Bab 9: Ditolak Suami

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Haloooo, kembali lagi dengan Laeli Minu di sini. Terima kasih sudah terus mengikuti kisah ini.

Selamat Membaca.

***

Entah mendapat keajaiban dari mana, hari ini Kale pulang kerja tepat waktu. Pukul lima lebih sedikit sudah sampai di rumah. Lesha menyambut dengan gembira kedatangan Kale.

Senyum manis Lesha terus mengembang sepanjang sisa sore itu. Disiapkannya pakaian Kale ketika suaminya itu mandi. Ia juga menyiapkan kopi susu untuk suaminya nikmati sebelum magrib.

Semesta tengah berbahagia sepertinya, hingga membiarkan Lesha juga mengecap kebersamaan dengan Kale. Ia bersama sang suami duduk berdampingan di ruang tamu yang merangkap ruang keluarga. Rumah mereka memang tidak besar, tapi kalau sendirian di rumah dalam waktu lama tentu akan bosan, seperti itulah yang dia rasakan akhir-akhir ini.

Kale bersandar di sofa dengan sang istri dalam pelukannya. Lesha begitu menikmati bagaimana irama jantung suaminya yang berdetak teratur. Rasanya sangat nyaman, suasana seperti inilah yang selalu ia damba.

Satu hal yang tidak Lesha tahu, tangan yang Kale gunakan untuk merengkuh istrinya juga digunakan untuk membalas pesan masuk dari Risma. Risma mengirimkan berbagai foto maupun video lucu anaknya. Suami Lesha ini akan mengomentari setiap kelucuan yang dilihatnya. Si pengirim gambar menanggapi dengan baik setiap komentar yang ada.

Laki-laki itu semakin larut dalam pembahasan tersebut. Apa lagi, Risma mengatakan kehebatan Kale yang bisa cepat akrab dengan anak kecil. Wanita itu juga menyanjung keberhasilan Kale dalam membangun usaha yang terbilang pada usia muda.

Senyum Kale terus mengembang, tapi dengan alasan berbeda dengan Lesha. Jika sang istri sangat menikmati kebersamaan mereka, maka si suami tersenyum karena obrolannya bersama Risma. Wanita berambut panjang ini pandai berkata manis untuk menyanjung Kale, membuat laki-laki itu selalu merasa di atas awan.

Bagi Lesha sendiri, ia tidak butuh barang apapun selama suaminya selalu di sampingnya. Seperti sekarang ini, sepasang suami istri ini tidak banyak mengucapkan kata-kata, tapi Lesha menikmati kebersamaan mereka. Apalagi ketika tangan Kale sesekali mengelus kepalanya, rasanya ia ingin terlelap jika tidak mendengar sayup-sayup seruan menjelang magrib.

Ketika azan berkumandang lantang, Lesha bangkit dari tempat yang ia anggap nyaman itu. Ditatapnya sang suami yang tengah tersenyum. Ia mengira lengkunangan bibir Kale itu karena kebersamaan mereka, padahal kenyataannya bukan.

"Mas, gak ke masjid?" Tatapannya masih memaku netra sang suami.

"Iya Adek, ini mau siap-siap." Kale balas menatap sang istri sebelum bangkit ke kamar mandi untuk berwudu. Lesha juga bangkit untuk mengambilkan koko dan sarung untuk sang suami.

Lesha mengantar Kale hingga pintu rumah. Matanya terus mengikuti langkah suaminya selagi masih tampak. Batinnya juga terus memanjatkan doa. Harapannya, semoga sang suami tidak berada di jalan yang salah dan kembali bersikap seperti sedia kala, layaknya masa awal pernikahan.

Tidak lupa Lesha juga segera menunaikan kewajibannya sebagai umat muslim. Setelahnya baru ia hidangkan makan malam yang sudah disiapkan. Dirinya bersama sang suami akan menikmati makan malam sembari menunggu waktu isya. Jadi selepasnya itu meraka bisa menikmati waktu berdua, entah dengan Kale menyelesaikan pembukuan toko dengan Lesha yang menemani, atau ngobrol bersama sambil berpelukan.

Syukurlah, hari ini sang suami tidak membawa pekerjaan ke rumah sehingga Lesha bisa meminta seluruh perhatian Kale agar tercurah padanya. Apalagi ini malam jumat, tentu menjadi waktu yang tepat jika mereka melakukan sunah rasul. Lesha merasa sangat beruntung karena tadi sore ia sudah keramas bahkan menggunakan lulur mandi.

Entah Kale sadar atau tidak, perbedaan penampilan istrinya malam ini. Lesha hanya mengenakan dress sebatas lutut. Rambutnya juga sudah ia tata dengan rapi. Dirinya juga memakai parfum khusus.

Pasangan suami istri ini sudah memasuki kamar. Lesha menanyakan apa saja kegiatan Kale di toko. Ia juga menceritakan kegiatannya di rumah. Posisi mereka saat ini, yaitu sang suami duduk bersandar di kepala ranjang sedangkan sang istri masuk ke dalam pelukannya.

"Mas, Adek boleh pinjam hp?" Lesha mendongakkan kepala menatap sang suami dari jarak dekat.

"Buat apa?" Suaminya ini masih fokus menatap layar ponsel dengan jari aktif bergerak.

"Mau buka instagram. Siapa tahu ada pesanan via DM. Hp Adek lagi di charge soalnya." Tentu saja itu hanya alibi Lesha. Alasan sebenarnya itu untuk mengecek apakah ada yang aneh dari isi ponsel suaminya atau tidak. Ini juga termasuk saran yang diberikan Nayla untuk membuktikan kebenaran pengkhianatan Kale. Ditambah, sedari tadi dirinya merasa sang suami lebih fokus terhadap ponsel dari pada menanggapi perkataannya.

Di awal pernikahan, jika mereka sudah di atas ranjang, ponsel akan mereka abaikan. Fokus masing-masing hanya kepada pasangannya. Kale akan mendekap istrinya dengan erat sembari tangannya mengusap kepala atau punggung dalam dekapannya. Sedangkan Lesha akan bercerita panjang lebar seraya menikmati irama detak jantung sang suami.

Asyik membuka berbagi aplikasi, Lesha tidak menentukan sesuatu yang aneh. Ketika hendak membukan aplikasi pesan singkat, tanpa sengaja dirinya memencet tombol daya. Layar mati seketika, saat ia buka ternyata kata sandi yang dimasukan salah. Beberapa kali dirinya coba dari tanggal lahirnya, sang suami, tanggal pernikahan, maupun tanggal ulang tahun orang tau mereka tidak ada yang cocok.

"Kuncinya udah ganti, Mas? Kok, Adek buka gak bisa." Lesha menyerahkan ponsel itu pada sang pemilik, meminta untuk dibukakan kuncinya.

"Aldi sama Anto iseng, mereka pernah buka ponsel Mas." Begitu kata Kale.

"Huh? Maksudnya? Adek gak paham, deh." Lesha tidak langsung percaya pernjelasan tersebut begitu saja, ia merasa ada yang aneh.

Kale memaparkan bahwa Aldi dan Anto kadang iseng membuka ponselnya sembarangan. Suami Lesha merasa tidak terima jadi memutuskan mengganti password yang tidak mudah ditebak. Kalau sekedar tanggal ulang tahun, karyawannya itu tahu. Entah penjelasan Kale ini hanya alibi atau memang kejadian yang sebenarnya.

Lesha mengiyakan saja karena tak ingin menambah masalah. Jangan sampai suaminya kesal, ia tidak mau diabaikan atau bahkan di tinggal sendirian. Apalagi ini malam jumat.

Puas menjelajahi berbagai aplikasi tanpa menemukan sesuatu yang mencurigakan, Lesha mengembalikan ponsel itu kepada pemiliknya.

"Mas, gak pengen?" Perempuan itu coba melempar kode kepada sang suami.

"Pengen apa? Makan juga udah." Atensi Kale kembali pada ponselnya.

"Ini malam jumat, loh!" Kode kembali Lesha lontarkan, kali ini dengan lebih keras.

"Kenapa? Adek takut?" ledek Kale.

"Ihh, bukan!" Seru lesha. "Tau ahh, gak jadi!" Lesha bangkit dari dekapan sang suami untuk berbaring sendiri. Ditariknya selimut menutupi seluruh tubuh.

"Oh, udah mau tidur." Kale menatap gundukan selimut yang berisi tubuh sang istri tersebut. "Selamat malam Adek. Mimpi indah." Ia mengecup kepala yang tertutup selimut tersebut. Setelahnya kembali fokus dengan ponsel dalam genggaman.

Lesha hanya bisa mengerucutkan bibir dengan tangan terkenal kuat. Napasnya lumayan memburu. Ia tidak habis pikir dengan suaminya itu. Dirinya sudah berdandan cantik, tapi masih tidak dilirik. Ia juga sudah mengenakan wewangian, tapi suaminya tak tergelitik. Lesha harus bagaimana lagi kalau begitu?

Bersambung...

***

Terima kasih sudah membaca.

Bagaimana cerita kali ini?

Adakah yang ingin didiskusikan (digosipkan atau dighibahkan)?

Silakan tinggalkan jejaknya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro