Annabeth yang Ingin Bekerja

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Tuan Bargin Meath sudah mati.

Tidak sempat untuk berkabung, apalagi datang ke rumahnya sambil membawa sebuket bunga dan sepucuk kertas kuning bertinta hitam sebagai permintaan maaf karena sudah banyak merepotkannya semasa hidup--yang mana tidak akan kulakukan dengan alasan tidak memiliki bunga, serta karena menulis surat untuk pria itu tidak akan ada gunanya sebab Bargin Meath sendiri tidak akan pernah bisa membacanya sampai kapanpun.

Aku mengutuk pikiranku yang sempat-sempatnya memikirkan tentang makanan untuk dikonsumsi di kota ini yang akan berkurang drastis karena pria itu sudah tidak bisa lagi bergerak dan keluar dari peti mati.

Kurang ajar.

Tapi, sayangnya memang seperti itu kenyataannya. Jika begini terus jadinya, aku tidak akan bisa cepat-cepat pergi dari kota ini dan kembali pulang ke panti dalam waktu dekat. Harga makanan di tempat ini tidak bisa disebut mahal, pun tidak bisa disebut murah--namun pada ujungnya, aku akan kesusahan juga dalam mengatur pengeluaran koin setelah ini.

Annabeth.

Ah, iya, Annabeth. Gadis itu bahkan baru satu hari di tempat ini tapi aku sudah merasa bahwa aku akan tambah kesulitan jika mendapatnya sebagai tambahan tanggungan.

Cih.

Baiklah, Annabeth tidak salah, Arthur. Gadis itu tidak salah. Yang salah adalah para penyembah naga, burung peliharaan Nyonya Griffith yang entah bagaimana caranya bisa terlepas dari tali pengekang, kue spesial, dan rasa ingin tahu seorang Annabeth Green yang setinggi jajaran pegunungan di Asia Timur.

Aku curiga bahwa siapa saja yang sudah melihat dan menyentuh barang-barang yang dibawa dari kota ini oleh salah satu makhluknya akan diangkat langsung menuju Scallian dan dijadikan tawanan--yang mana hal itu tidak baik sama sekali.

Haahh ....

"Annabeth, apa keahlianmu selama di panti?"

Annabeth baru bangun. Matanya masih mengerjap-ngerjap dan berair karena kebanyakan menguap. Giginya juga berkemeletuk karena menggigil.

Gadis itu memandangku dengan tatapan aneh. Dia berpikir sebentar, mencari-cari apa sekiranya keahlian yang barusan kutanyakan, lalu kembali dengan jawaban tidak tahu.

"Aku tidak tahu apa keahlianku tapi yang pasti, rumahmu sangat butuh perbaikan." Annabeth berdiri, berkacak pinggang sebentar, lalu berbalik dan membungkuk lagi untuk memungut selimut dingin yang sudah menjadi kasurnya malam ini.

"Hari ini aku akan membersihkan seisi rumah. Aku tidak mau tinggal lama di dalam ruangan yang katamu udaranya mengandung banyak hewan-hewan aneh seukuran abu perapian." Annabeth menyingsingkan lengan bajunya. "Tidak baik untuk kesehatan. Dirimu nanti bisa terkena masalah pernapasan seperti Nyonya Tuvail dari toko bibit lobak di pasar kota."

"Bukannya itu asma?"

"Ah, iya, asma. Tapi siapa tahu hewan-hewan kecil itu bisa menimbulkan sakit hidung dan paru-paru yang lebih buruk daripada asma."

Annabeth tidak salah, tapi juga tidak sepenuhnya benar. Namun, idenya untuk membersihkan rumah hari ini tidak kedengaran seburuk itu. Pula, memang sudah dari kemarin aku ingin melakukan bersih-bersih seisi rumah dan sepertinya memang hari ini waktu yang cocok untuk melakukan hal tersebut.

Setelah bercakap seperti itu pun, kami langsung bekerja. Annabeth menyuruhku untuk membenarkan bagian belakang--di dekat sumur dan gudang tua berdinding kayu lapuk yang tidak tahu karena apa baru kusadari bahwa bangunan itu sudah didirikan bahkan sebelum aku datang ke kota ini--, sementara gadis itu akan membersihkan bagian dalam kamar dan seisinya sendirian.

Tuan Suara-tanpa-nama menghilang. Tidak mengherankan lagi. Pria itu pasti selalu menghilang ketika aku sedang bersusah-susah melakukan sesuatu, lalu akan muncul lagi di waktu-waktu yang sangat tidak bisa diprediksi. Suara itu bahkan pernah muncul ketika aku tengah berada di kamar mandi dan menyuruhku untuk cepat-cepat keluar dan berhenti memakai terlalu banyak air.

Aku, karena kata Annabeth harus bekerja di dekat gudang, langsung pergi ke tempat yang ia maksud. Ruangan dengan dinding kayu basah dan berjamur itu tidak ada apa-apa di dalamnya. Kosong, melompong, bau tengik. Selain bakteri, jamur, dan kencing hewan pengerat, bagian dalam gudang benar-benar kosong.

Pun, tidak ada lagi yang bisa kulakukan dengan sumur belakang rumah. Apa yang gadis tadi harapkan? Menyuruhku masuk ke dalam sumur dan menyikat semua lumut yang menempel di dindingnya?

Jadi aku meninggalkan tempat itu.

Ketika dilihat oleh Annabeth sudah kembali dari bagian belakang pun, ia sudah berekspektasi yang macam-macam. Cepat-cepat gadis itu berlari ke belakang dengan kaki telanjang dan sempat hampir terjatuh sekali.

Dia kembali lagi beberapa menit kemudian, memasang air wajah kecewa berat seperti baru saja mendapat perayaan ulang tahun paling menjengkelkan seumur hidupnya, lalu berjalan lagi menuju lemari pakaian untuk membersihkan bagian atasnya yang berdebu banyak itu.

Tebakanku benar. Annabeth mengharapkan bagian belakang sudah secantik taman bunga milik Keluarga Goldylock yang suaminya bekerja sebagai hakim kota. Itu tidak akan mungkin bisa kulakukan jadi aku diam saja setelahnya.

"Aku mau pulang," ucap Annabeth tiba-tiba. Dia sudah selesai membersihkan dapur, kamar, dan ruang tengah. Jika ada satu hal yang sangat ia inginkan saat ini, pasti itu adalah kembali ke panti dan bermain bayangan tangan bersama teman sekamarnya.

Aku tidak tahu bagaimana caranya. "Aku juga ingin pulang," ucapku pada akhirnya. "Aku juga sudah merindukan dipanku yang selalu hangat ketika malam tiba, alas kaki tipis yang sering sekali dikencingi tikus, halaman depan, kebun yang ditumbuhi kol, Hisk, Rudolf, dan Nyonya penjaga panti."

Lalu diam. Annabeth tidak bertanya lagi. Ia malah memilih untuk mengipas-ngipasi badannya yang sudah berkeringat gara-gara terlalu keras bekerja tadi--padahal ini sudah memasuki musim dingin, tetapi gadis itu sudah mandi keringat seperti baru saja dijemur di bawah musim panas.

"Jadi," kata Annabeth, "Apa yang akan kita lakukan setelah ini? Rumahmu sudah rapi. Tidak ada lagi jamur di pojokan dan sarang laba-laba di langit-langit. Jika terus seperti ini, aku akan mati bosan."

"Tidak tahu."

"Sebelum aku datang ke sini, apa yang kau lakukan setiap hari?"

"Bekerja," jawabku malas.

Annabeth tampak kesenangan. Dia memajukan badannya, mengepalkan kedua tangan, kemudian bertanya lagi. "Pekerjaan seperti apa?"

"Apa saja."

"Kau sudah banyak bekerja di kota ini?"

Jika ditanya seperti itu, aku tidak tahu harus menjawabnya dengan jawaban iya atau tidak. Pekerjaanku paling-paling hanya dua. Sebagai tukang antar koran dan susu satu hari dan sebagai pembuat kue untuk satu minggu. Tapi, pengalamanku sudah lebih banyak dari pengalaman semua anak panti jika digabungkan.

Annabeth bertanya lagi, sedang pertanyaannya yang terakhir belum sempat terjawab olehku. "Aku ingin bekerja! Apa ada hal lain yang harus kulakukan setelah ini? Jika sudah pernah bekerja di kota ini, saat kembali ke panti nanti, aku bisa bercerita macam-macam kepada Mary."

"Sayangnya, tidak a--"

"Ada."

Tbc.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro