Bab 16: Zami Memulai Aksi

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Haloooo, kembali lagi dengan Laeli Minu di sini. Terima kasih sudah terus mengikuti kisah ini.

Selamat Membaca.

***

"Mas, nanti pulang cepet, gak?" Sembari menyuguhkan sepiring nasi dan lauk pauknya, Lesha bertanya.

"Belum tahu, tergantung keadaan nanti," jawab Kale sebelum menyuapkan sesendok nasi. "Kenapa?" lanjutnya.

"Adek minta izin, kayaknya nanti mau pergi sama teman SMA." Lesha menjelaskan maksud dan tujuannya. Ia tidak mau kejadian beberapa hari yang lalu terulang kembali. Meski dirinya belum pasti akan pergi, mengingat dirinya belum menyetujui ajakan Zami untuk mengunjungi salah satu objek wisata yang katanya tengah viral.

Kale mendongakkan kepala ke depan begitu kata 'izin' yang sepertinya jarang sang istri ucapkan itu ke luar. "Temen yang mana? Mas kenal?"

"Adek gak tahu Mas kenal apa enggak." Lesha ikut duduk di depan sang suami untuk menyantap sarapan. "Dia temen Adek pas masih di organisasi sekolah." Rasanya sudah lama ia tidak bercakap-cakap di meja makan bersama sang suami. Kalau boleh dibilang, dia rindu hal seperti ini.

"Cuma sendiri? Cowok?" Entah kenapa batin Kale sedikut terusik mendengar istrinya hendak pergi tanpa dirinya.

"Mana mau Adek pergi berduaan sama cowok bukan muhrim!" Nada penuh selidik yang diucapkan suaminya membuat Lesha tidak terima.

Jika saja Lesha lebih berani, mungkin ia akan melontarkan lanjutan berupa, "emangnya Mas yang rangkulan sama perempuan lain!". Mengingat insiden tempo lalu yang disaksikan istri Kale ini bersama Nayla.

"Ya, udah kalau mau pergi. Nanti chat aja pas mau jalan biar Mas tahu." Kale tidak menyadari sindiran halus yang Lesha tuturkan. "Izin pinter. Ke mana-mana harus ijin dulu." Tangan suami Lesha ini menepuk-nepuk kepalanya perempuan di hadapannya.

***
Benar saja, begitu Lesha mengantar suaminya berangkat kerja, satu pesan singkat dari Zami masuk ke ponselnya. Segera ia buka pesan tersebut. Isinya seperti yang udah dirinya duga. Kakak kelasnya itu mengajak dirinya mengunjungi wisata Small World yang berjarak sekitar 17 km dari pusat kota.

Pada akhirnya Lesha menyetujui ajakan tersebut dengan syarat harus bersama Liliana juga. Ia tidak mau jika hanya pergi berdua saja. Bagaimanapun dirinya seorang perempuan bersuami. Rasanya tidak nyaman pergi berdua saja dengan lawan jenis. Tapi, sekadar saling menyapa melalui pesan, Lesha menganggap tidak masalah.

Begitu kesepakatan sudah teraih, Lesha segera mengganti pakaian dan merapikan diri. Ia tidak membutuhkan make up berbagai macam, yang penting sudah mengenakan pelembab wajah dan tubuh, tabir surya, dan lip tint. Dirinya juga memastikan sudah memasukkan kartu identitas dan uang yang sekiranya cukup untuk kunjungan ini.

Tak lama terdengar suara mobil berhenti di depan rumah Lesha. Istri Kale ini segera menghampiri mobil setelah memastikan pintu rumah terkunci. Ia dapat melihat penampilan Zami dibalut kemeja pendek dan celana selutut baru ke luar dari pintu kemudi. Disusul Liliana dengan setelan gamisnya muncul dari pintu penumpang.

"Langsung pergi?" Setelah saling mengucapkan salam, Zami menawarkan untuk segera berangkat. Ia memutar mobil untuk membuka pintu penumpang. "Silakan." Pemuda itu mengarahkan Lesha untuk duduk di samping dirinya, membiarkan adik sepupunya sendirian di kursi belakang.

Mendapat perlakuan seperti itu, Lesha menatap Liliana, bertanya melalui kontak apakah tidak masalah dirinya duduk di sisi Zami. Perempuan yang mengenakan gamis itu hanya menganggukan kepala. "Terima kasih, Kak," ucapnya ketika Zami menutup kembali pintu yang baru saja ia masuki, sembari menahan senyum lebarnya karena perlakuan manis tersebut.

Sekitar 45 menit kemudian, rombongan berisi tiga orang ini sampai di tempat tujuan. Bunga raksasa menyambut menyambut mereka sebagai gerbang mauk. Di parkiran terdapat lumayan banyak kendaraan yang artinya pengunjung objek wisata Small World ini tidak sedikit. Setelah mendapatkan tiket masuk, mereka segera mengeksplorasi kawasan tersebut.

Liliana segera mengajak Lesha ke area miniatur bangunan tersohor dari berbagai negara besar. "Kak, patung singa ini. Kita udah sampe di Singapura." Perempuan tersebut sudah berdiri di samping patung Merlion. Liliana juga menginstruksikan untuk mengambil gambar dirinya bersama Lesha.

Zami mau disuruh apa saja selama hal tersebut berhubungan dengan Lesha. Diperbudak oleh Liliana juga ia biarkan saja—setidaknya selama Lesha masih bersama mereka. 

Selanjutnya Liliana menarik tangan Lesha ke arah kincir angin khas negara Belanda, yang di kelilingi bungan tulip aneka warna. Di lokasi ini Zami mengambil foto Lesha yang tengah berdiri menatap lurus kincir tersebut. Tidak lupa juga mengunjungi Menara Eiffel, Ka'bah, Patung Liberty, White Houe, dan menara Piza. Rumah adat tradisional Indonesia juga mereka kunjungi seperti rumah joglo, rumah gadang, dan rumah lainnya.

Asyik berjalan, kedua perempuan itu tidak menyadari keberadaan Zami yang sudah tertinggal banyak langkah di belakang. Liliana baru sadar hal tersebut ketika hendak meminta difoto kakak sepupunya, tapi tidak ada sahutan yang ia dengar. Segera saja ia berlari menghampiri Zami. Terlihat laki-laki itu sedang meremas kepalanya sendiri dengan badan membungkuk. Wajahnya pucat dan keringat jagung juga dapat Liliana lihat.

"Kakak gapapa? Kita istirahat dulu aja, ya?" Liliana menuntun Zami duduk di pondasi miniatur menara miring. Ia membersihkan wajah Zami yang penuh keringat.

Lesha terkejut mendapati Liliana lari berbalik secara mndadak. Ia terdiam selama beberapa sekon sebelum menyusul Liliana. "Lilian, kenapa tiba-tiba lari tadi?" Dirinya bertanya ketika sudah di depan Liliana.

"Kak Zami tadi gak nyaut kan pas aku panggil mau foto, ternyata orangnya nongkrong di sini." Liliana menjelaskan tanpa menyebutkan yang sebenarnya terjadi.

"Kak Zami pasti kecapean ngikutin aku sama Lilian yang lari-lari dari tadi." Lesha bisa melihat wajah pucat kakak kelasnya itu. "Kita istirahat aja dulu, salat, terus makan, baru nanti lanjut keliling lagi." Ia memberikan saran yang di terima oleh Liliana, sedangkan Zami hanya mengikuti kedua orang perempuan yang bersamanya itu.

Setelah dirasa cukup, tiga orang itu melanjutkan acara berkelikingnya. Lokasi berikutnya yang menarik perhatian Lesha dan Liliana adalah tempat penyewaan baju tradisional Jepang. Dua perempuan ini banyak diambil gambarnya dalam balutan  kimono di area penuh bunga sakura.

Puas mengunjungi banyak tempat dalam satu hari melalui miniatur bangunan masing-masing, rombongan kecil itu pulang. Zami mengajak Lesha untuk makan terlebih dahulu sebelum pulang, tapi perempuan itu menolak. Liliana juga membujuk Lesha untuk menikmati lalapan bersama, tapi tidak berhasil. Mau tidak mau, Zami segera mengantar Lesha pulang. Padahal dirinya masih ingin menghabiskan banyak waktu bersama perempuan itu.

***

Tiba di depan pintu rumah, Lesha melirik jam tangannya, sebelum merogoh tas selempang yang dibawanya untuk mencari kunci. "Untung sebelum jam lima udah di rumah. Mas Kale kayaknya juga belum pulang." Jika suaminya sudah di rumah tentu ia tidak membutuhkan kunci supaya bisa masuk.

Tujuan utama Lesha memasuki rumah adalah dapur. Perempuan ini ingin mengistritahatkan badan sejenak sambil meminum air dingin. Setelahnya baru menyiapkan makan malam dan membersihkan diri.

Sembari memasak, pikiran Lesha seolah memutar gulang keseruan dirinya bersama Liliana dan Zami ketika menjelajahi wisata Small World. "Kira-kira kalau Mas Kale diajak ke sana, mau gak, ya?" batinnya, berharap bisa menghabiskan banyak waktu bersama sang suami. Jika tidak ingin mengunjungi tempat wisata, istri Kale ini tidak masalash harus menghabiskan waktu di rumah saja. Yang terpenting kebersamaanya, bukan tempatnya.
 

Bersambung...

***

Terima kasih sudah membaca.

Bagaimana cerita kali ini?

Adakah yang ingin didiskusikan (digosipkan atau dighibahkan)? 😁

Btw, cerita ini udah tamat di KaryaKarsa, loh 😍
Kalau kamu mau cepetan tahu ending cerita ini, langsung gas aja ke sana.
No gantung-gantung Klub dan gak ada gangguan iklan 🤤🤤🤤

Cari aja aku Laeli Minu di aplikasi/web KaryaKarsa atau klik link yang ada di bio, 👌

Terima kasih 🙏😊🤗

Jangan lupa tinggalkan jejak, ya 😁


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro