidak! tidak!

Rasa takut yang tadi sempat menghilang kini kembali lagi. Judith takut kalau - kalau ternyata monster yang tadi mengejar mereka sudah ada di lantai ini. Berada di salah satu kamar yang tertutup, tinggal menunggu untuk keluar saat membuka salah satu pintu.

"Tenang Judith... tenang Judith.... semua akan baik - baik saja....." gumamnya pada diri sendiri.

"ARGHHHH!!!!!!!"

Judith menoleh ke arah kamar Mario dan Camilla. Meski ragu, Judith berjalan mendekati kamar tersebut.

Judith dapat melihat tubuh Mario dan camilla yang dililit oleh gurita raksasa berwarna hitam, cairan kehijauan keluar dari pori - pori gurita menimbulkan aroma menyengat.

"Hiks!!! To-tolong!!!'

"SIALAN!"

Camilla menangis menatap Judith.

Judith diam mendengar rintihan Camilla, ia tidak merasa sedih ataupun ketakutan.

Entah kenapa Judith merasa lega.

Bahkan ketika ia mendengar makian Mario-yang pertama kali ia dengar. Judith tidak kaget.

"HA-ahahahaha!!"

Judith tertawa melihat tubuh kedua orang itu mulai remuk oleh tentakel. Judith berjalan mundur, matanya tetap melihat Mario yang juga menatapnya dengan tatapan yang bercampur marah dan putus asa.

Ah....

Judith menyukainya.

***

Camilla menatap Mario, sepeninggal Judith lelaki itu diam. Ia juga tidak banyak bicara saat Judith datang dan memergoki mereka.

"Mario..." panggil Camilla.

Ekspresi Mario yang datar dan terasa hampa baru pertama kali camilla lihat. Biasanya Mario memiliki tatapan yang hangat dan bersahabat.

Camilla tidak bisa menebak apa yang ada di dalam kepala lelaki itu.

"Judith... sepertinya marah pada kita, bagaimana ini?"

Sudah pasti Judith marah dengan mereka, Camilla juga tidak menyangka bahwa mereka akan ketahuan secepat ini. Bahkan di saat seperti ini.

"Tidak apa - apa, nanti aku akan menjelaskannya kepada Judith," ucap Mario

"Judith... Dia marah pada kita,"

"Kurasa ini memang yang terbaik untuk kami, aku yang salah karena tidak mengatakan yang sejujurnya pada Judith."

Romeo memeluk Camilla, "Tenang saja oke?"

Cukup dengan kata - kata itu saja membuat Camilla menjadi tenang. Ia tidak lagi merasa gelisah.

Sejujurnya, saat Judith melabrak mereka, Camilla sudah memantapkan diri jika Romeo tidak memihaknya dan malah memihak Judith, ia akan menangis-mengucapkan permintaan maaf.

Namun karena Romeo tidak memihak Judith, Camilla jadi percaya diri untuk mengatakan apa yang ia ingin katakan di depan Judith.

"Aku masih kedinginan..." Ucap Camilla sambil memeluk Romeo.

Romeo balas memeluk Camilla, "Kita lanjutkan oke?" Ucapnya sambil mencium pipi Camilla.

KRAK!

Camilla mendengar suara patah dari bawah ranjang, terpaksa ia dan Romeo menghentikan kegiatan panas mereka.

"Awas!" Peringat Romeo

Beberapa tentakel gurita raksasa keluar dari ranjang, membelit tubuh mereka dengan cepat. Camilla merasa geli dan jijik saat tentakel itu menyentuh kulitnya. Ia dan Romeo masih sama - sama telanjang. Saat Judith datang pun mereka hanya memakai selimut seadanya.

"Arghhh jijik! Jijik!"

Camilla meronta - ronta, apalagi jumlah tentakel gurita yang membelit dirinya dan Romeo juga semakin bertambah.

Cairan aneh juga keluar dari pori - pori gurita. Membuat Camilla muntah karena tak tahan dengan baunya.

"Hiks.... Romeo! Hiks! Keluarkan aku!!"

Camilla menangis sambil meronta - ronta, ia  sangat benci dengan keadaannya saat ini.

Romeo juga berusaha untuk mengeluarkan diri dari belitan tentakel si gurita. Cairan hijau yang berbau tak sedap membuat Romeo kesusahan.

Semakin lama mereka memberontak tentakel itu semakin mencengkram mereka.

Camilla mulai merasa sesak, bernapas pun rasanya sangat sulit.

Tap!

Camilla menoleh saat mendengar suara langkah kaki. Ia tak menyangka Judith datang.

"Hiks!!! To-tolong!!!" Ucap Camilla memohon pada Judith

Gadis itu pasti mau menolong mereka. Meski dalam keadaan marah pun Judith pasti masih memiliki hati. Mereka sudah lama bersama, dan Camilla tahu, walau Judith kadang terlihat kaku di luar sejujurnya ia adalah anak yang baik.

Berbeda dengan harapannya, Judith malah tidak memperlihatkan tanda - tanda menolong mereka. Bahkan tidak ada tatapan simpati dari kedua mata itu.

Camilla mendadak merasa pesimis, apa Judith masih marah dengan perselingkuhan mereka?

"SIALAN!"

Mario mulai mengeluarkan kata - kata kasar. Dan Judith malah tertawa.

Camilla menangis, menyadari bahwa ia dan Mario tidak akan selamat.

KRAK! KRAK!!

Camilla bisa mendengar suara tulangnya yang mulai retak. Tangan dan kakinya pun mulai ditarik berlawanan arah. Camilla cuma bisa menangis menahan sakit di sekujur tubuhnya.

KRAK!

Tubuh Mario sudah hancur dibelit tentakel. Kini tinggal menunggu detik sebelum Camilla mengalami hal yang sama.

"ARGHHHH!!!!"

KRAK!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro