• 17 •

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Aplikasi Madam Rose ini cukup menarik, pikir Tessa.

Tadinya dia sudah merasa yakin tidak akan ada satu lelakipun yang akan tertarik pada tampilan avatar dan bio yang dituliskannya pada kolom profile. Ketika semua orang menampilkan wajah yang cantik dengan editan full, Tessa justru memilih untuk menampilkan kalungnya saja. Hanya sebatas dagu dan leher. Itu pun dengan baju kaus rumahan. Tanpa bonus belahan dada sama sekali.

Keterangan pada bio-nya pun tak kalah membosankan. Tidak ada kelebihan yang menarik. Dia justru dengan sengaja menuliskan kata-kata yang membuatnya tampak menyedihkan.

Tapi nyatanya, ada notifikasi yang menyatakan permintaan kecocokan dari pengguna lain.

Tian.

28 tahun.

Master romantic, but too busy to find a lover.

Punya terlalu banyak keahlian, terutama di atas ranjang.

Baru saja Tessa menyentuh logo avatar untuk melihat lebih jelas foto yang mewakili pemilik akun—well, dia harus mengernyit kala menemukan gambar kamar bergaya kontemporer—saat sebuah pesan tiba-tiba masuk.

"Hai...."

Di saat bersamaan, ingatan tentang nasihat Freya terulang lagi di benaknya. "Tapi ya gitu, Kakak kudu pinter-pinter milih. Ya, sama kayak manusia di dunia ini yang beraneka ragam, pengguna aplikasi ini juga macem-macem. Syukur-syukur kakak dapet yang cocok."

Dan, tipe manusia seperti apakah yang menggunakan gambar kamar sebagai avatar? Kenapa harus kamar? Seolah ingin mengundang saja! Tessa memulai penilaiannya.

Manusia yang sedang berusaha membangun percakapan dengannya saat ini, pastilah setipe dengan mantan boss-nya, Bastian Prasraya. Tipe playboy yang menganggap ranjang dan wanita adalah sepaket mainan. Lihat saja, namapun mirip. Tian.

Tessa berjengit kala menyadari kemiripan nama tersebut.

Cepat-cepat, Tessa menilik kembali pada halaman profile pada aplikasi. Selain nama yang mirip, usia juga sama. Master romantic, katanya? Bukankah itu sangat mewakili Bastian? Tapi tunggu, Bastian tidak pernah too busy to find a lover. Mantan atasannya itu bahkan bisa menemukan wanita saat sedang sibuk bekerja. Buktinya, Chyntia saja sudah diembatnya.

Entah mengapa, darah Tessa bergemuruh saat mengingat fakta itu.

Lalu tiba-tiba, tawa sumbang menggema di udara. "Haha, nggak mungkin Pak Bas, lah, Sa. Dia nggak perlu aplikasi kayak ginian buat cari cewek! Dia bisa menemukan di mana aja."

Lagipula, gambar yang digunakan sebagai avatar sama sekali asing. Tessa tahu segala seluk beluk Bastian. Dan kamar ini, sama sekali tidak mewakili karakter atasannya itu. Daripada kontemporer, Bastian pasti lebih suka suasana minimalis. Dan lagi, dengan kenarsisan tingkat tingginya, Bastian pasti tidak akan melewatkan kesempatan untuk memajang foto wajahnya sendiri.

Kembali pada profile Tian, Tessa mengernyit saat membaca kalimat "Punya terlalu banyak keahlian, terutama di atas ranjang." Hah!!! Ini jelas-jelas makhluk sejenis Bastian. Tidak perlu diladeni.

"Still there?"

Pesan dari pengguna bernama Tian masuk lagi. Well, Tessa memang sudah terlalu lama mengabaikan. Tapi itu bukan berarti Tessa akan menaruh perhatian sekarang. Komit pada keputusannya, dia kembali mengabaikan.

"Saya harap kamu uninstall aplikasi ini. Terlalu berbahaya. Banyak predator sex."

Pesan selanjutnya justru membuat Tessa jadi tertarik. Apa-apaan ini? Apa dia sedang dinasihati oleh seorang predator sex--yang dengan terang-terangan menuliskan kehebatannya di atas ranjang pada halaman profile? Dengan cepat, jemarinya digerakkan untuk membalas.

"Kalau kamu bukan salah satu dari predator sex, kenapa bukan kamu saja yang uninstall?"

**

Bastian menegakkan punggungnya membaca balasan dari Tessa. Sejak kapan asistennya itu menggunakan gaya bahasa seperti ini secara terang-terangan?

Bastian berdiri, saat balasan seterusnya masuk.

"Boleh saya beri masukan, Mr.Tian? Kalau saya memang bukan salah satu dari target yang memenuhi kriteriamu, sebaiknya tidak perlu membuang-buang waktu untuk menggurui. Go and find your target, without being such an asshole!!!"

Bastian sontak tertawa keras.

Ini dia! Kepribadian Tessa yang selama ini tidak pernah dilihatnya.

Tapi tunggu, kenapa sekarang Tessa tidak memilih untuk meredam emosinya sendiri, seperti biasanya? Dan ... apa katanya tadi? Mr. Tian? Itu jelas bukan panggilan yang familiar di telinga Bastian lagi sekarang. Apalagi dari seorang Tessa.

Cepat-cepat, dia memeriksa kembali halaman profile yang dibuatkan Lukman untuknya. Setelah membaca dengan seksama, barulah Bastian menyadari satu hal. Tessa pastilah tidak mengetahui siapa sosok di balik nama Tian.

Pantas saja mantan asistennya itu merasa bebas mengekspresikan diri seperti ini.

**

Tessa memeriksa kembali pesan yang baru saja dikirimkannya.

Jantungnya masih bergemuruh keras, napasnya kejar-kejaran, tubuhnya terasa panas, semata-mata karena meladeni sosok pria asing yang sok mengguruinya.

Mencoba membedah ingatannya kembali, Tessa kesulitan mengingat kapan terakhir kali dia bisa melampiaskan amarahnya seperti ini. Agaknya tiga bulan ini dia lebih mirip mayat hidup. Dia keliru saat mengira bisa menjadi lebih hidup jika berhenti menjadi asisten Bastian.

Nyatanya, selama tiga bulan ini hanya kekosongan yang dirasakannya.

Ingin rasanya memulai untuk menumpahkan emosi lewat tulisan-tulisan di dalam buku harian lagi. Seperti dulu. Tapi ternyata tidak ada yang bisa membuatnya bisa kembali menulis.

Apa mungkin karena dia tidak bisa menemukan scratch book-nya yang hilang?

Atau justru karena tidak ada sosok yang terlalu menyebalkan seperti Bastian?

"Sorry, saya bukannya sedang mencari target. Saya juga bukan sedang berusaha menggurui. Saya bukan seperti orang yang dituliskan pada profile di bio. Itu buatan sepupu saya. Saya minta maaf kalau terjadi kesalahpahaman di sini. Saya juga minta maaf karena sudah lancang. Saya ... hanya sedang mencari teman."

Entah bagaimana caranya, Tessa merasa perasaannya menjadi jauh lebih baik saat membaca balasan yang begitu santun dari Tian.

"Sorry, saya juga nggak bermaksud menyinggung perasaan kamu. Biasanya saya bisa mengendalikan diri dengan baik. Hanya orang-orang tertentu yang bisa membuat saya lepas kendali."

"Oh ... menarik."

"Apanya?"

"Pernyataan kamu."

"Yang mana?"

"Hanya orang-orang tertentu yang bisa membuatmu lepas kendali."

"Ya. Sepanjang hidup saya, hanya ada satu orang yang bisa melakukannya."

"Boleh saya tahu orangnya?"

"My ex-boss."

**

"Dan sepertinya sekarang kamu harus menambahkan satu nama lagi. Tian," gumam Bastian saat membaca pesan balasan dari Tessa. "Well, meskipun ternyata kedua nama itu adalah orang yang sama." Senyumnya tercetak semakin lebar. "Senang bisa menjadi satu-satunya orang yang bisa membuatmu lepas kendali, Sa."

Bastian terkekeh.

Mulutnya tidak bisa tertawa lebih lebar lagi. Ini sudah paling maksimal.

Beranjak dari kursi kayu, Bastian membongkar kopernya untuk mengeluarkan stracth book milik Tessa. Membolak-balik halaman penuh caci maki untuknya.

"BANCI, specially for Bastian, those words stands for Banyak bacot, Arogan, Narsis, Cemen, Idup pula???" Bastian membaca sedikit dari isi curahan hati Tessa.

Dan hari ini Bastian bersumpah, dia akan mematahkan semua tudingan Tessa untuknya.

Mari kita mulai pelan-pelan.

Banyak bacot katanya?

Apa Tessa masih akan mengatainya banyak bacot, kalau Bastian tiba-tiba datang dan menunjukkan keseriusannya ... sekarang?

"We'll see ...."

👻👻

Yukkk, tebak2an lagi, kira2 bakal gimana pas Bastian ketemu Tessa?

🤣🤣🤣

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro