• 13 •

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Kekhawatiran Tessa sepertinya akan terjadi sebentar lagi. Akan terjadi skandal di kantor tempatnya bekerja. Dia bisa memprediksi itu dari sikap dan perilaku Chyntia sepanjang hari ini.

Sejak semalam, Tessa tahu kalau wanita yang akan menggantikan posisinya itu sangat berani dalam berbusana. Tapi dia juga baru tahu kalau selain dalam berbusana, wanita itu juga berani menyentuh Bastian. Bukan sekali-dua kali Tessa memergoki Chyntia sengaja melancarkan modus-modus untuk bisa grepe-grepe Bastian.

Mulai dari pura-pura merapikan dasi (yang tidak miring sama sekali) sampai dengan melap sisa kopi di sudut bibir (dengan jemari pula!).

Sumpah! Mereka yang saling bersentuhan, tapi Tessa yang merinding.

Tidak sekali dua kali pula, Tessa memicingkan mata sebagai peringatan pada sang atasan. Tapi malah dibalas dengan tindakan yang lebih liar lagi. Bastian akan menggenggam tangan Chyntia saat merapikan dasinya. Pun, mendekatnya bibirnya ke telinga asisten barunya itu hanya untuk mengucapkan terima kasih.

Tidak tahan dengan sikap keduanya, Tessa mencari cara untuk berhenti menodai matanya dengan pemandangan serupa.

"Nah, kalau udah jam segini, biasanya saya selalu ngingetin Pak Bas tentang agendanya untuk hari berikutnya. Supaya ketika ada perubahan, bisa diantisipasi secepatnya," kata Tessa saat mengangsurkan tablet yang menunjukkan daftar kegiatan Bastian. "Gimana kalau sore ini, Mbak Chyntia aja yang ke Pak Bas, nanti kalau ada perubahan, kita sesuaikan sama-sama."

Yang diberi tugas segera merespons dengan cengiran yang teramat lebar. Tidak lupa menurunkan kerah blouse Sabrina-nya sebelum memasuki ruangan bos besar.

**

Seharian ini, Bastian mengamati cara kerja asisten barunya. Chyntia masih jauh lebih lambat daripada Tessa, tapi wajar, dia kan masih baru.

Yang paling Bastian sukai dari Chyntia adalah inisiatif supernya. Wanita itu tidak akan segan-segan melancarkan modus untuk menyentuhnya! Ah, Bastian suka itu! Terlebih suka, karena sikapnya itu memancing tatapan cemburu dari Tessa!

"Hahahaha...."

Bastian tidak bisa menahan dirinya untuk tertawa senang.

Bersamaan dengan itu pula, Chyntia datang memasuki ruangan. Mengambil tempat di sampingnya-sesuatu yang jarang sekali dilakukan Tessa-wanita itu membungkuk untuk memperlihatkan layar tablet.

Efek kerah blouse yang lebar, mata Bastian justru lebih tertarik melihat pemandangan di balik ceruk kerah yang mengembang itu. Ada gumpalan daging yang meggoda imannya.

"Bapak suka yang Bapak lihat?" tanya Chyntia dengan suara lembut.

Bastian menggeleng. Membuat Chyntia sedikit tersinggung. Baru saja wanita itu akan berdalih soal jadwal yang terpampang di permukaan tablet, suara sang atasan membuat suaranya tertahan.

"Saya lebih suka menyentuhnya," bisik Bastian. "Kalau boleh...."

Chyntia tersenyum malu tapi mau. "Untuk Bapak, nggak ada yang nggak boleh."

Jawaban itu menggema bersamaan pintu yang mengayun terbuka. Bastian bisa menemukan penampakan Tessa dari ekor matanya. Persis di saat tangannya terangkat ke arah gumpalan daging yang dipertontonkan dengan sengaja itu. Kehadiran Tessa malah membuatnya semakin tertarik untuk menggoda Chyntia. Tessa harus melihat bagaimana dirinya memulai skandal. Bastian akan menyentuh Chyntia dengan penuh gairah, namun ....

Perlahan, pintu menutup kembali.

Sosok Tessa pun hilang di balik pintu.

Mengembalikan kesadaran Bastian.

KENAPA PULA BASTIAN HARUS MENYENTUH WANITA KARENA TESSA???

Bastian akan menyentuh wanita manapun yang diinginkannya, karena dirinya menginginkan wanita itu. Bukan karena Tessa!!! Astaga!!!

Bastian pasti terpengaruh perkataan Mila tempo hari.

Tentang Tessa sebagai pandamping.

Pull yourself back together, Bas!!! Bastian mengingatkan dirinya sendiri.

Kalau Chyntia hanya alat untuk membuat Tessa cemburu, jelas Bastian sudah menggunakan alat yang salah. Toh, Tessa malah pergi tanpa peduli. Lagipula, kenapa Bastian harus membuat Tessa cemburu?

"Chyntia ...," kata Bastian serius, menarik kembali tangannya. "Saya nyaris melupakan satu hal. Saya butuh asisten, bukan yang lain."

"Mungkin kita bisa melakukannya di luar jam kerja?" tawar Chyntia.

"Akan saya pikirkan nanti. Untuk sekarang, tolong tinggalkan saya sendiri."

**

Tessa pulang tergesa-gesa. Dia bahkan tidak sempat merapikan isi tasnya. Hanya kunci motor dan dompet yang dibawanya pulang.

Tessa tadinya ingin masuk ke ruangan Bastian untuk menginformasikan perubahan jadwal dari tim pengembangan yang baru saja mengabarinya lewat telepon. Bastian harus tahu sebelum jadwalnya dibacakan oleh Chyntia. Namun apa yang ditemukannya? Atasannya itu berbuat mesum!!! Astaga!!!

Bastian yang dikenalnya selama ini memang seorang playboy kelas kakap. Tessa bahkan sudah menduga akan terjadi skandal dengan kehadiran Chyntia. Tessa hanya tidak bisa menyangka kenapa harus secepat ini? Dan lagi ... bagaimana Tessa harus bersikap selama sisa hari kerjanya nanti? Apakah Tessa harus menjadi saksi kemesuman dua insan itu nanti?

Bukankah kedengarannya sangat mengerikan?

Tessa masih bisa merasakan darah di sekujur tubuhnya meluap-luap sampai detik ini. Ingin rasanya menggetok kepala Bastian untuk membuat bosnya itu sadar betapa memalukannya tindakannya itu.

Kenapa di sampai detik-detik terakhir pun kamu bikin masalah aja sih, Bas???

Tessa merasa kepalanya semakin pecah, saat mendapati kamar kosnya yang super berantakan. Air mineral pun tidak ada lagi di kulkas. Lihatlah betapa sibuknya Tessa mengurusi hidup Bastian, sampai hidupnya sendiri sekacau ini.

Tidak tahu harus menumpahkan kekesalannya ke mana, Tessa berniat untuk mengumpat di dalam diarynya saja. Ya, dia harus menemukan scratch book-nya sekarang, dan membuat dirinya waras kembali. Tapi sekali lagi Tessa harus kecewa, karena dia bahkan lupa membawa tasnya.

**

Ada yang salah di sini.

Bastian yakin itu.

Tentang betapa drama-nya dia dengan keputusan pengunduran diri Tessa, tentang apa yang dilihat Mila dari hubungannya dengan sang asisten, tentang betapa tergodanya dia saat melihat Tessa berdandan, juga tentang betapa besar keinginannya untuk membuat wanita yang lima tahun ini menemaninya itu cemburu.

Kenapa??? Adalah pertanyaan yang bersarang di kepala Bastian. Apakah selama ini dia memang tidak pernah menyadari kalau Tessa lebih dari sekadar asisten baginya?

Pemikiran itu pula yang membuat Bastian akhirnya memutuskan untuk memberhentikan Chyntia. Sekarang Bastian hanya harus fokus untuk membuat Tessa bertahan. Apapun caranya.

Lama berpikir sendiri di ruangannya membuat Bastian baru bergerak untuk pulang beberapa jam setelahnya. Begitu keluar dari ruangannya, dia melihat barang-barang Tessa masih berserakan di meja kerjanya.

Tidak biasanya asistennya itu seteledor ini.

Apakah pemandangan saat dirinya nyaris menyentuh Chyntia yang membuat Tessa menjadi teledor begini?

Kesadaran akan perasaannya yang special untuk sang asisten menggerakkan tangannya untuk membereskan kekacauan itu sendiri. Bastian akan bertanggungjawab. Dan, dia akan menggunakan alasan ini untuk mampir ke rumah kos wanita itu dan berbicara dari hati ke hati.

Tessa harus tahu tentang perasaannya.

Sembari sibuk membereskan barang-barang Tessa, Bastian tersenyum kecil mendapati beberapa catatan kecil di setiap arsip, juga sticky note yang ditempelkan di layar komputer.

"Pak Bas nggak suka typo, pastikan di re-check sebelum menyerahkan draf apapun."

"Pak Bas suka ribet pas tandatangan kontrak yang berlembar-lembar, pastikan selipkan stiker penanda."

"Nomor ponsel dokter Frans."

"Daftar akun bisnis dan password."

"Daftar Do and Don't."

Agaknya hanya wanita inilah yang mengetahui segalanya tentang Bastian. Bahkan, lebih daripada Bastian mengenal dirinya sendiri.

Pemikiran itu pulalah yang membuatnya semakin tak sabar untuk menemui Tessa.

Bagaimanapun juga wanita itu harus bertahan di sisinya.

Dengan cepat tangan Bastian memasukkan segala perintilan milik Tessa dari atas meja, dan menyelipkannya ke dalam tas. Tasnya pun, merupakan pemberian Bastian. Itu artinya wanita itu menjaga dengan baik semua pemberiannya. Anehnya, hal sekecil inipun mampu membuat Bastian tersenyum lebar.

"Receh banget sih, Bas," Bastian meledek dirinya sendiri.

Baru saja Bastian akan memasukkan benda terakhir-sebuah kacamata antiradiasi yang biasa dikenakan Tessa di depan layar komputer-tangannya tiba-tiba menyentuh sebuah buku harian dengan aksen bunga-bunga dan dedauan kering di permukaannya. Sesuatu yang kerap dicoreti Tessa, tanpa boleh dibaca oleh siapapun isinya.

Bastian ingat saat pertama kali bertanya tentang buku itu.

"Banyak yang harus saya pelajari, Pak. Dengan menuliskannya membuat saya lebih mudah mengingatnya," begitu kata Tessa waktu itu.

Maka Bastian tidak pernah terlalu kepo tentang buku itu.

Tapi hari ini, setelah kenyataan menamparnya. Bahwa Tessa bukan sekadar asisten baginya. Bastian merasa perlu mengetahui setiap detail tentang wanita itu. Termasuk isi coretan yang selalu menemani sang asisten.

Bastian tak pernah menyangka membuka halaman demi halaman buku kumal seperti ini akan membuatnya berdebar-debar. Awalnya, dia yakin debar di jantungnya terasa begitu menyenangkan. Namun lama-kelamaan, kenapa debarnya terasa begitu menyakitkan?

Apakah selama ini dia tertipu oleh senyuman manis Tessa?

Sekali lagi Bastian membolak-balik scratch book, mencari nama pemiliknya. Ini tidak mungkin milik Tessa. Walau bentuk buku seperti ini tidak umum, bukan berarti hanya Tessa yang punya buku seperti ini kan?

Sialnya, meski tidak ada nama, Bastian familiar dengan semua tulisan itu.

Terlebih familiar dengan nama yang selalu tertulis di tiap lembarnya.

"B.A.N.C.I, specially for Bastian, those words stands for, Banyak bacot, Arogan, Narsis, Cemen, Idup pula???"

PLAKKKK!!!

Buku ditutup keras, sebelum dibanting kuat ke lantai.

Apa katanya di akhir tulisan itu?

"Betapa kuingin memusnahkanmu???"

🍁🍁

Mon maap Bas, mulut rasa bon cabe-mu memang perlu dikasi pelajaran 🤣🤣🤣🤣

Yukkk...

Coba kasi pendapat dulu, kira2 abis ini Tessa bakal diapain sama Bastian???

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro