Bab 12

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Tidak adanya John membuat mereka cukup tidak baik. Bangunan Villa yang luas bagaikan istana ini membuat mereka was – was. Mereka tentu saja tidak ingin berakhir di jalan buntu saat monster itu muncul. Ataupun terjebak di sebuah ruangan yang tidak bisa dibuka dari dalam.

Judith berjalan di samping Mario, tangan mereka saling berpegangan, sama – sama memberikan kekuatan untuk terus maju.

Sedangkan Camilla dan Louise berjalan di belakang mereka, Kevin paling belakang dan Alex berjalan di depan mereka. Lelaki itu yang paling tangguh diantara mereka jadi ia yang memimpin jalan.

Mereka lalu tiba di sebuah ruangan yang hampir menyerupai ballroom, namun dengan ukuran yang lebih kecil. Tempat itu berdebu dengan sebuah piano yang nampak usang berada di ujung dekat sebuah lukisan yang sudah pudar warnanya.

"Meski sudah tua ini adalah tirai berkualitas," komentar Louise sambil memegang tirai yang berdebu.

Terdapat tiga pintu selain pintu tempat mereka masuk, satu ada di ujung ruangan sedangkan yang satu ada di samping pintu mereka. Karena menurut mereka aman jadi mereka berkeliling ruangan ini sejenak.

"Kurasa tempat ini sangat bagus untuk pesta ala ala bangsawan seperti di film – film," ucap Camilla sambil berputar kecil.

"Yah, kurasa memang menyenangkan," ucap Judith

Kalau saja mereka sekarang tidak dikejar – kejar monster.

"Padahal tempat ini terlihat bagus, sayang sekali, kenapa ya John tidak membersihkan tempat ini? Maksudku, kenapa hanya lantai satu saja yang dibersihkan?" tanya Kevin

"Mungkin anak itu terlalu malas," sahut Alex

"John memang tidak bisa menilai sesuatu yang berharga," komentar Louise, "Tempat ini sangat indah, kalau saja pekerjanya tidak mengikuti sifat tuannya."

Mario mendekati Judith, ia lalu membungkuk dan mengulurkan tangannya pada Judith. "Ingin berdansa nona?"

Padahal mereka sedang dalam pelarian, padahal lampu – lampu yang menggantung di atas sana tidak menyala, dan mereka sedang tidak memakai gaun ataupun kemeja yang indah.

Judith meraih tangan Mario, mengikuti keinginan lelaki itu yang berusaha untuk mencairkan sedikit ketegangan yang ada diantara mereka.

"Uh... so sweetnya," komentar Camilla

Ya, Judith tidak akan bisa untuk mengatakan tidak pada Mario yang bersikap manis di depannya.

"Berdoalah aku tidak menginjak kakimu," bisik Judith di samping telinga Mario

"Jangan membohongiku, bukankah dansa kita yang terbaik saat kelulusan kemarin?" sahut Mario

Mereka memang sudah lama pacaran. Lebih tepatnya saat tahun kedua di highschooll Judith bersyukur karena hubungan mereka dapat bertahan hingga kini. Padahal cukup banyak teman – teman Judith yang berpisah dengan pacarnya saat di SMA, dan untunglah Judith dan Mario dapat menjaga keharmonisan ini.

"Dasar pasangan...." ucap Alex yang melihat Judith dan Mario yang berdansa

"Seandainya ada camilan di sini...." Kata Kevin,

"Kau sudah lapar? Astaga, padahal kau sudah menghabiskan banyak steak," sahut Louise

Untuk sesaat Judith dan kawan – kawannya dapat menarik napas. Mereka dapat beristirahat dari kejaran monster. Sambil melangkahkan kaki kesana kemari, Judith memikirkan apa yang salah. Padahal liburan mereka tergolong biasa saja. Mereka juga melakukannya di Villa milik John yang memang dari dulu dijadikan tempat berekreasi.

Apa yang salah?

Judith memikirkannya, hingga tak sadar kakinay menginjak kaki Mario.

"Maaf darling," ucap Judith pada Mario

"Tidak apa – apa dariling," sahut Mario

"Sekarang bagaimana? Kita akan diam saja begini?" tanya Louise

"Tidaklah," sahut Alex, "kau pikir tujuan kita berlari selama ini untuk apa?"

Begitu Judith dan Mario selesai menari, Camilla, Louise dan Kevin menepuk tangan mereka.

BRAK!

Monster itu tiba – tiba muncul dari bawah, menghancurkan lantai dimana Mario dan Judith sempat berpijak.

ARGHHH!!!!

Monster itu tampak lebih besar dari sebelumnya, bau busuk yang dikeluarkan oleh monster itu juga lebih menyengat. Kevin setengah mati menahan keinginnanya untuk muntah.

ARGHHH!!!

Monster itu mulai mendekati mereka, Tangannya yang panjang dan penuh cakar ingin meraih mereka, Judith dan kawan – kawannya pun menghindar. Mereka membagi diri.

"Lari! Berpencar!"

Ukh!

Mau tak mau mereka menuruti apa yang dikatakan oleh Mario. Lebih baik mereka berpencar untuk sementara waktu. Judith, Alex dan Louise memilih untuk keluar dari pintu yang berbeda dari Mario, Camilla dan Kevin.

Judith menoleh ke belakang, sepertinya rencana ini berhasil karena monster itu terdiam saat mereka berpencar menjadi dua kelompok.

Namun rasa lega itu ternyata tak bertahan lama. Si monster pun membelah dirinya menjadi dua.

"Sialan!" umpat Alex

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro