01. Mega si Pengangguran

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

AWAS TYPO BERSERAKAN
***

"Berita duka dari PT. WU Panakeia. CEO PT WU Penakeia, Aldar Javaid Saekapraya, 28 tahun. Ditemukan meninggal dunia kemarin pagi—"

Mati

Layar LED yang kupandangi seketika mati. Dan saat itu juga perasaanku menjadi tak enak. Aku menolehkan kepala, menemukan Ibuku tengah berkacak pinggang—di tangan beliau ada sebuah remot televisi—sembari melotot menatapku. Ah, memang intuisiku memang tak salah jika berkaitan dengan ibuku yang super cerewet itu. Ups, maksudku super perhatian.

"Oh, hai, Bu." Aku menyengir menatap Ibuku yang tak juga berubah posisi. "Mau nonton tv bareng?" tanyaku basi-basi, padahal aku sudah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

Ibu tampak semakin melotot menatapku. "Kamu ini, udah enggak sekolah, pengangguran, kerjaannya ngabisin beras. Bukanya bantuin Ibu, kamu malah enak-enakan nonton TV. Sana cuci piring! Nyapu-ngepel sekalian!" 

Aku mendesis lirih mendengar suara ibu yang menggelegar menyeruak telingaku. Padahal aku sudah mengira suara ibu akan mengelegar, tapi nyatanya telingaku tak pernah siap mendengar omelan ibu.

"Iya, Bu. Iya," kataku segera beranjak dari depan TV, sebelum Ibu mengomel lebih lanjut.

Meski aku mendumel lirih, bukan berarti aku akan melarikan diri dari kegiatan mencuci piring—ya walau tak dapat dipungkiri aku pernah beberapa kali melarikan diri dari tanggung jawab mencuci piring. 

Aku menghela napas, mulai berperang dengan piring yang mulai menggunung serta beberapa wajan yang kotor. Sebagai seorang pengangguran yang hobinya rebahan, mencuci piring jelas bukan merupakan kegiatan yang menyenangkan. 

Sudah benar aku menonton televisi, tapi memang dasarnya Ibuku yang tak suka melihatku bersantai, jadilah aku terdampar bersama gunungan piring. Hei, atau malah sebenarnya aku yang terlalu malas?

Berbicara tentang menonton televisi aku jadi ingat berita yang belum selesai aku tonton—ibuku lebih dahulu mematikan televisi sebelum pembawa berita selesai membacakan beritanya.  Meski begitu aku sudah tahu pasti isi berita itu. 

Berita kematian CEO PT. WU Panakeia, Pak Aldar Javaid Saekapraya, sejak kemarin cukup ramai diperbincangkan di berbagai media. Berita-berita mengatakan CEO PT WU Panakeia  itu meninggal karena bunuh diri. Hanya sampai di sana tidak ada penjelasan lanjutan mengenai kematian CEO muda itu. 

Sebagai pengangguran dan penikmat berita—berita lambe turah—jelas aku tak mungkin melewatkan berita ini begitu saja. Aku dengan senang hati membaca komen-komen dari netizen terhadap berita kematian CEO PT WU Panakeia  yang di-upload di media sosial. Banyak yang turut berduka cita atas kematian Pak Aldar, pun banyak yang tak percaya akan berita kematian tersebut.

Awalnya aku pikir Pak Aldar meninggal karena Virus Varicella X-yang kini tengah melanda dunia. Tapi nyatanya, menurut berita yang beredar, Pak Aldar meninggal karena bunuh diri. Sungguh mengejutkan. 

Selesai mencuci piring aku lanjut menyapu dan mengepel lantai rumah. Aku bisa saja lari dari kegiatan mengepel dan menyapu ini, namun sayangnya aku sedang tak ingin mendengar omelan Ibu yang menggelegar panjang. 

Tak peduli apakah nanti hasil pekerjaanku baik atau tidak. Yang jelas aku ingin segera menyelesaikan penderitaan ini. Bodo amat dengan hasil yang mungkin tak memuaskan ibu.

Merasa semua pekerjaanku selesai aku segera melarikan diri ke kamar dan segera mencari keberadaan belahan jiwaku—ponsel pintarku. Sebagai penikmat berita—lebih tepatnya gosip—aku tak ingin ketinggalan berita apapun di negeri ini. Maka dari itu aku segera membuka media sosial dan mencari akun yang sering mengeluarkan berita. Memang bukan akun berita yang bahasannya berat seperti politik dan sebagainya. Cukup dengan berita yang dapat dimengerti orang awam—seperti berita tentang pencuri kaca sepion yang tidak berhasil mencuri, atau kasus pencurian sandal di masjid—tampaknya cocok denganku yang hari ini sedang malas berpikir lebih. 

Cukup lama aku menyelami media sosial sampai akhirnya aku mendarat di akun lambe turah—Samsayofc_. Di sana terdapat berita duka atas meninggalnya Pak Aldar. Terdapat pula info kurang mengenakkan mengenai seseorang yang sangat dekat dengan Pak Aldar. Bahkan saking dekatnya dia dengan Pak Aldar, mereka berdua terlihat seperti ayah dan anak. Di hari meninggal Pak Aldar, perempuan yang diketahui bernama Zee itu malah pergi menonton konser di Singapura. 

Entah apa yang dipikirkan Zee saat itu. Ingin bersenang-senang atas kepergian Pak Aldar atau ingin meredakan rasa dukanya dengan menonton konser. Tapi apapun itu alasannya, tetap saja  ia salah. 

Hah, tampaknya menjadi pengangguran menyebabkan hariku terasa begitu cepat.  Dari yang awalnya aku rebahan santuy, sampai akhirnya aku memilih tetap rebahan santuy. Tiba-tiba aku terpikir tentang pandemi Virus Varicella-X, makin hari makin ganas pula Virus itu. Tak hanya satu dua korban yang berjatuhan, tetapi ratusan bahkan ribuan. Hal itu juga yang membuatku pengangguran, ibuku yang terlihat galak itu memintaku untuk keluar dari tempat kerjaku saat Virus Varicella-X itu makin merajalela. Ternyata beliau takut anak gadisnya ini terjangkit Virus Varicella-X, mengingat saat itu aku bekerja di pabrik yang di dalamnya terdapat banyak karyawan. 

Niat Awal setelah lulus SMA aku ingin rehat setahun dahulu baru daftar kuliah. Saat itu Ibu tidak setuju dengan keputusanku, sedangkan bapak katanya terserah padaku. Dengan segala kekerasankepalaku akhirnya ibu mengiyakan keputusanku. Bahkan aku awalnya tidak mau kuliah, aku merasa tidak akan kuat untuk belajar lebih lama—cukup sampai SMA saja. Tapi setelah dipikir-pikir lagi, aku memilih rehat  setahun baru mendaftar perguruan tinggi. Nah, selama masa rehat itu aku ada berpikir untuk bekerja di pabrik sembari menunggu munculnya pendaftaran perguruan tinggi yang saat itu datangnya masih lama. 

Jadi pengangguran ternyata cukup melelahkan tapi lebih melelahkan belajar untuk ujian. Jujur saja aku benci belajar. Tapi entah mengapa di tengah virus yang merajalela aku jadi rindu belajar. Haha, dasar aku.

Setiap hari aku selalu berharap kekejaman virus ini segera berakhir. Aku ingin keluar rumah dengan santai tanpa takut terjangkit Virus Vricella-X. Semua terasa menyebalkan, andai aku jenius mungkin aku bisa membuat penawar dari Virus ini, namun jangankan jenius sekolah saja hanya lulusan SMA, jenius dari mana? Huh, halusinasiku memang tak pernah ada habisnya. Aku malah merasa semakin berhalusinasi di tengah pandemi Virus Varicella-X ini.

Sudahlah, lebih baik aku mandi sebelum nyonya umah marah-marah melihatku belum mandi dari pagi.

****

Jangan lupa tinggalkan jejak~

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro